Semua Bab Madu Untuk Suamiku: Bab 111 - Bab 120
143 Bab
Meredam Rasa
Shofia tak pernah melarang Ustaz Subhan untuk menemui istri keduanya. Sebab ia paham bahwa Kiyada juga memiliki hak yang sama. Meski rasa cemburu tak dapat dengan mudah diredam begitu saja, tetapi Shofia tetap akan berusaha untuk tak menampakkannya pada siapapun.Setelah pertemuan tak sengaja di depan lift rumah sakit, ada sesak dalam dada Shofia. Ketika wanita yang baru beberapa bulan menjadi istri ke dua sang suami, kini telah mengandung buah cinta keduanya. Tak lama lagi Kiyada akan resmi menyandang status sebagai seorang ibu.Saat mengetahui sang suami diam-diam menemui istri ke duanya, ternyata rasa nyeri itu masih tertancap kuat dalam diri Shofia. Ada rasa khawatir yang menyelinap ke lubuk hatinya. Bagaimana nanti jika Ustaz Subhan semakin jatuh cinta pada Kiyada? Wanita yang dapat memberikan segalanya pada Ustaz Subhan.Sementara Shofia sendiri kini semakin lemah. Tak bisa melayani sang suami seperti dulu lagi. Kiyada lebih muda dan tentunya mampu melayani sang suami dengan san
Baca selengkapnya
Mengungkap Rahasia
Air mata Shofia tak dapat lagi dibendung tatkala menyaksikan kondisi Bu Aminah dari balik jendela kaca ruangan tersebut. Ia dan Ustaz Subhan tidak diperkenankan masuk. Semenjak kondisi Bu Aminah kian menurun, akses untuk menemui beliau pun sangat dijaga ketat. Ingin rasanya Shofia mendekat pada wanita yang telah dianggap sebagai ibu kandungnya itu. Menyampaikan sebesar-besarnya permohonan maaf atas segala kejadian sejak beberapa hari terakhir. Shofia yang ternyata belum mampu sepenuhnya menerima kehadiran Kiyada, padahal ia sendiri yang meminta Kiyada menjadi istri ke dua sang suami.Siapa sangka bahwa semua berjalan di luar dugaan. Kiyada hamil lebih cepat dari perkiraan Shofia. Menurut perhitungan Shofia, Kiyada mungkin baru hamil dua atau tiga bulan lagi. Namun, Allah memberi titipan di waktu yang tak disangka-sangka. Saat Shofia belum sepenuhnya mampu mengendalikan rasa cemburunya, ketika ia masih berusaha menata hati untuk ikhlas berbagi rasa. Kabar kehamilan Kiyada justru semp
Baca selengkapnya
Kisah Pilu Masa Lalu
Shofia menarik napas panjang satu kali. Masa lalu yang pernah diceritakan Bu Aminah beberapa minggu sebelum ini memang belum pernah dibaginya dengan siapapun. Termasuk sang suami. Sebab ia masih ragu, takut salah mengambil tindakan yang justru akan membuat Bu Aminah kecewa.“Mari kita duduk dulu. Biar lebih enak ngobrolnya.” Shofia memberi isyarat untuk duduk di bangku terdekat dengan mereka.“ Baik, Uatazah.” Kiyada mengikuti instruksi yang diberikan Shofia dengan kepala tertunduk. Ia sama sekali tak berani menatap Ustaz Subhan barang sekilas. Walau hatinya begitu merindu sosok laki-laki yang telah sah menjadi suaminya tersebut.Mereka bertiga duduk berjejer dengan posisi Shofia berada di tengah. Sementara Ustaz Subhan masih terdiam menunggu kelanjutan kalimat yang akan diucapkan sang istri. Suasana rumah sakit terpantau cukup lengang hari ini. Setidaknya di area lantai tempat Bu Aminah dirawat.“Kita tidak pernah tahu sampai kapan usia seseorang. Dan saya memiliki amanah dari ibu ka
Baca selengkapnya
Di balik Senyuman Ibu
