Lanjutan she-wolf. Davian hidup terkucilkan, bersama sang paman yang mengaku sebagai ayahnya. Tanpa seorang ibu, dan keterbatasan fisik membuatnya terkucilkan di pack. Hingga sang paman memilih untuk pergi, meninggalkan pack yang menjadi tempat Davian tumbuh dan berlindung. Tak diduga, di perjalanan sang paman menemukan pasangannya, membuat Davian terlupakan. Kemudian, Davian memilih pergi. Namun, tanpa disangka dia malah bertemu dengan seorang gadis vampir yang cantik. Dari gadis itu, Davian mengetahui banyak hal. Daei alasan mengapa dirinya tak pernah bertemu dengan ibunya, hingga mengapa dia haeus bersembunyi. Dan ternyata, tak lama kemudian semua hal terkuak. Perang tak dapat dihindari, begitulah jalan takdir. Mampukah Davian bertahan, dan apa yang telah menantinya di ujung jalan?
view moreDhuar!
Sebuah ledakan terjadi. Dari kejauhan, terlihat asap yang membumbung tinggi dengan warna pekat, dan tengah menyelubungi bangunan kuno yang mirip kastil. Tak ada yang berteriak, seolah kastil itu sudah tak berpenghuni sebelumnya. Padahal, jauh di dalam sana, ada banyak makhluk yang tengah mempertahankan hidupnya dari kobaran api.
“Lunar, kita harus segera pergi! Bantuan mungkin akan datang, tetapi tak tahu apakah kita masih hidup atau tidak!” Seorang pria berperawakan tinggi berwajah cemas. Ia menunduk dan berusaha memapah wanita berambut pirang, yang kini tersungkur dengan dua buntalan di pelukannya.
“Sini, kubawakan salah satunya,” lanjut pria itu. Ia menjulurkan tangan dengan maksud mengambil beban, atau setidaknya menguranginya. Pria itu tahu, jika wanita yang dihadapannya lebih dari kuat untuk membawanya. Namun, tidak dalam kondisi seperti ini. Kemampuan wanita itu sedang lemah.
“Sean, bawalah Davian. Dia sama sepertimu. Perlakukan dan anggap dia seperti anakmu. Bersembunyilah! Kelak jika sudah aman, aku akan menjemputnya. Pergunakan semua koneksi yang kau bisa untuk mengubah jejak anak itu agar tidak bisa dilacak siapa pun!” perintah Lunar pada Sean—sahabatnya. Tubuhnya sudah lebih kuat dari beberapa tahun lalu. Akan tetapi, berhadapan dengan api bukanlah hal yang bagus.
“Lalu bagaimana denganmu? Bagaimana dengan yang satunya?” tanya Sean, dia yang berusaha membantu Lunar berdiri tak bisa menyembunyikan wajah cemasnya. Berathun-tahun hidup dengan sang sahabat, membuatnya tidak bisa untuk tidak iba pada keadaannya yang menyedihkan.
“Dia sama seperti kami, sedangkan Davian tidak. Bawalah dia. Dan ....” Perkataan Lunar terputus dan dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. “aku sudah memikirkan ini dari jauh dari. Pakaikan ini padanya, jangan sampai terlepas karena dengan itu, kami bisa menemukannya. Juga, bisa menekan hawa keberadaan darah campurannya. Mungkin dia akan menyusahkanmu untuk beberapa waktu, karena dengan itu pula kekuatannya terbelenggu,” lanjut Lunar. Dia menyerahkan sebuah kalung berbandul pertama pada sang sahabat.
Sean bimbang, tetapi tangannya mengambil kalung yang disodorkan Lunar padanya. Ingin berpikir lebih jauh, tetapi keadaan benar-benar tidak bisa memihak padanya. Andai dia bisa menyusun rencana lebih matang, tentu hal ini bisa dipikrkan dengan lebih baik.
“Lunar! Sean! Kalian di sini!?” teriak seorang wanita berambut merah panjang sepinggang. Dalam sekejap mata, wanita yang semula berada di jarak beberapa meter itu, sudah ada di hadapan Lunar.
“Mom!” Lunar memekik, dia hampir saja terjatuh jika Sean tidak menyangganya.
