Semua Bab TERJERAT CINTA YANG SALAH: Bab 31 - Bab 40
52 Bab
31
Sungguh benar-benar Alice penasaran. Apa saja kelakuannya malam tadi. Eh tapi dia tidak mengganti baju di depan Ethan kan. Tidak tidak tidak. Alice tidak mungkin melakukan itu, ya, pasti Alice menggantinya ketika sudah di kamar. Tapi Alice bahkan tak ingat bagaimana dia bisa sampai di kamar karena Alice sudah mabuk berat. Semoga saja, Alice pergi mengganti baju setelah dia berjalan sendiri masuk ke kamarnya. Ya ya begitulah. Pasti seperti itu kan. Astaga Alice. Kau sungguh membuat malu dirimu sendiri. Alice mengguyur tubuhnya di bawah dinginnya air pancuran shower. Bagus juga dingin seperti ini, supaya lebih efektif untuk menyadarkan dirinya dari segala tindakan bodoh yang dia lakukan. Bagaimana dia masih punya muka untuk bertemu Ethan. Alice menggosok tubuhnya, juga memakai sabun untuk rambutnya. Kamar mandinya terasa begitu harum, setelah Ethan yang pakai. Ini kedua kalinya Ethan mandi di sini. Sebenarnya apa ya alasan Ethan memilih untuk tidak pulang. Karena ya kan
Baca selengkapnya
32
"Anda punya janji makan malam hari ini dengan Pimpinan. Sebaiknya Anda tidak lagi menemui wanita itu," Ethan bergumam datar mendengar perkataan Daniel. Tadinya Ethan ingin melewatkan saja acara makan malamnya, tapi tak sempat lagi karena Daniel lebih dulu mengingatkannya. "Apa Anda mendengar saya dengan jelas?" ucap Daniel terdengar sedikit nyolot. Daniel sebenarnya tak mengerti mengapa Ethan masih saja berhubungan dengan Alice. Masalahnya juga semakin rumit karena kakeknya sudah mengetahui hal ini. "Ya, dan kau bisa pergi sekarang" jawab Ethan tak kalah nyolotDaniel mengangguk puas, "Baiklah. Hubungi saya jika Anda memerlukan sesuatu" Ethan diam saja tidak lagi menanggapi Daniel. Daniel membalikkan tubuhnya, dan berjalan menuju pintu untuk keluar dari ruangan Ethan. Namun ketika tangannya menyentuh pegangan pintu, suara Ethan menahan gerakannya. "Saya mengandalkanmu tentang Ella. Sebaiknya kau tidak mengecewakan saya," Mendengar itu Daniel tidak memberikan respon apapun. Kare
Baca selengkapnya
33
'Maafkan aku. Kau tidak seharusnya mencintaiku. Aku tidak pantas untukmu' batin Ethan. Ingin rasanya dia mengucapkannya tapi bibirnya tak sanggup lagi untuk berbicara. "Aku akan menghubungimu lagi nanti. Kau jangan terlalu banyak berpikir, Ethan" Ethan masih belum mengatakan apapun. "Perasaan antara kita berdua itu sungguh rapuh, Ethan. Di tambah dengan berbagai peristiwa yang menimpa kita. Aku bertanya-tanya apakah kita memang ditakdirkan bersama atau tidak. Aku hanya ingin kau menerima rasa cintaku ini" Lalu selanjutnya Bip..... Panggilan terputus. Ethan yang masih sesenggukan berusaha untuk menenangkan dirinya. Tak disangka, dia malah menangis. Ya bagimana tidak, perasaannya yang kalut membuatnya jadi tak tahan ingin menangis. Satu hal yang ada dalam pikirannya saat ini adalah bertemu dan memeluk Alice. Sungguh, Ethan adalah pria brengsek. Apakah pantas dirinya mendapatkan cinta dari seseorang yang begitu tulus mencintainya. *** "Oh Bryana-ku. Aku sungguh-sungg
Baca selengkapnya
34