Mungkin ini adalah salah satu hari terburuk bagi Kiyada. Jika boleh memilih ia lebih baik tak mendengar kisah pilu sang ibu di masa lalu. Semua itu ibu lakukan pasti demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kiyada tahu, bagaimana usaha dan kerja keras wanita yang telah melahirkannya ke dunia tersebut.Namun, siapa sangka. Jika di balik senyuman dan ketenangan ibu, ternyata beliau menyimpan kepahitan yang tak pernah terbayangkan. Kiyada sering menunggu ibu yang terkadang pulang hingga larut malam. Kata ibu, kerjaan menumpuk, dan ia tak boleh pulang sebelum pekerjaan rumah selesai.Sungguh dada Kiyada terasa sesak membayangkan kegetiran yang disimpan ibu seorang diri selama ini. Setahu Kiyada sang ibu memanglah pekerja keras, hampir tak pernah terdengar beliau mengeluh. Dalam keadaan apapun ibu selalu mengajarkan untuk tetap bersyukur.“Apa pesan Ibu, Ustazah?”Shofia tak langsung menjawab pertanyaan yang diajukan Kiyada dengan air mata berderai. Sejak beberapa detik yang lalu kepala Shofi
Baca selengkapnya
Sakit yang kembali hadir
Detik-detik terasa berjalan lambat bagi Ustaz Subhan. Keadaan sang istri semakin melemah, tetapi Shofia bersikukuh tak mau ke dokter lagi. Selama berada di dalam lift, tiada henti Ustaz Subhan mnggumamkan doa dan dzikir. Agar hatinya tetap tenang, dan bisa menghadapi situasi ini dengan baik.“Aku gendong saja, ya?” pinta Ustaz Subhan setelah pintu lift terbuka. “Atau mau naik kursi roda?” imbuhnya dengan nada khawatir.“Tidak perlu, Mas. Aku masih kuat berjalan sampai ke parkiran,” tolak Shofia lemah. Tangan kirinya bergelayut di lengan kokoh sang suami.Ustaz Subhan mengembuskan napas kasar. Ia sudah paham jika tak ada gunanya memaksa Shofia dalam keadaan seperti ini. Meski sangat khawatir dengan kondisi sang istri, tetapi Ustaz Subhan tak dapat berbuat banyak. Selain menjaga keseimbangan tubuh ringkih itu agar jangan sampai terjatuh apalagi terluka.Keduanya berjalan sangat pelan. Tempat parkir tinggal beberapa meter lagi, tetapi Shofia semakin terlihat lemah. Langkah kakinya terasa
Baca selengkapnya
Kembali ke Rumah Kita
Tak terasa kedua mata Ustaz Subhan mulai basah. Ia benar-benar belum siap jika harus kehilangan sosok wanita yang telah menemaninya bertahun-tahun. Seorang yang mampu membuatnya jatuh hati sejak pandangan pertama.Digenggamnya tangan lemah yang kini terkulai itu, seraya memastikan masih ada denyut nadi di sana. Napas Shofia tampak teratur, hal tersebut membuat Ustaz Subhan sedikit bernapas lega. Paling tidak kemungkinan besar Shofia tengah tertidur, bukan pingsan atau tak sadarkan diri. Sepanjang perjalanan Ustaz Subhan tak melepaskan genggamannya barang sedetik pun. Talapak tangan itu terasa semakin mengecil, dengan tulang yang terlihat menonjol. “Sayang, kita sudah sampai.” Dengan lembut Ustaz Subhan menepuk pipi Shofia. Walau sebenarnya ia tak tega untuk menganggu waktu istirahat Shofia, tapi dengan barang bawaan yang cukup banyak akan sangat kesulitan bila harus menggendongnya. Lagipula tindakan itu dapat memancing perhatian warga sekitar. Sementar Shofia tak ingin dirinya dik
Baca selengkapnya
Berbagi Raga
Shofia tampak terlelap tak lama setelah meminum obat yang diberikan dokter. Sesuatu yang dulu sangat tidak disukai Shofia, kini telah menjadi sahabatnya. Ustaz Subhan lah yang selalu memantau jadwal pengobatan rutin Shofia. Meski tengah berperang melawan sakit yang dideritanya, tetapi wajah itu tampak begitu damai saat tertidur. Ustaz Subhan menatap intens sang istri sebelum pergi menemui istri mudanya. Andaikan waktu bisa diulang, ia tak akan mau menuruti permintaan Shofia untuk menikah lagi dengan Kiyada.Situasi seperti ini benar-benar membuat Ustaz Subhan berada di posisi teramat sulit. Ia ingin selalu berada di sisi Shofia melewati masa-masa sakitnya. Namun, di sisi lain Kiyada juga tak kalah butuh perhatian. Selain masih harus merawat sang ibu seorang diri, Kiyada juga tengah hamil muda. Hasil dari pernikahan mereka.Nyatanya konsep adil dalam berumah tangga itu hanya mudah dipahami dalam teorinya saja. Ketika harus diaplikasikan di kehidupan nyata, hanya segelintir orang yang