“Ayo pergi, kastil sudah terkepung dan kita semua dalam bahaya.” Wanita yang baru datang itu mengamil alih Lunar dari tangan Sean. Tak lupa, ia juga mengambil satu bayi yang ada di gendongan Lunar.
“Sean, pergilah bawa Davian. Lakukan apa yang tadi kuminta padamu. Karena mungkin setelah ini, kita tak akan bertemu dalam waktu dekat. Aku hanya bisa men-teleport sekali saja.”
“Lun, jangan katakan bahwa ....”
“Akan aku lakukan demi menyelamatkannya,” putus Lunar. Tekadnya telah bulat, dan tatapannya mantap ke arah Sean.
“Tapi.”
“Aku tidak menerima penolakan, Sean. Ma, bantu aku!” pinta Lunar pada ibunya. Permintaan Lunar diangguki oleh wanita berambut merah panjang itu. Dengan menyangga tubuh Lunar sebisanya, ia mencoba menghalau api yang kini mulai menjangkau mereka.
“Haude no igai, release!” Tubuh Sean bercahaya begitu kata tak dikenal sudah Lunar rapalkan. Perlahan, tubuhnya memudar dan memandang Lunar dengan nanar, sambil membawa buntalan berisi bayi laki-laki. Setelah ini, mereka akan terpisah oleh jarak, entah kapan bisa bertemu, atau malah tak bisa bertemu lagi.
“Setelah ini, kita bagaimana?” tanya wanita itu. Ia memandang ngeri sekitarnya. Mencoba mencari celah dan cara untuk pergi dari tempat ini. Di luar, kekuatannya hebat, tetapi tidak jika bermusuhan dengan api.
“Aku tak tahu, Ma. Yang terpenting bagiku Sean dan Davian aman. Ah, bagaimana dengan Ced?” tanya Lunar. Meski tubuhnya ringkih, dan napasnya tersenggal, dia berusaha untuk tidak kehilangan kesadaran. Jika saja dia tak memiliki darah werewolf di nadinya, mungkin dia sudah kehilangan kesadaran. Bagaimanapun juga, mempertahankan diri sambil melakukan teleportasi adalah hal yang berat. Apalagi ditambah dengan tubuhnya yang masih belum pulih sepenuhnya pasca melahirkan.
Baru dua hari yang lalu, Lunar melahirkan kedua anak kembarnya. Laki-laki dan perempuan. Hingga entah dari mana datangnya, sebuah serangan yang hebat menghanguskan kastil tempat mereka bersembunyi. Tak hanya itu, seluruh penghuni kastil juga tercerai-berai karenanya. Bahkan, Cedrick—sang pasangan, tidak diketahui bagaimana keadaannya.
“Tadi Mama melihat Ced menahan kelompok penyihir di sayap kiri kastil. Mama ingin membantunya, tetapi dia mengatakan untuk pergi mencarimu.”
Lunar terdiam. Tak bisa lagi berucap karena kehilangan kata-kata. Dirinya tak habis pikir, mengapa kastil yang tersembunyi jauh di pedalaman hutan, bisa mereka temukan dengan mudahnya? Apakah selama ini mereka telah menari banyak informasi tentang dirinya dan keluarganya?
“Kalau saja ramalan itu tetap tersembunyi.” Lunar menunduk, keringat sudah membanjiri tubuhnya. Namun, buntalan kecil berisi putrinya tetap didekapnya. Seolah jika dia melonggarkan genggaman itu, bayinya akan hancur.
“Tidak ada yang bisa menghalangi takdir, Anakku. Seberapa kuat kau menyembunyikannya, tetap saja akan muncul pada akhirnya. Semua yang telah digariskan, akan sampai pada waktunya. Jadi, jangan menyesali apa pun yang sudah terjadi. Begitu pun dengan yang terjadi hari ini.
Air mata Lunar menetes. Dirinya menyesali takdir yang harus anak-anaknya terima. Di usia yang baru menginjak dua hari, merka harus terpisah karena sebuah ramalan yang menurutnya konyol. Konyol, karena ramalan itu berbunyi bahwa salah satu anaknya, akan menjadi pemimpin dari ketiga bangsa. Jika dipikir, mana ada hal yang seperti itu? Seperti dalam dongeng saja.
