Semua Bab Pendekar Romantis: Bab 11 - Bab 20
537 Bab
Bab 11: Malaki Dipelihara Gembong Rampok
Setelah mendapat petunjuk ini dan itu dari Ki Jarong, hari itu juga Pendekar Pekok pamit dan bermaksud akan menuju ke kaki pegunungan meratus bagian barat, yang jaraknya lebih satu bulan perjalanan. “Semoga kita bertemu di sana Malaki, selamat jalan dan terima kasih atas bantuan kamu menumpas musuh besarku. Aku puas, semoga kini arwah istriku dan mertuaku berikut anak buahnya tenang di alam sana, dendam mereka sudah kutuntaskan melalui kamu!” Ki Jarong dan Pendekar Pekok berpelukan, pendekar ini juga bersalaman dengan seluruh murid Ki Jarong, termasuk Dusman dan Nalini. Setelah bersalaman, pendekar ini sekali lagi menoleh dan melambaikan tangan, lalu diapun naik kuda dan menghela kudanya ini, dan kuda hitam ini seakan terbang saking cepatnya meninggalkan padepokan itu. Nalini yang diam-diam jatuh cinta dengan pendekar sakti ini, tiga hari kemudian minta izin untuk ke kaki pegunungan meratus. Tentu saja keinginan Nalini di tentang keras Ki Jarong. “Nal
Baca selengkapnya
Bab 12: Tinggal di Sarang Perampok
Sejak saat itu, Malaki benar-benar bak budak di sarang para perampok ini, dia disuruh memasak, mencuci dan juga merawat kuda-kuda di persembunyian para perampok tersebut. Kalau dia salah bekerja, tendangan dan pukulan akan ia terima dari anak buah Jambrong.Akibatnya Malaki makin dendam dengan para perampok ini, tapi dia tak berdaya, sedangkan 5 wanita malang dari desa yang sama mereka dijadikan budak nafsu oleh para perampok.Selain 5 orang wanita itu, terdapat juga 10 wanita lainnya, yang sebelumnya juga dijadikan hal yang sama, tapi lama-lama mereka malah di paksa jadi istri-istri oleh para perampok sadis tersebut, bahkan ada yang telah memiliki anak.Tak ada yang berani kabur, sebab tempat itu berada di sisi jurang dan di sekelilingnya hutan lebat penuh dengan binatang buas atau ular-ular beracun, juga terdapat lembah berlumpur, yang bila masuk ke dalamnya, lumpur itu akan menyedot apapun yang jatuh dan tak bisa keluar lagi.Jambrong sendiri memiliki
Baca selengkapnya
Bab 13: Di Culik Tokoh Golongan Hitam
Sonto langsung menerjang Malaki, dia melancarkan pukulan lurus ke tubuh Malaki. Malaki dengan mudah menghindar, latihan diam-diam yang dia lakukan kini menemui ujian dari Sonto.Sonto kaget Malaki mampu menghindar dengan mudah, bocah cilik ini langsung emosi dan dia kembali melancarkan serangan-serangan, tapi lagi-lagi semuanya gagal.Sonto makin emosi, terlebih Rani malah bertepuk tangan melihat Malaki mampu menghindari semua serangan Sonto dengan mudah. Rani juga tanpa sungkan memberi semangat pada Malaki, akibanya Sonto makin emosi.Tiba-tiba Sontoh berhasil memeluk tubuh Malaki, keduanya lalu bergumul hingga berguling-guling di tanah. Malaki kali ini tak mau mengalah, dia langsung memukul wajah Sonto, akibatnya bibir Sonto langsung berdarah dan dia menangis kesakitan.Malaki pun berdiri dan menjauh dari tubuh Sonto, Rani tertawa mengolok-olok saudaranya yang suka pongah dan sombong ini, Sonto bangun dan berlari.“Awasss kamu yaa, ku lapor
