"Batalkan saja. Bilang saja sudah tidak menerima karyawan baru untuk di bagian mana pun." Meskipun ragu akan keputusannya, lelaki paruh baya itu berbicara dengan tegas. "Tapi, pak hari ini …"Belum selesai berbicara sambungan telepon sudah diputus secara sepihak. Itulah kebiasaan Surya selalu memutuskan sambungan secara sepihak. Rencana Surya gagal,terpatahkan oleh pendapat istrinya. Surya bekerja sama dengan Andre agar Fandi memulai semuanya dari nol. Meskipun anak sendiri, ia ingin Fandi bekerja dengan sungguh-sungguh. Dimulai dari jabatan yang dianggap sebagian orang rendah. Karena Fandi anak lelaki satu-satunya, lelaki paruh baya itu ingin menguji mentalnya. "Tidak! Aku tidak terima Fandi harus menjadi pelayan di kantor kita sendiri. Seharusnya dia yang jadi Bosnya." Yulia murka mengetahui rencana suaminya. "Batalkan, pih!" protesnya lagi.Tatapannya tajam mengarah ke Surya. Tidak habis pikir bagaimana mungkin suaminya merencanakan sesuatu di belakangnya. Beruntung ia sendir
"Apa! Menikah?" Fandy tersentak mendengar penuturan Hasna. "tidak!" lanjutnya lagi, sesungguhnya ia pun ingin mengiyakan namun di satu sisi kendala orang tua yang membuatnya bimbang. Hasna bergeming tak menyangka Fandy semarah itu. Bukankah ini kabar gembira? Kenapa lelaki yang mengaku mencintainya tak mau menikahi dirinya. "Mm … maksud aku tidak sekarang. Tapi nanti, aku janji. Kita pasti akan menikah. Aku mohon kamu bersabar,” ucap Fandy melunak. Diraihnya tangan wanita manis didepannya. "Tapi kapan? Sebenarnya paman dan bibiku sudah pernah menanyakan perihal ini. Hingga akhirnya muncul gosip itu yang menyebar kemana-kemana." Suara wanita itu parau, ia nyaris meneteskan air matanya. Hasna Safitri namanya, sejujurnya ia pun gemas dengan fitnah yang dituduhkan padanya. Ia tak tega pamannya ha
"Mih," sapanya menampakan senyum, tapi senyum itu surut setelah matanya bersirobok dengan seseorang yang duduk bersebelahan dengan ibunya. "Ah, kenapa ada dia,” desisnya kesal. "Ngapain lu malam-malam disini." tanya Fandi malas kemudian menjatuhkan bobotnya disofa. Gadis yang disapanya akhir-akhir ini sering berkunjung ke rumahnya. Citra namanya, orang tuanya berniat menjodohkan mereka. Meskipun cantik, Fandi tak menaruh hati padanya. Justru ia jatuh hati pada wanita sederhana, Hasna. "Begitukah caramu menyapa calon isterimu yang cantik ini," ucap Citra sembari mengibaskan rambutnya yang terurai. "Fandi, malam ini Citra menginap disini. Mama dan papanya sedang ke luar kota. Kasian dia sendirian di rumah." Yulia menjelaskan kedatangan Citra.
