All Chapters of Suami yang Tak Diinginkan: Chapter 61 - Chapter 70
305 Chapters
61. Sembunyikan Alan
Sejak Lilis mengenal Steve, bisa dikatakan dia sangat jarang pulang ke rumah. Segala keperluan Alan dia serahkan pada baby sitter, tidak memikirkan anak itu apakah diurus dengan benar. Mendapat penolakan dari Alan membuat Lilis menjadi teringat betapa dia sudah sangat lalai pada putranya sendiri.Hatinya sedikit pilu, sekali lagi Lilis mencoba meminta Alan datang padanya, tapi masih terus dapat penolakan. Apakah anak kecil bisa merasakan patah hati karena tidak diurus oleh ibunya?Sesaat kemudian, ponsel di dalam tas Lilis berdering. Dia segera melupakan Alan saat melihat nama Steve di layar ponselnya."Halo, Sayang..." jawab Lilis, suaranya dibuat sangat manja."Kamu udah nyampe di rumah, Babe?""Udah, dong. Dari tadi.""Terus, gimana soal Alan? Kamu udah beresin dia?" Seperti tertampar, Lilis melihat lagi putranya yang juga menatap dirinya kini. Mata sendu anak itu terlihat sangat menyedihkan, membuat Lilis semakin merasa bersalah."Lis, jawab dong, Lisa....""Itu... belum.""Ya am
Read more
62. Mandi Bareng
Dua bola mata cantik milik Juwita mengerjap beberapa kali, sebelum akhirnya mata itu terbuka sempurna. Wajah tampan Hendra langsung menyapa pemandangannya, lelaki itu masih tertidur dengan pulasnya. Juwi memperhatikan Hendra, mengamati bentuk wajah lelaki itu.Hendra tidak terlalu putih, malah terkesan hitam jika dibandingkan dengan kulit Juwi yang putih bak porselen. Tapi kulitnya terlihat bersih, apalagi setelah beberapa hari ini Juwita rajin membawanya perawatan. Garis wajah Hendra juga tegas, dengan dagu lancip dan sedikit maju ke depan. Hal itu membuat Hendra terlihat lebih menawan, nyaman untuk dipandang.Jika Hendra terlahir menjadi anak orang kaya seperti Juwi, mungkin laki-laki itu akan lebih tampan lagi. Tangannya tidak akan memiliki urat nadi yang timbul sebab tidak harus bekerja keras di pabrik. Dia akan bisa lebih tampan daripada laki-laki di luar sana yang sering mengejar cinta Juwita."Tapi nggak apa, kok. Justru urat di tangannya kelihatan seksi," bisik Juwi tiba-tiba,
Read more
63. Menjadikan Istriku Sebagai Ratu
Percikan air yang jatuh dari shower memberi kesan romantis bagi sepasang suami istri yang tengah mandi bersama. Hendra menatap istrinya yang tengah membasahkan diri di bawah shower, pemandangan yang sangat seksi dan menyejukkan. Matanya sulit dialihkan dari sana, ingin berlama-lama menatap tubuh sintal Juwita yang sempurna.Juwi menyadari tatapan suaminya dan langsung menutup bagian dada. Ini kali pertama mereka mandi bersama, sangat berbeda kesannya dengan telanjang saat bercinta di atas ranjang. Dia malu-malu."Kenapa ditutup?" tanya Hendra, tersenyum dia melihat Juwi yang malu-malu."Kamu lihatin.""Loh, dari tadi juga udah aku lihat, kan? Aku juga sentuh dan menikmatinya pake mulut."Mata Juwita membesar, wajahnya semakin merah mendengar perkataan Hendra yang semakin berani."Udah pinter ya sekarang," gerutu Juwi menepis rasa malunya."Pinter, dong. Kan diajarin sama istriku yang cantik ini." Hendra mencolek dagu Juwi untuk menggodanya, seakan menggoda Juwita menjadi candu baru ba
