Lahat ng Kabanata ng Kenapa Bajuku Selalu Sama dengan Tetangga Baru? : Kabanata 121 - Kabanata 130
138 Kabanata
121. Masih Suasana Pengantin Baru
Puspa lapar. Ia ingin makan karena terus-terusan digempur Galih. Ini sudah tiga ronde dari sejak pagi dan mereka baru satu kali makan dan satu kali ngemil. Tentu saja bagi Puspa sangat berat karena pada dasarnya ia hobi makan dan ngemil. Galih masih memeluk tubuh istrinya dengan mata terpejam, meskipun lelaki itu tidak benar-benar tidur. Ia hanya melepas lelah seteleh tiga ronde terlewati. "Mas, laper," rengek Puspa. "Ya udah nih, makan saya aja!" Puspa yang gemas dengan jawaban suaminya, langsung beringsut hendak melepaskan diri dari pelukan, tetapi tidak semudah itu karena Galih mengeluarkan seluruh tenaganya agar Puspa tetap berada di dalam pelukannya. "Ish, lapar beneran, Mas. Nanti kalau maag-nya kambuh gimana? Masa pengantin baru sakit maag?" Galih membuka matanya begitu mendengar kata sakit. Tangannya ia panjangkan agar bisa meraih gagang telepon yang ada di samping ranjang. "Mau makan apa, hem?" tanya Galih sembari mencoba menghubungi bagian dapur. "Bosan makan di kamar,
Magbasa pa
122. Masuk ICU
["Apa? Mama kena serangan jantung?"]["Iya, Teh Dini, cepat pulang ya. Ibu sudah menelepon Teh Puspa, tetapi nomornya tidak tersambung. Mungkin karena pengantin baru, jadinya tidak aktif ponselnya."]["Baik, Bu Menik, terima kasih informasinya, saya segera pulang sekarang. Titip Robi dan mama dulu."]Dini menelepon Ramon, tetapi tidak diangkat. Pria itu sedang berbincang dengan dua orang pria berpakaian rapi dan terlihat sangat serius. Ia tidak mungkin menganggu pekerjaan lelaki itu karena sudah lebih dari sepekan ia merepotkan Ramon.Gadis itu berlari keluar dari tempat acara pameran untuk memesan taksi yang akan membawanya pulang ke Bandung. Terpaksa ia mengeluarkan uang yang tempo hari pernah diberikan Ramon padanya untuk uang jajan, sebagai ongkos pulang. Bang, mama kena serangan jantung lagi. Saya pulang duluan naik taksi online. Nanti saya kabari kalau sudah sampai di Bandung. SendDini mengirimkan pesan pada Ramon., berikut screenshot perjalanannya di aplikasi. Setengah jam
Magbasa pa
123. Perhatian Ramon pada Dini
Puspa dan Galih langsung menuju rumah sakit saat Bu Gina memberitahu keduanya dengan mendatangi hotel. Sepanjang jalan Puspa menangis karena merasa kesal kenapa ponsel lupa ia charger, sehingga ia tidak bisa cepat mendapatkan kabar soal mamanya. Bagaimana jika sesuatu hal buruk terjadi pada mamanya? Maka ia akan menjadi orang yang paling bersalah. "Sudah, Sayang, jangan nangis. Mama pasti baik-baik saja." Galih mencoba menenangkan Puspa dengan menyentuh pipi basah wanita itu. "Mama gak pernah sampai ke ICU, Mas." Isak Puspa dengan suara tertahan. "Iya, mungkin ini mama kelelahan juga karena baru saja hajatan. Saudara pada ngumpul di rumah sejak tiga hari lalu, jadinya pasti capek. Sudah, tenangkan diri kamu. Minta sama Allah untuk menjaga mama ya. Saya yakin mama kuat." Puspa mengangguk; menerima tisu yang diberikan Galih untuk menghapus air matanya. Kini mereka sudah tiba di rumah sakit. Puspa ingin sekali bisa berlari ke ruang ICU, agar bisa segera melihat keadaan mamanya, tetap
Magbasa pa
124. Usaha Rian Mendekati Dini
