All Chapters of Kenapa Bajuku Selalu Sama dengan Tetangga Baru? : Chapter 81 - Chapter 90
138 Chapters
81. Puspa Bertemu Sonya
Sonya dan Rian menghentikan aktivitas mereka setelah mendapat gangguan dari Dini. Lebih tepatnya, Sonya yang meminta berhenti, padahal keduanya belum sampai. Nafsu itu terjun bebas ke jurang setelah Dini melontarkan kalimat merendahkan dirinya. Wajah wanita cantik itu terus saja cemberut, padahal sudah hampir satu jam Dini tidak ada di sana. Rian pun menjadi salah tingkah dan juga serba salah. Jika dirayu, maka Sonya tidak akan percaya, jika ia biarkan saja, Sonya pasti akan semakin sebal padanya. "Sayang, aku lapar, mau nyobain kuliner di restoran baru gak?" kata Rian sambil membelai rambut Sonya yang setengah basah oleh keringat. "Aku gak lapar." Sonya menjawab tanpa menoleh sama sekali pada Rian. Tatapannya fokus pada layar ponsel pintar miliknya yang seharga dua puluh juta itu. "Ya sudah kalau kamu gak lapar, tapi aku lapar sayang, kita makan yuk! Kayanya ngobrol dengan perut kenyang lebih baik daripada bicara dengan keadaan perut kosong," bujuk Rian lagi pada sangat Calon ist
Read more
82. Dress Seksi
Puspa merasa dirinya tidak pernah benar-benar menyukai Rian, tapi ternyata ia salah. Sakit hati dan air mata yang saat ini ia tumpahkan di kamar mandi restoran, adalah karena ia sudah menyukai lelaki itu. Mungkin juga ia sudah mencintainya. Melihat Rian bercumbu mesra dengan kekasihnya yang cantiknya seperti model yang sering ia lihat di TV, dirinya merasa sangat rendah diri. Ia tidak ada apa-apanya dibanding wanita di dalam sana. Bisa dibilang, jika mereka bersanding, maka akan terlihat seperti majikan dan pembantu. Puspa, ayolah, jika Rian mendapatkan yang lebih baik dari kamu, maka kamu juga bisa. Puspa menyemangati dirinya sendiri sebelum keluar dari kamar mandi. Cukup sepuluh menit ia menumpahkan kesedihan, di luar sedang ramai dan ia tidak boleh santai. Ingat, ia masih dalam masa percobaan. Puspa buru-buru mencuci muka, lalu merapikan sedikit riasannya setelah ia mengeringkan wajah itu dengan handuk. Sanggul di kepalanya juga ia rapikan seperti tadi. Wanita itu keluar dari ka
Read more
83. Kejutan
"Mau apa saya ke rumah orang tua Bapak? Saya tidak punya kepentingan, Pak. Coba tolong jelaskan pada saya, kalau tidak saya akan turun dari mobil ini sekarang!" Puspa tentu saja tidak terima dengan sikap sewenang-wenang bosnya. Setelah sikap dingin berhari-hari yang ia dapat, sekarang bosnya mala mengajaknya bertemu dengan orang tua di hampir tengah malam. Mendengar ancaman Puspa, pria itu hanya tertawa sambil melirik ke arah belakang dari spion. "Turun saja kalau kamu nekat. Ini jalan tol dan saya bukan mau melakukan pelecehan terhadap kamu, cuma mau minta temani ketemu orang tua saya yang saat ini ada party kecil-kecilan di daerah Soreang. Saya janji gak akan lama, paling setengah jam, setelah itu saya akan antar kamu pulang." Puspa terdiam. Ia merasa terdesak, jika menolak pun percuma karena bosnya pemaksa. Lagi-lagi, ia tidak bisa begitu saja mundur karena ia butuh pekerjaan ini. "Apa yang harus saya lakukan nanti, Pak? Masa sama karyawan sendiri datang ke acara orang tua, Pak.