Read more
64. Buka Pintunya, Lilis!
Hendra mengusap bibirnya dengan tissue setelah meletakan sendok perlahan di atas piring. Hal itu tidak lepas dari pandangan Juwita yang belum selesai dengan makannya. “Kok nggak dihabiskan? Nggak enak?” tanya Juwi, tak biasanya Hendra menyisakan makanan.“Enak. Masakan kamu mana ada tandingan, sih," sahut Hendra menggoda.Juwi tersipu mendapat pujian dari suaminya tersebut, tapi berikutnya dia mengerutkan kening."Loh, mau ke mana?" tanya Juwi yang melihat Hendra sudah berdiri dari kursinya.Sebenarnya sejak tadi Hendra tidak bisa tenang pikirannya. Lilis memiliki selingkuhan, bahkan tega meninggalkan putra mereka di pagi-pagi sekali. Bukan tidak mungkin Lilis juga melakukan itu kapan pun dia ingin menemui laki-laki itu.Alan pasti sering ditinggal hanya dengan baby sitter. Anak itu tentu akan kekurangan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya, apalagi sejak Hendra tinggal di rumah Juwi. Dia tidak tega membayangkan nasib putranya hanya diurus seorang baby sitter."Wi, aku
Read more
65. Aku Rindu Sentuhanmu, Hendra....
"Aku tahu kamu di dalam, Lis. Kalo kamu nggak buka pintnya sekarang, aku bakal panggil petugas keamanan!" Hendra berteriak lagi dari luar. Suara lantang Hendra membuat Lilis tersentak, wanita yang masih berstatus istri orang tersebut merasa frustrasi sekarang. Dia bahkan tidak menemukan ide, bagaimana akan mengatasi Hendra kali ini."Dia nggak boleh tahu ada Steve di sini, nggak boleh!" kata Lilis, kelimpungan dia masuk ke dalam kamar lagi. "Hey, kamu tahan Hendra, jangan sampe masuk ke kamar aku, paham!""Baik, Bu Lisa." Asisten rumah tangga itu patuh."Ada apa sih, Lis? Kayak habis lihat setan aja. Pembantu kamu ngapain ganggu segala?"Steve sedang di puncak berahinya. Dia kesal ditinggalkan begitu saja oleh Lilis. Steve tarik pinggang Lilis kembali dan merebahkan Lilis dengan posisi telungkup di sisi ranjang."Aku belum puas, belum keluar sama sekali. Ayo kita lanjut dong, Babe." Asisten itu masih di ambang pintu melihat mereka, dan Steve tidak merasa sungkan olehnya."Steve, cuk
Read more
66. Yuk, Lanjut Kuda-kudaan.
Hendra tak bisa menahan sabarnya lagi melihat Lilis yang begitu binal dan menjijikkan. Matanya memerah, sakit hatinya mengetahui istri yang selama ini dia percaya, ternyata memiliki fantasi gila tentang seks. Tak tahan dia melihat Lilis terus menjilat dan mengulum jarinya, sehingga Hendra menarik tangannya kasar. "Hentikan!" teriak Hendra keras. "Aku ke sini menjemput putraku, bukan untuk menyaksikan betapa menjijikkan kamu yang sesungguhnya, Lis!" Lilis terkekeh, usahanya sia-sia ternyata. Tapi jangan berharap dia akan melepaskan Alan. "Cari aja sendiri. Kalo ketemu, ya kamu beruntung. Tapi... Alan nggak ada di sini, Suamiku." Sejak masuk tadi memang Hendra tidak melihat Alan di ruang tengah. Hendra berpikir mungkin Lilis sengaja menyembunyikan anak itu, jadi dia berinisiatif mencari sendiri di mana putranya. “Percuma ngomong sama kamu. Lebih baik bicara sama setan saja!” Hendra meninggalkan Lilis di kamar itu, sempat dia melihat ke cela pintu kamar mandi yang sedikit terbuka da
Read more
67. Ibu dan Anak Sama Gila.
Tapi, Steve masih kesal karena menunggu terlalu lama di kamar mandi. Wajahnya merengut menatap Lilis, tanpa membalas pelukan perempuan itu. "Kenapa sih, Sayang? Muka kamu cemberut mulu." Steve masih diam tidak menjawab. Apa dia marah karena tadi Lilis menggoda Hendra? Steve memang menggemaskan di mata Lilis dan dia memaklumi kecemburuan lelaki itu. “Sayang, maaf.” "Nggak mau. Tadi kamu bikin aku kesal." Steve akhirnya membuka mulut dan itu terasa lucu bagi Lilis. "Ih... jangan marah tau. Kan aku cuma berusaha mengalihkan pikiran dia. Kalo dia sampe tau kamu di kamar mandi, bisa berabe, kan? Lihat aja buktinya, dia langsung pergi, ga kuat dia digoda sama aku." Dengan bangga Lilis berkata seperti tidak ada rasa malu mengingat kejadian itu. Kecupan singkat Lilis berikan di bibir Steve, berusaha keras dia membujuk kekasihnya. Lilis bahkan memutar otak, bagaimana caranya agar Steve segera menyetubuhinya seperti tadi. "Kamu nggak pengen ini, apa?" Lilis gesekkan miliknya yang telanj