Keesokan harinya, Dini pulang ke rumah untuk mandi dan berencana tidur sebentar. Namanya di rumah sakit, kalian pasti tidak akan benar-benar bisa tidur dengan lelap walaupun hanya sepuluh menit. Itu yang dirasakan oleh Dini saat ini. Matanya mengantuk da tubuhnya menjadi lemas, maka ia putuskan untuk mandi, makan, lalu memejamkan mata sebentar. Puspa di rumah sakit bersama suaminya, bergantian jaga dengan Dini. Lalu di mana keberadaan Robi? anak kecil itu masih berada di rumah salah satu saudara mereka yang memiliki anak kecil seusia Robi. Dini berencana akan mengunjungi Robi, baru setelahnya ia pergi ke Pak RT untuk meminta rekaman CCTV saat kejadian mamanya pingsan. Dini tersenyum saat Ramon mengirimkan fotonya yang sudah duduk di kursi pemateri yang sebentar lagi akan ia pimpin. Ada rasa haru menyeruak di hati gadis muda seperti Dini. Ternyata seperti ini rasanya manis saat berhubungan dengan seseorang. Bukan karena nafsu ingin memiliki, lebih kepada hormat, dan merindukannya set
Magbasa pa
125. Penolakan Dini
Rian merasa sia-sia menemui Dini, karena gadis itu benar-benar sudah tidak bisa diiming-imingi ataupun dibujuk. Pengaruh dari sikap lelaki yang menjadi calon suaminya sepertinya sangat dominan dan masuk ke kepala Dini, sehingga gadis itu begitu teguh pada pendiriannya. Namun, jangan panggil ia Rian jika belum berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan. Jika Dini memang tidak bisa dipengaruhi, maka ia masih bisa membujuk Puspa agar bisa merayu Dini agar membatalkan acara pernikahan. Ia akan melakukan apapun untuk mendapatkan Dini kembali. Apalagi setelah melihat Dini bisa begitu patuh pada calon suaminya, maka tidak salah kalau ia harus merebut Dini kembali.“Kenapa balik lagi? tumben?” tanya Galih pada Rian yang sudah muncul kembali ke rumah sakit pukul sebelas siang. “Iya, mau tahu kabar Mama Suci.” Galih tidak yakin dengan jawaban Rian karena ia tahu siapa adiknya.“Kamu gak ngantor?” kali ini Puspa yang bertanya. Biasanya ia akan memanggil Rian dengan sebutan Mas, tetapi setelah
Magbasa pa
126. Usaha Rian yang Lainnya
Setelah mendengar penuturan Robi, Dini pun pergi mendatangi rumah Desti, tetapi sayang rumah itu kosong dan garis polisi masih terpasang di sekeliling rumah temannya itu. Rumput-rumput tumbuh dengan liar dan subur dan tidak terawat. Jelas sekali, sejak kejadian malam itu Miko ditangkap, belum ada lagi yang masuk ke rumah mengerikan itu. Dini bergegas melajukan kembali motornya, kali ini pergi mengunjungi rumah Pak RT untuk meminta rekaman CCTV. Untunglah Pak RT di rumah dan bersedia menolongnya. Berdasarkan dari video rekaman itu, memang benar, Desti-lah yang datang menemui mamanya. Keduanya nampak berbincang sebentar, lalu tidak lama kemudian mamanya pun jatuh pingsan.“Wanita ini yang membuat mama di ICU, Pak RT. Saya kana melaporkannya,” kata Dini dengan tekad yang sudah bulat. Ia akan membuat ayah dan anak mendekam dipenjara jika mamanya tidak kunjung sadarkan diri.“Baiklah, semoga masalah ini segera selesai dan menemukan jalan keluar terbaik,” kata Pak RT dengan senyum hangatn
Magbasa pa
127. Makan Malam Bersama Mertua
Setiap sentuhan dari Galih selalu saja membuat darahnya berdesir. Mulai dari kepala hingga ujung kaki, tepatnya di jari jempolnya, tidak ada satu pun yang luput dari lidah suaminya. Puspa limbung dan sudah sangat basah, padahal suaminya belum lagi memulai hidangan utama. Ia tidak yakin bisa bertahan lebih dari satu menit jika pendahulunya saja sudah membuatnya tidak berkutik. "Bagaimana rasanya, Sayang? Apa bisa dikatakan suami kamu ini mulai pintar?" tanya Galih di sela-sela ia menyusu seperti bayi yang kehausan. Puspa tidak bisa menjawab karena seluruh energinya sudah terkuras untuk menahan hasrat yang menggelora. "Sayang, jangan siksa saya," lirih Puspa sembari meraih senjata suaminya yang kini sudah ia genggam dengan begitu keras. "Apa mau hidangan utama sekarang?" Puspa mengangguk dengan kedua kaki yang sudah menekuk. Galih bersiap dengan membuka sedikit lebih lebar paha sang Istri. Menggerakkan jagoannya di pinggir bibir yang sudah amat sangat basah. Lalu hanya dengan dua kal