Tak tahu sudah berapa banyak helaan napas dari hidung dan mulutnya. Tapi Ethan masih tetap melakukannya. Perasaan gelisah dan tak nyaman membuatnya terus begitu. "Sampai kapan kakek mau menatapku begitu?" tanya Ethan akhirnya, setelah sekitar tiga puluh menit ditatapi dengan pandangan penuh selidik oleh kakeknya. Steven Hill masih belum membuka mulutnya. Ingin menunggu apakah cucunya ini akan memberikan penjelasan sebelum dirinya bertanya, atau malah sengaja menghindarinya. "Sepertinya aku lebih baik pergi daripada-"Ucapan Ethan terhenti ketika ada salah satu pelayan setia kakeknya ini melakukan interupsi. "Makan malam sudah siap, Tuan," Mendengar itu, Steven hanya mengangguk kecil lalu berdiri dengan dibantu tongkat yang sudah seperti bagian dari hidupnya itu. Berjalan sendirian tanpa mengatakan apapun pada Ethan. Lagi, Ethan menghela napas. Dengan kesal dia beranjak berdiri dan berjalan dengan menghentakkan kakinya sengaja, menunjukkan bahwa dia sudah geram. Ethan dan kakekn
Baca selengkapnya
35
"Aku tidak pernah bermaksud begitu. Kakek juga tahu tentang itu," Kakeknya yang saat ini masih membelakangi Ethan, membuat Ethan jadi tak tahu harus bagaimana. Entah bagaimana raut wajah kakeknya, membuat Ethan khawatir. "Kau itu sudah menikah, Ethan. Apa kau lupa dengan statusmu? Bagaimana jika sampai ada rumor tentang ini? Apa yang akan kau lakukan?" suara serak kakeknya terdengar seperti memaksa untuk berteriak. Lalu kakeknya berbalik dan melihat kearah Ethan dengan pandangan lurus dan tajam, seperti mata anak panah yang tepat mengenai sasarannya. Ethan semakin gelisah. Perasaannya mendadak berat karena kakeknya seperti mengintimidasi Ethan. Bagaimanapun, Ethan tetap tidak bisa melawan pada orang yang sangat menyayanginya. "Apa kau pernah berpikir bagaimana jika istrimu mengetahui tentang kelakuanmu ini," Ethan ingin mengeluh. Perihal rumah tangga, seharusnya kakeknya tidak perlu ikut campur. Namun Ethan di sini sangat memahami bahwa kakeknya hanya ingin mengingatka
Baca selengkapnya
36
ZRASSS!!!!Entah kapan tepatnya hujan mulai turun, karena Ethan bahkan tidak menyadarinya. Tapi melihat begitu derasnya, pastilah sudah dari tadi hujan mengguyur Jakarta malam ini. Pembersih kaca otomatis terus bergerak-gerak menyapu tetesan hujan yang jatuh mengenai kaca mobil.Dalam kepalanya, Ethan masih memikirkan tentang ucapan kakeknya. Pasti kakeknya sangat terbebani akan hal ini, kalau terus berlanjut bisa berakibat gawat pada kesehatannya. "Maafkan aku," lirihnya yang tertutupi oleh bunyi tetesan air hujan yang mengenai badan mobil. Ethan tadi berpikir untuk pulang ke rumah. Namun, entah kenapa tangannya memutar setir mobil menuju rumah Alice. Hujan-hujan seperti ini pasti Alice sudah istirahat kan. Lalu setelah Ethan membalas pesannya tadi, tidak ada pesan balasan lain dari Alice. Tapi kenapa Ethan tetap kekeh ingin datang ke rumahnya. Oh iya, Ethan lupa mengatakan pada kakeknya untuk tidak mengganggu kehidupan Alice. Sangat berbahaya bagi Alice. Meskipun begitu, Etha
Baca selengkapnya
37
Alice tersenyum ketika mendapat balasan pesan dari Ethan. Ya karena memang atasannya itu tidak lagi mengatakan apapun sejak tadi pagi Alice mengirimkan pesan, maka dari itu Alice berinisiatif untuk menanyakannya. Alice pun tidak lama-lama berada di rumah Ashley, setelah menidurkan Bryana, Alice pamit pulang. Sangat kebetulan, Alice keluar dari rumah Ashley, hujan pun turun mengguyur malam yang cukup menyenangkan ini. Tak pelak membuat Alice kebasahan dari ujung kepala hingga kaki. Sesampainya di rumah, Alice segera membersihkan tubuhnya. Lalu dia ingin langsung pergi tidur. Tapi keinginan tersebut harus sirna ketika dia mendengar ada suara ketukan di pintu rumahnya. Semula dia pikir jika itu Ethan, jadi Alice langsung membukanya. Namun ternyata itu bukan Ethan. Mereka adalah orang-orang yang Alice sangat tidak ingin temui. Rentenir yang mengejar-ngejarnya untuk menagih hutang. Padahal Alice selalu ingat untuk membayarnya. Alice awalnya sudah mengusir rentenir dan preman