Read more
84. Dicium
"Jadi kalian saling kenal?" tanya Galih berpura-pura tidak tahu. "Kami teman sekolah," jawab Puspa santai. Untung saja mama dan papa bosnya sudah tidak ada di sana dan sibuk berkeliling menyapa anggota keluarga lainnya yang baru saja datang. Sudah hampir jam dua belas, tetapi tamu lain baru pada berdatangan. Ada ketegangan di wajah Rian. Tentu saja itu terbaca oleh Galih dan juga Sonya, tetapi Puspa bersikap biasa saja. Ini justru kesempatan baginya untuk menunjukkan pada Rian, bahwa ia sudah bisa menerima takdir dan cepat move on. "Dekat?" kali ini, Sonya yang melontarkan pertanyaan. "Tidak juga, hanya kenal saja karena kelasnya sama, hanya beda ruangan," jawab Puspa lagi. "Sayang, aku mau nyobain sate maranggi itu, boleh gak?" tanya Puspa dengan suara manja pada Galih. Suara yang belum pernah didengar oleh Rian. Lelaki itu syok, bagaimana mungkin Puspa bisa berubah menjadi sangat cantik dan juga seksi. Ia baru tahu, panggil Puspa seperti artis pemilik goyang itik. Satu lagi, ia
Read more
85. Waspada Terhadap Dini
Tuut!Percayalah, ini adalah hari yang paling memalukan bagi Galih karena ia buang angin saat melamar sangat Kekasih. Semua keluarga yang ada di sana tentu saja mendengar suara itu karena dalam keadaan hening menunggu jawaban dari Puspa, pantat Galih malah mengeluarkan suara dari neraka. "Maafkan kekasih saya. Kalau buang angin ditahan malah tidak baik, betulkan? Sayang, aku menerima lamaran kamu. Ayo, berdiri, jangan kelamaan jongkok, nanti kentut lagi, bisa pingsan semua orang di sini," ujar Puspa sembari menarik tangan Galih untuk segera bangun. Saudara yang lain pun kembali tertawa. Begitu juga Galih dan wajahnya merona karena malu. Ia merasa sangat bersyukur Puspa bisa sedikit mengalihkan perhatian para tamu. "Kamu bikin malu Mama saja," bisik Bu Gina. Galih hanya bisa menyeringai dengan tatapan memohon maaf pada sang Mama. Untunglah saudara semua, jadi malunya masih setengah hidup. Coba kalau acara pernikahan sakral dan ia kentut, dijamin harta warisan sepeser pun tidak akan
Read more
86. Telepon dari Rian
"Kenapa harus membawa mantan pacar adik kamu semalam? Apa tidak ada wanita lain lagi di muka bumi ini? Yang mungkin lebih cantik, lebih berkelas, dan yang pasti masih gadis," tegur Bu Gina pada Galih, saat mereka tengah menikmati sarapan. Rian mengulum senyum puas karena mamanya telah berhasil ia pengaruhi. "Mantan kan, Ma? Bukan pacar? Lagian, pacaran sama gadis, belum tentu juga masih gadis, benar gak, Rian? Menikah dengan janda sudah pasti yang pakai hanya suaminya, tapi kalau gadis yang sudah tidak gadis lagi saat dinikahi, maka lelaki manapun bisa jadi tersangka, bukan begitu, Ma?" jawaban Galih membuat Rian panas. Nasi goreng ikan teri favoritnya sudah tidak nikmat lagi dipandang mata. "Saya orang yang paling malas berdebat tentang masa lalu. Mama tahukan saya juga bukan lelaki baik-baik banget. Puspa adalah pilihan saya jika Mama ingin saya menikah, jika Mama dan Papa tidak setuju, maka saya tidak akan menikah. Simple'kan? Cukup menantu dari Rian, bukan begitu, Ian?" "Kamu
Read more
87. Nasehat untuk Dini
"Teteh, saya sudah besar dan saya tahu apa yang saya lakukan, pasti sudah saya pikirkan sebelumnya. Masa hanya berciuman saja tidak boleh? Yakin Teteh waktu mudanya sepolos itu? Sudah, saya mau kerjakan tugas." Dini meletakkan ponsel Puspa di atas meja, kemudian berjalan melewati Puspa yang masih berdiri di dekat pintu. "Dini, apapun yang sudah kamu lakukan di luar sana, tolong ingat mama, dan tentu saja ingat Tuhan. Teteh juga bukan wanita baik-baik, tetapi Teteh usahakan bisa menjaga nama baik mama. Minggu depan Teteh mungkin akan dilamar dan Teteh harap kamu tidak membuat kegaduhan. Setelah Teteh dilamar, maka Rian pun melangsungkan pernikahan dengan Sonya. Lalu kamu? Kamu harus menerima takdir, bahwa sesuatu yang bukan jodohmu, sekeras apapun kamu berjuang untuk mendekat padanya, tetap saja tidak akan bisa. Namun, jika ia sudah jodoh kamu, mau sampai gila kamu menolak, tetap akan jadi jodoh kamu. Teteh percaya sama kamu ya, Dini. Kamu jangan bikin mama sakit." Dini melepas tanga