Karena itulah, Lunar memutuskan untuk menyelamatkan Sean dan putranya terlebih dahulu. Berharap jika sang putra memang yang ditakdirkan oleh ramalan. Padahal, dia ingin membawakan putrinya juga. Namun, apa daya. Kekuatan Lunar tak sanggup untuk memindahkan mereka sekaligus.
“Aku pasti akan merindukan putra kecilku,” bisik Lunar.
Tangisnya semakin menjadi-jadi seiring membesarnya kobaran api. Tak ada yang bisa mereka lakukan. Jalan telah buntu, bgitu pula jalan yang tadi dilalui ibunya. Kini, mereka bertiga terkurung dalam api dan menunggu keajaiban. Siapa tahu, ada seseorang yang akan menyelamatkan mereka di tengah kobaran api seperti ini. Akan tetapi, siapa yang mau menyelamatkannya?
“Aku tak tahu kita akan bertahan atau tidak, Ma. Tapi, jika kedua anakku selamat, aku akan mengabulkan apa pun permintaan penolongku. Bahkan jika itu berarti aku menjadi budaknya seumur hidup,” tekad Lunar.
“Tidak! Jangan berkata seperti itu. Aku yakin kita pasti selamat, dan berhasil dari tempat mengerikan ini. Percayalah, Lunar! Percayalah kita akan selamat!” Lunar menggeleng keras mendengar perkataan ibunya. Terasa mustahil rasanya, untuk bisa keluar dari tempat mengerikan ini. Dalam waktu sempitnya, dia merutuki si pembangun kastil. Andai dulu dibangun dengan menggunakan bahan yang tahan api, tentu mereka tak akan terjebak kebakaran seperti ini.
Krak! Brak!
“Aaaaaaaa.”
“Kalau kau memilih, kau tidak bisa menarik kembali apa yang telah disepakati. Pertukaran yang telah terjadi, akan mengambil yang diserahkan. Kau tidak akan bisa mundur, Dav. Jadi pikirkan baik-baik apa yang akan kau korbankan,” ucapnya lagi. Paman Davian terdengar seperti menekankan dengan jelas apa yang harus kupilih.Aku memang belum lama menikmati hidup, tetapi kurasa semua itu sudah cukup. “Aku benar-benar akan menyerahkan nyawaku jika bisa memastikan Arthur menghilang selamanya. Kalau perlu, dia tak perlu reingkarnasi kembali,” putusku. Setidaknya itu setimpal.Orang tuaku sudah pernah berusaha untuk menyingkirkannya, tetapi tidak disangka dia seolah bangkit dari kematian dan menghancurkan semuanya. Jika dia benar-benar dimusnahkan, aku serius untuk memberikan nyawaku untuk itu. Bagaimanapun juga, aku sudah tidak memiliki siapa pun.“Pikirkan lagi, Dav. Kau tidak bisa memutuskannya dengan cepat. Ingat, kau hidup masih hanya belasan tahun. Kau bisa hidup lebih lama lagi. Kau bisa
“Aku harusnya berterima kasih kepada kalian sebelum mencabut nyawa kalian, kan?”Aku mendengar suara Arthur yang berat. Terdengar menyeramkan dan ….“Aku meminta maaf atas kesalahanku, Dav. Tidak seharusnya aku menyelamatkannya, dan membuat keadaan seperti ini,” ujar Aline dengan lirih. Dia terbaring di sampingku, dengan keadaan telentang dan tangan kaki yanga terikat. Sedangkan aku, langsung dengan posisi menyamping menghadapnya. Mungkin Arthur kesulitan membuat posisiku telentang dengan tubuh serigalaku.Suasana yang gelas, membuatku sedikit takut. Ada beberapa titik obor yang tidak berpindah. Mungkin tidak dipegang oleh makhluk, tetapi ditancapkan di tanah. Arthur yang masih bertubuh setengah serigalanya berdiri menantang seperti tidak mengalami perang sebelumnya. Berbeda dengan aku dan Aline yang sudah terlihat mengenaskan. Bulu serigala Devan sudah memiliki banyak bercak darah, dan luk