Read more
68. Apa yang Terjadi Pada Hendra?
Tatapan Hendra kosong, merasa kecewa dengan diri sendiri. Dia sangat menyesal tidak segera menjemput Alan sejak kemarin. Seharusnya Hendra mendahulukan yang terpenting daripada sekedar bercinta dengan Juwi. Tapi semua sudah menjadi bubur, dia tidak mampu menarik lagi waktu yang sudah berlalu. Brugh! Hendra tersentak mendengar suara kencang di depannya. Pikiran tentang Alan pun buyar berganti dengan rasa terkejut setelah melihat sesuatu yang tidak diharapkan di depan sana. Beruntung dia tidak menjadi hilang akal, Hendra segera turun menolong wanita yang terhimpit sepeda motornya. “Maaf, saya tidak sengaja, tolong maafkan saya.” Hendra mengangkat sepeda motor itu dari atas kaki si wanita berperut gendut. Tampaknya wanita itu sedang hamil, terlihat dari perutnya yang membuncit. "Maaf, Bu, maaf." Hanya kalimat maaf yang terus Hendra ucapkan, dia masih terlalu terkejut. Karena memikirkan Alan, Hendra tidak sadar baru saja menabrak seorang pengendara sepeda motor. Beruntung dia tidak me
Read more
69. Apa Kamu Akan Membantu?
Hari sudah gelap saat Hendra meninggalkan rumah sakit ibu dan anak itu. Dia melirik jam di pergelangan tangan, sudah pukul sembilan ternyata. Kemudian Hendra berjalan menuju parkiran di mana mobilnya tadi dia tinggalkan. Ketika dia menyodorkan kartu nama dan uang pada wanita hamil itu, tiba-tiba sang wanita jatuh di atas trotoar. Wanita itu pingsan, dan tak lama Hendra melihat pendaraan dari balik dress hamil yang dikenakan. Hendra tidak bisa berpikir jernih dan langsung membawanya menuju rumah sakit ibu dan anak terdekat. Bahkan menghubungi Juwita pun Hendra tidak kepikiran. Dia terlalu sibuk mengurus si wanita, menghubungi suaminya untuk segera mendatangi rumah sakit. Dia juga tidak bisa meninggalkan pintu ICU di mana wanita itu dirawat. Belum lagi amarah suami wanita yang Hendra ketahui bernama Widya itu, sangat marah mendengar kabar tentang istrinya. Lelaki bernama Baron tersebut bahkan hampir menyeret Hendra ke penjara. Berkat bujukan Hendra yang berkata mereka harus memastikan
Read more
70. Apakah Juwi Menganggapnya Suami Sungguhan?
Sejenak Juwita terdiam. Banyak dugaan di dalam kepalanya tentang apa yang akan Hendra katakan padanya. Apalagi tampaknya ini sangat serius, juga terlibat dengan keuangan. Juwi menjadi sedikit curiga untuk apa uang itu kira-kira. Bukannya Juwita merasa rugi membantu Hendra. Tapi jika dia mengingat Lilis yang begitu tamak akan uang, Juwi menjadi antisipasi. Dia tidak ingin Hendra akan meminta uang padanya, demi menyenangkan Lilis lagi. Itu sangat tidak adil bagi Juwita. Sedangkan Hendra yang mendapat tatapan penuh curiga itu, merasa hatinya menjadi gusar. Tampaknya Juwita tidak akan membantunya kali ini, mengingat sudah begitu banyak dia mengeluarkan uang demi Hendra. Entah dari mana Hendra akan mencari uang untuk menutupi janjinya pada Baron, suami Widya, wanita hamil yang dia tabrak. "Kalo nggak bisa, aku nggak akan maksa." Hendra sadar diri, dia tidak mungkin terus menggerogoti uang Juwita. "Bukan begitu. Tapi, aku harus tau alasannya untuk apa." Juwita memberi kesempatan Hendra m
Read more
PREV
1
...
56789
...
31
DMCA.com Protection Status