Magbasa pa
128. Manjanya Dini
["Abang di mana?"]["Abang sudah sampai Bandung, tunggu ya. Abang beli makanan dulu, perut Abang lapar. Kamu sudah makan belum?"]["Belum, Bang."]["Ya sudah, sate maranggi mau gak?"]["Mau banget, kalau ada jus mangga juga mau ya, Bang."]["Oke, Neng, Abang pastikan kurang dari setengah jam sudah di rumah sakit. Tahan rindunya ya."]["He he he... iya."] Dini menutup panggilan video dengan Ramon. Hatinya selalu saja berdebar bila berbincang dengan calon suaminya. Ramon selalu pandai mengambil suasana hatinya dengan sangat baik. Pria itu tidak pernah mendikte apapun kecuali soal Rian dan Miko. Jangan lama-lama ya.SendPesan yang diikuti emoji hati itu ia kirimkan pada Ramon, lalu tidak lama kemudian, dibalas dengan emoji hati yang sama. Ia sudah tidak sabar menunggu kedatangan sang Kekasih. Hingga pintu lift yang sedari tadi buka tutup, selalu saja ia perhatikan. Jam dinding pun mulai berputar, sudah lebih dari tiga puluh menit. Dini mulai cemas karena Ramon belum juga sampai. Ting
Magbasa pa
129. Kehadiran Ayu
"Jadi menurut saya lebih baik seperti itu. Untuk urusan Miko, nanti biar pengacara yang bantu. Hanya saja pada saat sidang, Dini harus datang. Dini juga sudah pernah dimintai keterangan selama empat jam perihal kasus ini dan sudah dua kali panggilan. Sisanya tinggal info update dari kepolisian," kata Galih pada Ramon, Puspa, dan juga Dini. "Saya pun berpikir demikian, mungkin saja suasana baru bisa cepat memulihkan keadaan Dini. Namun yang masih jadi PR sekarang, mama masih dirawat. Awalnya Dini dan Mama akan tinggal mengontrak sementara di dekat rumah saya, sembari menunggu acara pernikahan, tetapi kalau mama masih sakit begini, rencana berubah dan Dini ga mungkin ke Jakarta sendirian." "Maaf, Mas, Bang, mmm... ini cuma saran aja sih, daripada ribet semuanya. Mmm.... " Dini melirik Ramon sekilas, kemudian menundukkan pandangannya karena malu. "Ada apa?" tanya Puspa menatap adiknya tidak mengerti. "Tapi jangan diledek ya?" kata Dini lagi kali ini ia menyeringai amat lebar. "Ada a
Magbasa pa
130. Apakah Dini Cemburu?
Acara makan berdua dengan Ramon berganti dengan acara makan bersama anak-anak dan mantan istrinya. Bagi Dini yang terbiasa dengan anak kecil, tentu tidak sulit untuk berinteraksi. Lihat berapa jahatnya ia waktu itu pada Puspa, tetapi pada Robi ia tetap sayang dan juga perhatian. Mungkin karena ia tipe perempuan penyuka anak kecil, sehingga tidak masalah baginya harus berkenalan dengan dua anak lagi dari Ramon. "Apa kalian pacaran?" tanya Ayu pada Ramon, tetapi matanya juga beralih pada Dini. "Tidak pacaran. Kami hanya dekat saja, tetapi akan segera menikah." Suara pria itu begitu tenang dan terkendali. Seolah-olah menegaskan bahwa ia dan gadis di dekatnya sudah sangat serius. "Kelihatan seperti ayah dan anak. Apa kamu yakin memilih Mas Ramon sebagai suami?" tanya Ayu lagi kali ini diiringi gelak tawa. Namun, menurut Dini, hal ini tidak lucu, justru tengan mencemoohnya. Lalu apa ia harus marah? Tentu tidak, masalah hidupnya suda lebih banyak dan ia tidak berminat untuk mencari masal
Magbasa pa
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status