All Chapters of BIARKAN DENDAMMU JADI CINTA: Chapter 11 - Chapter 18
18 Chapters
Sepuluh Tahun Yang Lalu
POV AIDEN Aiden pergi kesuatu tempat yang berjarak satu kilometer dari rumahnya di Greentown, menuju sebuah pemakaman yang berada disebuah bukit yang asri, berjalan gontai mendaki tangga batu yang disusun rapih. RIP CINTYA LIN. sebuah nama tertulis dibatu nisan yang dikunjungi Aiden. “Apa kabar bu?, aku merindukan mu bu. aku kesini membawa anak dari wanita yang membuat ibu menderita sampai terbaring disini. Apa ibu bahagia ketika kami nantinya membuat mereka merasakan apa yang dulu ibu rasakan?” Ucapnya lirih, tak terasa embun dimatanya menjadi tetesan airmata yang tak bisa ia bendung. Ingatannya kembali mengulang kejadian sepuluh tahun lalu ketika ibunya akan pergi menghadiri pengumuman kompetisi desainer internasional. Dengan senyum yang mengembang Aiden dan kakaknya menemani ibunya ke gedung seni terbesar dipusat kota. Kami duduk di meja yang telah disediakan sesuai dengan nomor yang tertera di undangan kami. “Bu, bukannya itu Tuan David Lee?” Kakakku menunjuk ke salah satu meja
Read more
Jika Itu Kamu
Aiden kembali kerumah di Greentown dengan suasana hati yang sudah bisa dikendalikan. Dia langsung menuju dapur untuk membuat hidangan makan malam. Dia membawa sekeranjang bahan makanan dari pasar yang dia lewati. “Kamu tadi pergi kemana?” Tanyaku saat Aiden sedang mengolah makanan di dapur. “ada yang bisa aku bantu?” aku mendekatinya “Kamu kan tamu, duduk saja! Aku akan buatkan makanan special.” Dia merangkulkan tangannya kepinggangku, lalu mendudukan aku dikursi. “ee-h... Boleh aku bertanya soal keluargamu?” ucapku gugup “Apa yang ingin kamu tahu? Kamu sudah tahu siapa aku, kamu mau tanya soal keluargaku yang mana?” ucapnya sambil meneruskan memasaknya “Apakah kamu pernah tinggal disini dengan keluargamu?” Aiden sekilas menatapku lalu melanjutkan kembali aktifitasnya, aroma masakannya sudah mulai tercium menggoda lidah. “Ya, kami hanya tinggal beberapa hari disini, setelah itu kami berpisah.” Senyumnya pahit “Bersama orangtuamu?” aku hati-hati bertanya “Ibu dan saudariku.” dia
Read more
Pulang
Keesokan harinya setelah sarapan, kami berkemas untuk pulang, namun sesuai rencana tadi malam, Aiden akan mengajakku ke sebuah pantai yang terkenal indahnya dikota sebelah, meski nanti harus berputar arah saat pulang, karena arah yang berbeda. Pagi ini ku lihat Aiden sangat berbeda, dia sangat perhatian dan selalu menebar senyum yag membuat hatiku makin tak bisa lepas darinya. “Kamu sudah beres berkemas?” Aiden mengintip dibalik pintu kamar. Aku yang sedang berdiri didepan jendela menengok ke arah pintu datangnya suara. “Sudah.” Jawabku, “mau berangkat sekarang?” aku menatapnya. Dia berjalan ke arahku dengan penuh pesonanya, dia menatapku tajam lalu mencium keningku, memutarkan tubuhku membelakanginya dan memelukku, kami menatap ke arah luar jendela, terlihat burung burung berterbangan membuat sarang diatas pohon. Aku terlena dengan aroma harum tubuhnya. Ku pejamkan mata ini hanya untuk menikmati pelukkannya. “Ehemm,” Suara deheman dari arah pintu menyadarkan lamunanku. Aku melong
Read more
Berita Kepulangan Ayah
Esok harinya saat aku akan pergi mengirimkan hasil rancanganku, Amara datang dengan Matteo ke apartemenku dengan wajah yang serius. “Kak, kak Amara ada apa datang kesini pagi-pagi.” tanyaku heran pada mereka. Kulihat mereka berdua saling berpandangan. Matteo menuntunku duduk, “Aku mendapatkan berita tentang ayah dan keluarga wanita itu....” kalimatnya terpenggal, “saat ini mereka ada dibandara untuk pergi dari negara ini. Kamu harus ikut menemuinya sekarang.” “Baiklah, ayo kita temuin mereka, mungkin kita tidak akan menebak-nebak siapa orang yang akan membalaskan dendam pada keluarga kita.” tapi sesaat aku teringa belum mengirimkan hasil karyaku. “Tapi sempatkah kita kalau pergi mengantarkan hasil karyaku ke Kantor Gedung Seni Pusat? Tanyaku dengan perasaan bimbang. “Kamu belum mengantarkannya?” Ucap Matteo. “Kemarin aku tidak sempat pergi.” Aku hanya menghela napas, karena kemarin aku pulang larut malam bersama Aiden. Kulihat Matteo beberapa kali melihat jam tangannya, seakan w