Read more
88. Dini Melapor pada Ramon
["Apa kamu yakin Puspa akan menikah dengan bosnya? Bukankah Puspa berpacaran dengan Rian. Robi pun cerita pada saya. Tidak mungkin Puspa mudah pindah ke lain hati, saya tahu Puspa orangnya seperti apa?"]["Teh Puspa dan Rian sudah putus. Entahlah, saya juga gak tahu Bang, kenapa bisa Teh Puspa tiba-tiba mau dilamar bosnya? Apa teteh saya itu matre? Ya, kali aja dia kapok nikah sama sales mobil yang tahunya malah punya istri duluan. Sudah hidup gak kaya, masih dibohongi lagi."]["Dini, kenapa kamu jadi mengurusi hidup saya? Tidak perlu ungkit masa lalu."]["Tentu saja harus saya tegur, Bang. Bang Ramon itu lelaki plin-plan, katanya mau menggunakan Robi untuk mendapatkan Teh Puspa kembali. Ini malah kelamaan di Jakarta gak juga ke rumah, jadi keburu Teh Puspa digaet bosnya. Orang kaya dan pastinya tampan jauh dari Bang Ramon. Kalau saya jadi Teh Puspa, pasti saya juga gak mau kembali dengan Bang Ramon dan saya pasti pilih bos saya. Pokoknya Bang Ramon cepat ke Bandung deh, pengaruhi Rob
Read more
89. Ide Konyol Dini
Ramon mengantar Robi ke rumah Bu Suci, disaat mantan istrinya itu tidak ada. Pukul dua siang, Puspa tentu saja masih bekerja, sehingga hanya Bu Suci yang menemani Ramon berbincang sambil minum teh. Robi yang sepanjang jalan tidak tidur dan terus saja bertanya ini dan itu, begitu tiba di rumah sang Nenek, sudah langsung tidur di karpet tebal depan televisi, sambil memeluk mobil truck favoritnya yang waktu itu lupa dibawa. "Kaki kamu sudah benar baikan?" tanya Bu Suci sambil memperhatikan kaki pria itu. "Masih sedikit sakit, Ma, belum bisa ikut futsal. Sama kalau terlalu banyak berdiri, pasti linu. Untunglah saya kerjanya sekarang sudah di belakang meja, MaMa, bukan sales lagi." Ramon tersenyum. Ia harus memberitahu informasi ter-update tentang dirinya. Siapatahu Bu Suci nanti bisa mempengaruhi Puspa untuk kembali rujuk dengannya. "Makanya kalau naik motor hati-hati," pesan Bu Suci. "Iya, Ma, lagi nahas saja sepertinya, padahal saya gak terlalu ngebut. Namun, semua ada hikmahnya, M
Read more
90. Ke Toko Perhiasan
"Apa, melamar kamu? Heh, bocah labil, kalau bicara yang betul. Kamu bukan sedang bicara dengan anak seusia kamu, Dini. Saya sudah tiga puluh satu tahun. Ada-ada saja! Sudah, saya gak mau dengar ide gila ini. Saya mau balik saja!""Ish, tunggu dulu, Bang. Duduk dulu! Buru-buru amat!" Dini memaksa Ramon untuk duduk kembali di kursinya, padahal pria itu sudah malas dan tidak mau mendengarkan lanjutan ide Dini. Sempat-sempatnya ia menyeruput cola float terlebih dahulu sebelum bicara pada lelaki yang berwajah amat masam di depannya. Ramon melipat kedua tangan di dada sambil terus menatap Dini dengan jengah. "Bang, begini, melamar juga belum tentu menikahkan? Maksud saya, Bang Ramon pura-pura minta saya ke mama, terus bilang mau melamar saya. Kalau bisa lebih dulu dari Teh Puspa. Nah, Teh Puspa kan denger tuh, dia pasti gak setuju kalau Bang Ramon nikah sama saya, maka nanti Teh Puspa yang ngalah balikan sama Bang Ramon, gitu, Bang. Melamar saya hanya untuk pancingan perasaan Teh Puspa yan
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status