"Tidak Bi, aku tidak mau dijodohkan lagi." Bi Rusti yang mendengar tolakan Hasna mendengus kesal. "Iyalah kamu ini apa-apaan. Lihat gara-gara kamu dulu menjodohkannya. Sekarang dia menjadi janda." Bela mang Edi menghentikan acara makannya. Sarapan didepannya seakan tak mengundang selera lagi. Hasna hanya menunduk, ia tahu bibinya mungkin tertekan karena statusnya. Meskipun bukan dia saja yang berstatus janda. Tetapi entah selalu dia yang menjadi gunjingan warga. "Nasib punya wajah cantik," kata Erna sahabatnya ketika masih menjadi SPG. Mereka berdua memang kerap kali menceritakan kisah hidupnya masing-masing. Apalagi malam itu kedatangan Fandi yang tak disengaja membuatnya heboh. Rasanya tak adil baginya. Ia curiga pada satu nama yang memprovokasi hingga warga berke
"Bagaimana ini?" tanya Andre tanpa suara. Sementara sebentar lagi acara akad segera dimulai. "Nak Fandi, ayo penghulunya sudah datang." Panggilan mang Edi membuyarkan keduanya yang sedari tadi terdiam bimbang. "Halo, Andre!" Suara Yulia dari seberang telepon masih terdengar. "Atur saja, jangan sampe ketahuan." Bisik Fandi nyaris tak terdengar dan berlalu meninggalkan Andre. "I-iya, tante, aduh sinyalnya susah, halo hallo,” sahut Andre seraya mematikan ponsel sepihak dan berlalu menyusul Fandi dirinya akan menjadi saksi pernikahan sahabatnya itu. Dirumahnya Yulia amat kesal, Fandi dan Andre sulit dihubungi. "Pengh
Sudah hampir larut malam Fandi belum juga pulang membuat Hasna cemas. Ponselnya juga sulit dihubungi. Ingin menyusulnya tapi kemana? Ia juga tidak tahu rumah mertuanya. Sementara itu diseberang jalan ada sepasang mata yang tengah mengawasi rumah petak mereka. "Iya, juragan. Siap!" Seru lelaki dibalik mobil jeep itu menjawab telepon bosnya dan berlalu. Juragan Sardi masih belum terima atas pernikahan Hasna dengan Fandi. Ia merasa harga dirinya di injak- injak baru kali ini ada yang menolaknya. Juragan Sardi menyuruh anak buahnya untuk mengikuti kemana Hasna pergi dan mencari tahu siapa Fandi sebenarnya. "Kau harus jadi milikku Hasna!" geramnya kemudian terkekeh sendiri. Hasna yang lelah menunggu Fandi akhirnya tertidur. Tok tok tok!
"Hasna!" teriak Fandi dari dalam membuat mereka yang sedang mengobrol menoleh. Hasna semakin gelisah, pandangannya menatap ke seberang jalan. Mobil SUV hitam itu berhenti sejenak kemudian melaju kembali. Hasna menghela napas lega, ternyata seorang laki-laki keluar dari mobil itu membeli minuman di sebuah warung dan mobil kembali melaju. Ya, jelas dia bukan ibu mertuanya."Neng, ibu pulang dulu ya.""Saya juga, itu suamimu sudah manggil." Rima dan bu haji undur diri, mereka merasa tak enak karena panggilan Fandi tadi. Keduanya pun segera berlalu. Begitu pun Hasna gegas ia masuk menemui panggilan suaminya.Baru saja Hasna masuk dan menutup pintu, Fandi langsung menyerbunya, memeluk erat wanita itu."Ada apa, bang?" Dahi Hasna berkerut dalam di
Banyak pertanyaan dalam benak Hasna. Bukankah malam pertama menjadi keinginan setiap lelaki. Sebaliknya menjadi momok menakutkan bagi wanita. Namun ada apa dengan suaminya kini, apakah ia yang terlalu agresif? Tapi bukankah suaminya juga menginginkan? Ataukah lelaki disampingnya itu punya masalah kesehatan? Hasna menggelengkan kepala mencoba berpikir positif. 'Ini pasti yang pertama baginya, ah.. dasar anak manja. Sepolos itukah kamu. Belum rela melepas keperjakaannya.' Batin Hasna seraya mengulum senyum. Malam itu mereka habiskan dengan tidur saling membelakangi.Sementara itu, Yulia nampak kecewa apartemen itu kosong tidak ada Fandi disana. Ditelepon pun putranya tak memberi tahu kediamannya sekarang ini. Yulia sengaja menemui Fandi karena ada maksud tertentu. Ia ingin memberikan kartu kredit baru untuk putranya. Ia tahu Surya telah memblokir kartu kredit Fandi beserta menghentikan transferan uang jajan