All Chapters of Bukan Menantu Tersayang: Chapter 11 - Chapter 17
17 Chapters
Part 11 - Siapa Penguntit itu?
Fandi menyusuri gang kecil menuju lapangan yang lebih luas dimana mobilnya terparkir. Gang kecil itu hanya bisa dilalui satu motor sehingga terpaksa semalam mobil itu diparkir lumayan jauh dari rumahnya.Sesampainya di lapangan kedua mata Fandi terbelalak, pupilnya seperti akan keluar. Kedua tangannya mengepal erat terlihat otot-otot kekarnya keluar, setelah  melihat dimana mobil itu berada."Citra!" Wanita yang dipanggilnya menoleh, segera tangannya menepis pada dua pria berbadan besar tanda ia menyuruhnya segera pergi. "Owh, jadi kamu yang mengikutiku. Mereka orang-orang suruhanmu?" tanya Fandi marah. Citra bergeming bingung apa yang dituduhkan Fandi padanya. "Jawab, Cit! Mengakulah!" gertak Fandi mulai meninggi suaranya.
Read more
Part 12 - Juragan Sardi
Mendengar jawaban Yulia dan Surya membuat Fandi bingung dengan apa yang terjadi, dahinya mengeryit dalam. Jika bukan mereka atau Citra, lalu siapa yang selama ini menguntitnya hingga ia terpaksa harus pindah. Namun pada akhirnya ia hanya berpikir positif saja. Mungkinkah hanya persasann ia saja? Dering ponsel Fandi di dalam kantong celana jeansnay terdengar nyaring menyadarkan lamunan sesaat. Setelah dilihat siapa sang penelpon ternyata Hasna. Ia mematikan panggilan dari istrinya. "Mih, Pih, aku pamit dulu. Jangan khawatir aku baik-baik saja. Pasti aku akan sering main-main kesini. Jika mami kangen panggil saja, aku yang akan datang. Mami tak perlu mencariku." Setelah mengucapkan pamit Fandi mengecup tangan Surya dan Yulia dengan takzim. Yulia sedikit kecewa ingin protes baru saja mereka bertemu dan harus ditingg
Read more
Part 13 - Semakin Menipis
Sudah hampir sebulan Fandi juga masih belum juga bekerja. Kesehariannya hanya bermain game online.  Hasna mulai gemas dengan suaminya. Bukannya keluar mencari pekerjaan melainkan hanya dirumah saja. "Bang, tabungan semakin menipis. Bukannya kamu sudah janji akan mencari pekerjaan, kalau di rumah terus bagaimana bisa dapat kerja," keluh Hasna sembari tangannya dengan cekatan melipat pakaian yang berserakan di lantai."Hmm.." jawab lelaki yang tengah asyik bermain game diponselnya."Bang!" panggil Hasna lagi merasa ucapannya tak didengarnya, geram sendiri melihat tingkah suaminya yang nampak acuh.Pasalnya keuangan mereka benar-benar semakin menipis dengan pengeluaran sehari-hari tanpa pemasukan. Diam-diam juga Hasna mencari pekerjaan, bertanya-tanya sekiranya a
Read more
Part 14 - Apa ini?