Baca selengkapnya
Kabut Duka
“Ibu, Mas.” Kiyada terisak dengan suara sangat lirih.Beberapa detik kemudian kedua tangan Ustaz Subhan melingkari tubuh Kiyada. “Ibu kenapa, Ki?”Bukannya menjawab, sang istri muda justru semakin terisak dalam pelukannya. Sementara perawat yag tadi berbicara dengan Kiyada hanya terdiam seraya tertunduk. Ustaz Subhan berusaha menolak kesimpulan yang sempat terlintas dalam kepalanya.Tak lama pintu kamar tempat Bu Aminah diwarat terbuka. Seorang dokter laki-laki paruh baya keluar seraya mengelap peluh di pelipisnya. Wajah itu juga menampakkan sebuah kesedihan. Ia menatap Ustaz Subhan dan perawat bergantian seraya menggeleng lemah.“Ibu Aminah sudah dipanggil Yang Mahakuasa,” ucap dokter dengan sekali tarikan napas.“Innalilahi wainna ilaihi rajiun.” Spontan Ustaz Subhan mengusap lembut punggung Kiyada.Kiyada semakin tergugu. Kehilangan satu-satunya keluarga yang dimiliki bukan lah hal yang mudah. Ustaz Subhan sedikit banyak tahu bagaimana perjuangan Bu Aminah dalam membesarkan Kiyada
Baca selengkapnya
Pikiran yang Terbengkalai
Masih ada beberapa hal yang belum diselesaikan terkait pemulangan jenazah Bu Aminah. Sementara pada waktu yang sama Shofia di rumah juga dalam kondisi kurang baik. Belum sempat Ustaz Subhan menjawab panggilan telephon Shofia, kedatangan Kiyada yang berlinang air mata berhasil membuat fokus Ustaz Subhan terpecah lagi.“Apa kita bisa membawa pulang Ibu malam ini juga, Mas?”“Aku usahakan agar Ibu bisa dibawa pulang secepatnya. Kamu yang tenang, ya. Doakan saja ibu.”Di depan Kiyada Ustaz Subhan sebisa mungkin bersikap tenang. Meski hatinya juga tengah gelisah memikirkan sang istri pertama. Namun, saat ini tak ada lagi yang bisa diandalkan Kiyada selain dirinya sebagai sosok suami.“Terima kasih, Mas.” Kiyada mengangguk sekilas lalu duduk bersandar di kursi panjang.Ustaz Subhan berlalu untuk mengurus administrasi seraya menelepon balik Shofia. Ia harus memastikan jika keadaan sang istri di rumah baik-baik saja. Perasaan Ustaz Subhan kian risau ketika Shofia tak kunjung mengangkat panggi
Baca selengkapnya
Kabut Duka Kiyada
Tepat pukul dua dini hari semua administrasi dan pengurusan jenazah selesai. Bu Aminah telah mendapatkan haknya sebagai muslimah yang sudah meninggal. Sesuai permintaan Kiyada yang menginginkan sang ibu secepatnya bisa dibawa pulang. Ia ingin sedikit lebih lama berada di sisi sang ibu, sebelum esok diberangkatkan menuju tempat peristirahatan terakhir.Ustaz Subhan dengan sigap mengurus segala sesuatu untuk pemakaman. Sebab saat ini hanya dia yang dimiliki Kiyada. Meski di saat yang bersamaan ia belum bisa tenang sebelum mengetahui secara langsung bagaimana konsisi Shofia –sang istri pertama- saat ini.Tak lama setelah menyampaikan beberapa pesan utuk Shofia tadi, Ustaz Subhan segera memutuskan sambungan telephon. Suasana duka semakin terasa saat ambulance yang akan membawa Bu Aminah terparkir rapi di halaman rumah sakit.Tangisan Kiyada sedikit mereda. Namun, wajah kehilangan itu akan membuat siapa saja yang melihatnya seolah turut merasakan kesedihan yang mendalam. Ustaz Subhan mende
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status