Kilasan kenangan bersama Farhan kembali memenuhi kepala Kiyada. Perihal pertemuan pertama mereka, hingga akhirnya menjalin kedekatan. Farhan yang selalu memenuhi dahaga Kiyada akan ilmu pengetahuan, tempat bertanya tentang berbagai hal.“Sebenarnya tak etis membahas ini sekarang,” ujar Farhan lagi.Kiyada sama sekali tak mengubah posisi berdiri, ia tetap membelakangi Farhan. Meski tangannya tiba-tiba terasa kebas, bahkan apel dalam genggamannya sempat nyaris terjatuh. Kiyada menguatkan diri agar jangan sampai menoleh ke arah Farhan. Bisa jebol pertahanannya jika kembali bertatapan dengan laki-laki itu.“Tapi aku tak memiliki banyak waktu, karena setelah ini mungkin aku akan melanjutkan study ke timur tengah,” lanjut Farhan dengan suara lirih dan begitu tenang.Hening beberapa detik, hanya terdengar suara alat pendeteksi detak jantung ibu yang masih berbunyi teratur. Kalimat yang diucapkan Farhan entah mengapa membuat Kiyada merasa kehilangan. Padahal ia juga tak memiliki hak apapun at
Read more