"Hush, jangan kenceng-kenceng nanti orangnya dengar, loh! Tak baik juga ngomongin orang," potong bu Sri pemilik warung seraya mengacungkan jari telunjuknya menutup mulutnya sendiri. Spontan membuat ibu-ibu yang sedang bergosip terdiam sesaat dan saling melirik satu sama lain. Baru sadar jika Hasna belum dari tempat mereka berkumpul membicarakannya. Demi tidak ingin mendengar pembicaraan yang tidak mengenakan tentang dirinya, kaki jenjang Hasna mengurai langkah lebar-lebar. Ia berjalan cepat meninggalkan orang-orang yang sedang asyik membicarakan tentang dirinya. Hatinya begitu kesal dengan sikap mereka, baru sebulan tinggal daerah sini sudah menjadi pembicaraan umum. Apakah kebiasan warga sini senang bergosip? Pikirnya dan berlalu. Ingin segera ia cepat sampai ke rumah. Sesampainya di rumah, terlihat Fandi masih asyik dengan ponsel dalam genggamanny
Read more
Part 15 - Rahasia Fandi
Perdebatan yang terjadi dengan suaminya, membuat Hasna menjadi malas melakukan apapun. Apalagi melihat sarapan sudah susah payah dibuat tidak tersentuh sama sekali oleh Fandi. Niatnya akan memasak menjadi urung. Rebahan di depan televisi yang menyala tapi entah pikirannya kemana. Karena bosan juga hanya berguling di lantai, akhirnya Hasna memutuskan untuk merapikan dan membereskan rumah mungil itu. Dimulai dari kamar mandi, ia sikat bersih dan wangi. Dilanjutkan merapikan dapur yang hanya ada kompor satu tungku di atas meja. Setelah itu ruang tengah, dimana terdapat kasur lantai tempat mereka tidur, dan ruang depan yang hanya ada televisi dan kulkas. Semua ruangan ia sapu bersih dan di pel. Sampai akhirnya tertuju pada lemari pakaian yang pintunya sedikit terbuka karena tadi Fandi mengambil jaket sebelum pergi.
Read more
Part 16 - Kelapangan Hati
Setelah menemukan yang dicari Fandi segera ke arah dapur dan mengeluarkan butiran dalam kemasan plastik itu. Perlahan ia masukan ke dalam gelas kaca."Kenapa obat itu dicampurkan pada minuman itu? Apa obat itu sebenarnya untukku?" Hasna hanya membatin melihat apa yang dilakukan Fandi dari balik gorden yang menjadi pembatas antara ruang tidur dan dapur. "Sebenarnya obat apa itu? Ada rahasia apa? Berbagai pertanyaan dalam benak Hasna. Memang kemasan obat itu kosong tak ada tulisan atau petunjuk pemakaian apapun. Hanya ada beberapa butir dalam plastik kecil itu. "Ehem..!"Sengaja Hasna mengeluarkan suaranya keras. Kemudian ia berjalan perlahan menghampiri Fandi yang berdiri terpaku. Tanpa sengaja lelaki itu menjatuhkan obat dalam genggaman tangannya. Tampak raut wajahnya putih memucat, tangannya bergetar. "Apa ini?" Hasna bertanya seraya membungkuk mengambil sesuatu yang terjatuh di lantai. "Emm.. itu.. itu." Lidah Fandi terasa kelu untuk menjelaskannya. "Ku mohon, jangan salah paham
Read more
Part 17 - Terpojok
"Batalkan saja. Bilang saja sudah tidak menerima karyawan baru untuk di bagian mana pun." Meskipun ragu akan keputusannya, lelaki paruh baya itu berbicara dengan tegas. "Tapi, pak hari ini …"Belum selesai berbicara sambungan telepon sudah diputus secara sepihak. Itulah kebiasaan Surya selalu memutuskan sambungan secara sepihak. Rencana Surya gagal,terpatahkan oleh pendapat istrinya. Surya bekerja sama dengan Andre agar Fandi memulai semuanya dari nol. Meskipun anak sendiri, ia ingin Fandi bekerja dengan sungguh-sungguh. Dimulai dari jabatan yang dianggap sebagian orang rendah. Karena Fandi anak lelaki satu-satunya, lelaki paruh baya itu ingin menguji mentalnya. "Tidak! Aku tidak terima Fandi harus menjadi pelayan di kantor kita sendiri. Seharusnya dia yang jadi Bosnya." Yulia murka mengetahui rencana suaminya. "Batalkan, pih!" protesnya lagi.Tatapannya tajam mengarah ke Surya. Tidak habis pikir bagaimana mungkin suaminya merencanakan sesuatu di belakangnya. Beruntung ia sendir
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status