Baca selengkapnya
Bab 14: Jadi Murid Golongan Hitam
Pendekar Jubah Tengkorak ini melompat-lompat jauh bahkan jarak lompatannya sampai 10 tombak, setelah hampir dua jam lebih berlari tanpa henti, Ki Sunu berhenti dan menurunkan dua calon muridnya ini.“Hmmm…mulai sekarang kalian murid-muridku, ayoo kalian berlari menuju arah matahari terbenam, mulai sekarang kalian harus berlatih ilmu gingkangku!” Ki Sunu lalu mengibaskan tangannya dan kedua anak kecil ini terdorong ke depan.Rani yang paham karena dia lama berlatih dengan ayahnya, langsung berlari, Malaki tak mau kalah, dia malah lebih gembira kini seakan telah bebas dari cengkraman Jambrong, setelah 1 tahun lebih jadi budak perampok itu, Malaki mengerahkan tenaganya, akibatnya Rani malah tertinggal kini.Rani kaget, tak menyangka tenaga Malaki malah mampu mengalahkan dia, gadis cilik ini tak mau kalah, dia mengerahkan kekuatannya, kini dia bisa sejajar dengan Malaki.Rani terkenal sebagai gadis cilik yang berhati keras, kalau sudah ada
Baca selengkapnya
Bab 15: Rani Mulai Pemalu
Sebagai salah seorang tokoh pendekar dunia hitam, Ki Sunu tak ragu mengajarkan ilmu-ilmu keji pada keduanya. Sayangnya, soal moral dan attitude, Ki Sunu tak punya itu semua, akibatnya baik Rani dan Malaki lambat laun ikut gaya gurunya ini.Terkadang dua anak kecil ini kadang saling pandang, saat Ki Sunu membawa dua atau tiga wanita dan mereka mendengar suara-suara aneh di dalam kamar di pesanggrahan itu. Lalu beberapa hari kemudian suara-suara itu menghilang, keduanya tak berani mendekat apalagi mengintip, mereka biasanya langsung pergi menjauh dan berlatih dengan tekun.Anehnya, beberapa hari kemudian, Ki Sunu meminta mereka masuk ke ruangan itu dan menyuruh keduanya merendam kedua tangannya yang berisi bejana warna hitam, ada bau amis yang cukup menyengat.“Ini gunanya agar tangan kalian kebal terhadap segala racun, ayoo lakukan segera!” perintahnya, Rani dan Malaki tak membantah. Mereka merendam kedua belah tangan hingga berjam-jam, kalau saja ked
Baca selengkapnya
Bab 16: Langgar Pantangan Ki Sunu
Suatu hari selesai sarapan dan mereka kembali bersiap berlatih, Ki Sunu menahan keduanya agar jangan buru-buru pergi berlatih.“Malaki, Rani…hari ini aku akan pergi agak lama, mungkin 2 atau 3 bulan baru kembali ke sini, kalian jangan kemana-mana, tetap saja di sini dan latih terus ilmu-ilmu yang kuberikan!”“Memang guru akan kemana?” sela Rani penasaran, Rani memang lebih berani ceplas-ceplos kalau sudah bicara dengan gurunya ini. Sedangkan Malaki seperti biasa selalu mengangguk dan mendengarkan apapun yang dikatakan ataupun diperintah gurunya.“Aku jelaskan juga kamu belum tentu paham Rani, intinya aku pergi untuk sebuah misi khusus!” kata Ki Sunu sambil menatap muridnya yang mulai beranjak remaja dan diam-diam Ki Sunu menyayangi Rani sebagaimana layaknya orang tua terhadap anak.“Baik guru…aku dan Rani akan mematuhi perintah guru!” sergah Malaki, Ki Sunu langsung mengangguk-anggukan kepala.
Baca selengkapnya
Bab 17: Terjebak Dalam Gua
Setelah menurut anak tangga hingga 7 tingkat, kini mereka sampai ke sebuah ruangan yang tak begitu luas, Malaki memindah-mindah obor, dia lalu melihat sebuah lubang mirip gua. “Aku takut…!” bisik Rani yang tak pernah melepas pegangan dari lengan Malaki. Malaki tak memperdulikan ucapan Rani, dia terus melangkah menuju gua tersebut yang tingginya hanya 1,5 meter dengan diameter yang hanya kurang dari 1 meteran. Malaki agak merunduk berjalan masuk ke gua itu, diikuti Rani, sambil memegang obor, Malaki terus berjalan hati-hati. Ternyata lorong gua ini sangat panjang, lumayan lama mereka berjalan, lampu obor kini makin meredup. Tapi semakin jauh mereka melangkah, tinggi gua makin tinggi, sehingga kini mereka bisa berjalan dengan badan tegak, terutama Malaki yang lebih tinggi dari Rani. “Malaki, kita makin jauh, gimana nanti kembali!” bisik Rani. “Udah kepalang tanggung Rani, kita terus saja sampai di mana gua ini berakhir!” sahut Malaki. Un
Baca selengkapnya
Bab 18: Kotak Misterius
Malaki lalu mengambil surat yang kertasnya sudah berwarna kekuningan dan buram termakan usia itu dan dan kini dia membacanya.“Orang bijak akan selalu baik serta sabar, kelak mendapatkan hasil sesuai keinginannya, tidak serakah yang bisa membawa petaka”Malaki mengerutkan alisnya, dia yang masih belum dewasa ini tentu tak paham arti kalimat ini, Rani juga bingung mengartikan kalimat ini.Namanya masih anak-anak dan keduanya belum pernah sekolah formal, tentu saja keduanya tak paham bahasa kiasan yang artinya lumayan berat bagi otak keduanya.Keduanya akhirnya tak mengubris surat itu, Malaki kini membolak-balik kitab itu, saat aseek itulah dia seakan melupakan keadaan sekelilingnya termasuk Rani. Malaki malah membaca satu persatu lembaran kitab itu.Karena banyak kalimat-kalimatnya yang sangat menarik perhatiannya, Malaki makin tenggelam saja dalam keasekan membaca kita itu. Ternyata kitab tersebut berisi pelajaran-pelajaran ilm
Baca selengkapnya
Bab 19: Belajar Dari Kitab Secara Otodidak
Rani memang salut dengan pemikiran Malaki, kadang pikiran Malaki lebih dewasa daripada umurnya yang masih 12 tahunan.Kini kedua anak kecil tersebut benar-benar tekun berlatih berdasarkan kitab yang di baca Malaki, kadang Rani ikut membaca, tapi tak lama, dia pusing melihat aksara-aksara rumit yang membuat kepalanya pening membacanya.Beda dengan Malaki, semakin rumit maka dia makin penasaran. Setelah hampir sebulan membaca, Malaki pun mulai memperaktikan semuanya sesuai dengan isi kitab sebisanya dia.Namun tanpa adanya guru yang memberi petunjuk, tentu saja pelajaran yang diperaktikan Malaki malah banyak ngawurnya.Malaki malah lebih mudah mempelajari petunjuk-petunjuk silat yang ternyata sesuai dengan pelajaran yang dia terima dari Ki Sunu.Kitab itu ternyata memuat pelajaran ilmu silat dua aliran, yakni aliran putih dan hitam, Malaki lebih cocok dengan pelajaran aliran hitam, saat dia memaksakan diri mempelajari aliran putih, kepalanya sering p
Baca selengkapnya
Bab 20: Ki Sunu dan Ki Jambrong Kejar Malaki dan Rani
Keduanya kemudian meloncat dan kini sudah berada di dekat jendela, rumah itu terlihat sepi, keduanya tanpa kesulitan masuk ke dalam kamar dan mulai memilih-milih pakaian yang terlihat terlipat rapi di lemari.Setelah dapat sesuai tubuh mereka, kedua mengintip lewat pintu kamar, ketika di rasa aman, kemudian mereka menuju dapur, Rani ternyata ingin mengambil peralatan mandi, naluri sebagai wanita dia ingin tentu ingin membersihkan tubuh.Selama ini dia hanya menggosok badannya dengan daun-daun tertentu saat mandi dan menggosok giginya dengan akar-akaran.Satu sabun dan dua sikat gigi dia ambil, saat berbalik dia kaget, ketika seorang wanita datang dan memergokinya.“Ma-malingggggg….!” teriak wanita itu yang terkaget-kaget tadi. Rani tentu saja terperanjat, ulahnya kepergok, dia langsung melompat tinggi menuju jendela.Malaki yang saat bersamaan mengambil dua sepatu kulit di sebuah kamar, ikutan kaget, dia ikut melompat lewat jende
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
54
DMCA.com Protection Status