Baca selengkapnya
38
Ethan semakin kehilangan kendali dirinya. Tak tahan melihat mata pisau yang sudah menyentuh kulit leher Alice, seakan-akan kapan saja siap untuk ditusukkan. "Lepaskan dia!!," pinta Ethan dengan suara dalam dan berat. Tangannya mengepal kuat, seluruh tenaganya sudah dia alirkan di kepalan tangannya agar bisa memberikan pukulan maksimal. Ethan tak tahu sudah berapa lama orang-orang sialan ini berada di rumah Alice. Tapi tak akan ada satupun yang bisa lepas dari genggamannya jika sudah mengganggu orang-orang terdekatnya. "Kau pikir akan kami lepaskan begitu saja?" Ethan mendengus. Resah rasanya terlalu berlarut-larut sedangkan Alice berada dalam bahaya. "Tentu tidak. Maka dari itu saya yang akan merebutnya," Ethan dengan cepat menerjang rentenir dan pimpinan preman di depannya ini. Menghantamnya dengan tinju yang sudah terisi penuh kekuatannya. Tanpa ampun, bahkan sampai membuat anak buahnya mundur menjauh. Ethan sama sekali tidak memberikan cela untuk bisa melawan. Tak peduli dar
Baca selengkapnya
39
Setelah membilasnya cukup lama. Alice mematikan kran air, lalu menarik lagi tangan Ethan. Menuju ruang tamu. Memintanya untuk duduk di sofa, dan Alice pun masuk ke kamarnya. Tak lama dia keluar lagi dengan sebuah kotak P3K di tangannya. Duduk di samping Ethan, lalu meniup-niup tangan Ethan agar cepat kering. Hembusan napas Alice di tangannya seketika membuat Ethan jadi merinding. Tubuhnya menegang. Reaksi ini di luar dugaannya. Ethan menarik napas dalam-dalam mencoba untuk menenangkan dirinya. Karena hembusan napas Alice membuatnya jadi terangsang. 'Astaga Alice. Sadarkah kau apa yang baru saja kau lakukan itu' teriak Ethan dalam hatinya. Setelah dirasa kering. Alice mengeluarkan salep antibiotik dan mengusapkannya ke luka Ethan. Begitu lembutnya hingga membuat Ethan jadi semakin menegang. Ethan menggigit bibirnya untuk menahan gejolak panas dalam dirinya. 'Sial. Aku seperti orang mesum dan brengsek' batinnya lagi Sungguh, Alice ternyata juga mempengaruhi gejolak panas
Baca selengkapnya
40
"Jadi apa yang ingin bapak katakan tadi?" Alice meletakkan secangkir kopi di atas meja untuk Ethan karena sudah membantunya membereskan rumah. Ethan berdehem pelan. "Bagaimana kalau kita mencoba berbagai lip yang sudah saya beli? Apa kau ingin langsung istirahat?" Alice mendudukkan bokongnya di samping Ethan. Keningnya berkerut memikirkan permintaan Ethan ini. "Baiklah. Saya pikir sekarang juga tidak apa-apa," Ethan tersenyum puas. "Kalau begitu tunggu sebentar di sini," Ethan beranjak dari duduknya dan berjalan keluar rumah. Lip yang sudah Ethan beli memang sengaja dia letakkan di dalam mobil saja. Hah perjuangan Ethan membeli lip ini benar-benar tak mudah. Karena ketika membelinya, banyak pasang mata yang melihat kearahnya dengan pandangan aneh dan juga ledekan. Walaupun hujan sudah sepenuhnya berhenti, tapi jalanan yang banjir membutuhkan waktu untuk kering. Alhasil kakinya lagi-lagi terendam air banjir, yang selama ini tidak pernah dia rasakan. Ethan membuka pintu mobil
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status