Read more
Ayah
Setengah jam sebelum pemberangkatan pesawat yang akan ayah tumpangi kami duduk bertiga di ujung ruang tunggu. “Selama sepuluh tahun ini ayah pergi kemana? Apa tak ada keinginan ayah untuk menemui kami?” itu hal pertama yang terlintaas dibenakku untuk aku tanyakan padanya. “Apa kami tidak penting bagi ayah? Apa ayah memilih pergi kepadanya?” “Tidak ada yang terpenting bagi ayah selain kalian, namun selama ini ayah tidak berada dinegara ini. Ini pertama kalinya ayah datang kesini lagi.” Ucapnya penuh sesal. “Apa ayah tak ada waktu untuk sekedar mengunjungi kami atau memberi tahu kabar ayah!” Matteo bertanya dengan sedikit emosi, “karena ayah tahu wanita itu meninggal karena ulah ibu kan? Karena ayah malu untuk menemui keluarga wanita itu?” Matteo menatap ayah tajam, “dimana mereka sekarang, apa ayah tahu tentang keluarga wanita itu? Apa ayah pernah berpikir bahwa kejadian dulu itu mungkin menorehkan luka pada anak wanita itu dan mungkin saja mereka akan membalaskan atas sakit yang dide
Read more
Sebuah Paket
Saat kami keluar dari bandara aku seperti melihat sosok yang baru saja ku kenal, dengan berpakaian rapi seperti seorang eksekutif muda dia berjalan dengan percaya diri ke arahku. “Hai, kita bertemu lagi. Memang dunia ini terlalu bermurah hati kepada kita untuk terus saling bertemu.” ucapnya seraya tersenyum menggoda. Aku yang terkejut bertemu dengan Daniel hanya mampu membalas dengan sebuah senyuman. “Siapa dia?” tanya Matteo berbisik sambil menyikut tanganku. “Kenalkan ini kakakku Matteo!” ucapku sambil menunjuk kakakku, “Kak, dia Daniel, orang yang Aiden tabrak!” ucapku polos, dan keduanya serempak menatapku dengan menautkan kedua halis masing-masing, entah apa yang membuat mereka melakukan itu. “Salam kenal!” ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk berjabatan. Sedang Matteo hanya menatapnya dingin tak membalas uluran tangannya. “Hehmm.” Matteo hanya mengeluarkan suara lalu melengos meninggalkan Daniel yang terpaku melihat sikap Matteo yang tak peduli padanya dengan tagan masih
Read more
Gaun Kenangan
P.O.V Mona Chou Hari yang dinantikan para kompetitor akan segera tiba, aku sebagai tamu VVIP dan juga menjadi salah satu penilai mendapatkan undangan khusus. Hari ini adalah hari pengumpulan hasil rancangan para kompetitor, maka kami para penilai datang untuk mengadakan rapat akhir terkait acara besok malam. “Selamat pagi! Anda nyonya Mona Chou?” Tanya seorang gadis berpakaian rapih dengan kartu pengenal yang menandakan dia bagian dari panitia acara. “Ya, betul.” Jawabku singkat “Perkenalkan saya Claudy, saya ditugaskan untuk mengantar anda ke ruangan tamu VVIP yang telah disediakan, anda bisa beristirahat dulu disana sebelum acara dimulai. Mari saya tunjukkan ruangan anda.” gadis itu berjalan didepanku menuju ruangan yang dimaksud. “Silahkan anda bisa beristirahat didalam, ini kunci masuknya! Nanti akan kami hubungi jika semua sudah siap, silahkan anda bisa hubungi panitia apabila ada perlu sesuatu.” “Baik, terimakasih nona.” “Kalau begitu saya permisi.” pamitnya seraya membung
Read more
Mengkhawatirkan Keamanan
“Nyonya Mona, apa anda baik-baik? Saya lihat tadi anda tidak antusias saat karya-karya para peserta di tampilkan? Biasanya anda orang yang sangat teliti dalam menilai sebuah desain.” Tanya Tn. Smith salah satu juri yang sudah senior dalam dunia fashion sedikit heran sikapku. “Oh, tidak. Aku baik-baik saja! Cuma aku rasa semua desain yang ditampilkan tadi memang sudah baik, yang tiga desain yang aku pilih menurutku itu yang sudah memenuhi penilaian.” Jawabku sambil tersenyum padanya menutupi kecemasanku. Ingin rasanya aku cepat meninggalkan tempat ini, namun ini akan membuat reputasiku diragukan. ‘Sekretaris Koo, bagaimana? Kamu sudah mendapatkan identitas orang itu?’ sebuah pesan aku kirimkan pada sekretarisku. ‘Belum nyonya, dia sepertinya hapal dimana CCTV berada, disemua waktu yang diperkirakan datang perginya sudah ditelusuri namun tak menemukan hasil.’ balasnya. Emosiku semakin tak bisa kukendalikan, namun aku masih ingat saat ini sedang berada dimana. ‘Coba kamu teliti lagi m
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status