“Kau hanya tikus kecil yang tidak tahu apa-apa, Bocah!” ucap Arthur. Dia menangkap pergerakan Aline dan mencekik lehernya. Setelah itu, pergerakan Aline benar-benar dilumpuhkan. Aku terkejut, tak menyangka jika Aline bisa dikalahkan semudah itu.Aku tidak bisa tinggal diam. Tangan kecil Aline berusaha untuk melepaskan cekikan Arthur padanya. Namun, pergerakan itu sama sekali tidak membuahkan apa pun. Aline justru terdengar merintih kecil. Mungkin, dia merasa sangat kepayahan akibat cekalan Arthur yang begitu kuat.Aku tahu, Aline telah melakukan hal yang tidak kusukai, atau malah lebih ke menghancurkan hidupku. Akan tetapi, jika kupikir lagi itu bukan muri kesalahannya. Dia tidak tahu siapa yang ditolong, dan apa yang telah diperbuat oleh orang yang terlihat menyedihkan. Aline, dia hanya memiliki sifat empati lebih banyak dari sebangsanya.Hanya saja aku tidak tahu, kenapa aku harus disandingkan dengn vampire sepertinya, dan bukan dengan sesame werewolf seperti yang lain.“Kau ingin m
Ada sebuah hal yang membuatku ingin menerkam tubuh wanita itu. Selain menerkamnya, mencabik tentu adalah hal terbaik begitu hal itu dilakukan. Dorongan itu begitu kuat, seiring perubahan yang lebih banyak lagi di tubuhku. Aline, wanita yang baru kutemui tidak sampai sehari, begitu membuat hidupku jungkir balik dalam sekejap.Akan tetapi, andai semua dorongan itu kulaksanakan, bagaimana rasanya, ya?Aku berusaha menahannya. Bagaimanapun juga, Aline bukan seseorang yang pantas untuk diperlakukan seperti itu. Singkatnya hubungan kami bukan sesuatu hal yang patut dijadikan alasan. Dia adalah pasanganku, dan tentu tidak akan mudah untuk mengabaikan hal besar seperti itu.“Percayalah, aku tidak melakukannya secara sengaja, Dav. Aku benar-benar tidak tahu kalau dia adalah semua akar permasalahan yang besar. Aku pun tidak menyangka jika dia akan memperburuk suasana hingga sampai sejauh ini.” Aline berucap lirih. Sia
Untuk sesaat, aku tertegun. Fakta yang terdengar sepele—mungkin untuk sebagian orang tentunya, tetapi tidak denganku. Arthur adalah sumber dari segala hal yang menyiksaku. Dia membuatku terpisah dengan ibu sejak keil, membuat ayah dibenci ibu, dan membuat keluargaku meregang nyawa. Kalau saja dia tidak ada, tentu aku tidak akan mengalami itu semua. Ah, aku lupa. Paman Davian juga tidak ada karena dia, kan? Kalau memang begitu kenyataannya, kenapa harus aku yang menjadi pasangan dari Aline? Bukankah secara tidak langsung dia yang menyebabkan aku berpisah dengan keluargaku? “Al ...,” ucapku lirih. Tubuhku terasa lemas, seolah semua tulang penyangganya kehilangan kekuatan. Tak hanya itu, napas juga semakin memburu dengan jantung berdebar kencang. “Dav ... maksudku bukan begitu. Aku ... aku hanya ... tidak tahu dia siapa ....” Aline membalasnya. Jika dia menjawab seperti itu, bukankah itu
Arthur tertawa sambil menghindari serangan-serangan yang Aline berikan padanya.“Aku tak akan membiarkanmu hidup dengan tenang, Art! Kau bedebah busuk yang hidup tidka lama lagi, sama sekali tidak berhak untuk mengatakan hal itu padanya!” maki Aline. Ada yang janggal dari setiap serangannya. Dia terlihat kacau dengan sekejap hanya dari beberapa kata yang diucapkan Arthur. Bukankah sebelumnya Aline masih baik-baik saja, tidak mengalami lonjakan emosi seperti itu?Untuk sekilas, mungkin tidak akan ada yang memahami pola serangan Aline. Terlihat biasa, dan sama sekali tidak akan kentara jika dia menyembunyikan banyak hal. Namun, aku menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Tidak seharusnya Aline bertempur dengan cara seperti itu. Tidak! Aku harus menghentikannya sebelum terlambat.“Al, mundurlah untuk sejenak! Control dulu emosimu, lalu kita kembali menyerangnya seperti tadi,” ucapku. Ah, sebenarnya a
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments