Semua Bab Pernikahan Yang Sempurna: Bab 31 - Bab 40
138 Bab
|31|. Belum Halal
Tepat setelah shalat magrib, Hana tergeletak lemas di atas sajadah. Padahal tadi sore Hana sudah merasa cukup membaik, tapi tidak tau kenapa di malam harinya tiba-tiba ia merasa begitu lemah tak berdaya. Bahkan untuk bangun menanggalkan mukena saja, rasanya Hana sama sekali tak bertenaga melakukannya. Mendengar ponselnya bergetar, sekuat tenaga Hana bangkit dan berjalan mengambil ponselnya yang ada di atas meja."Assalamu'alaikum kak Kei" Hana berjalan lemah, pergi duduk di tepi ranjang."Hann, maaf banget. Kakak mungkin malam ini pulangnya agak telat, ada masalah yang harus kakak urus di toko roti""Iya kak, gak papa""Demam kamu gimana, udah turun?""Alhamdulillah kak, udah agak mendingan" Hanya saja Hana sungguh lemah dan merasa ingin terus merebahkan diri di atas ranjang."Pokoknya kalau ada apa-apa kamu kabarin kakak ya""Iya kak""Itu kakak udah delivery makanan buat kamu makan malam, mungkin sebentar lagi datang. Jangan lupa di makan ya..""Iya kak""Kakak tutup dulu ya, assala
Baca selengkapnya
|32|. Fitting Baju Pengantin
Sepanjang mata kuliah berlangsung, Hana habiskan dengan termenung dan melamun. Kata-kata Pasha semalam itu bergentayangan bagai hantu di kepalanya. Alhasil ketika kelas sudah berakhir, Miftah dan Chaca datang mengagetkan Hana."Hana" "..." Hana bergeming, menatap lurus kearah orang-orang yang satu-persatu mulai pergi meninggalkan pintu ruangan."Han!" Miftah pergi menepuk pelan pundak Hana."..." Hana masih mematung, seakan tak sadar kelas sudah berakhir."Hanaa!" Panggilan keras Chaca akhirnya menyentak Hana dari lamunan."Y-ya?""Kamu kenapa sih Han? Engga kaya biasanya. Masih sakit ya?" Chaca meletakkan punggung tangannya di dahi Hana, "Suhu badan kamu stabil Alhamdulillah" Chaca menarik punggung tangannya dari dahi Hana, "Tapi kenapa kamu diem gitu? Lagi mikirin sesuatu?"Hana mengangguk lemah, "Em""Pasti tentang pak Pasha ya?" Tebak Miftah."Em" Hana mengangguk membenarkan."Tuh kan, masih tunangan aja kamu udah gini Han, udah gak bisa fokus sama pembelajaran. Apa lagi kalau ka
Baca selengkapnya
|33|. Yang Nikah Siapa?
"Silahkan nona Hana, yang mana dulu mau di coba" Staf wanita itu menunjukkan deretan gaun pengantin dengan berbagai jenis desain dan warna. Hana menatap kagum pada setiap sentuhan gaya dan elegan nya gaun-gaun itu.Setiap gaun itu di rancang khusus untuk pengantin wanita yang berhijab. Memiliki lapisan dalam dengan kerah leher menutup tinggi keatas, cukup konservatif namun tak mengurangi nilai keanggunannya.Ketika jemari tangannya menyentuh salah satu gaun, tatapan matanya yang tersenyum sesaat berganti menjadi sendu. Mengingat dirinya seorang mahasiswa, sungguh tidak pernah terpikirkan oleh Hana gaun pengantin akan mendahului baju toga yang didambakannya sejak lama."Apa mau dicoba yang ini saja dulu?"Hana tersadar dari lamunan, "Boleh""Mari disini.." Staf wanita itu menunjuk tempat ruang ganti.Selesai berganti, Hana berjalan keluar menunjukkan penampilannya pada ketiga sahabatnya, "Gimana?""MasyaAllah Hann, kamu cantik banget!" Seru Miftah dan Chaca serempak. Mata keduanya berb
Baca selengkapnya
|34|. Tertarik Hanya Sebatas Itu
"Ah, iya, aku lupa memberitahu kakak" Hana lupa memberitahu keluarganya kalau Pasha bersiap menikahinya minggu depan."Sebenarnya hari ini, aku baru aja selesai fitting baju pengantin sama pak Pasha"Keira ter-pelongo di tempat."Bukannya kalian baru aja tunangan? Kok bisa tiba-tiba mau nikahan minggu depan?" Keira mengedipkan matanya tak percaya.Hana mendesah berat. Karena sebelumnya ia sudah ber-akting menjadi Hana yang love at first sight sama Pasha, jadi di sini ia harus menunjukkan seperti apa umumnya seorang gadis ketika terbuai bunga-bunga cinta, "Ya bukannya apa si kak, Hana merasa gak nyaman aja gitu kalau tunangannya kelamaan. Mending langsung nikah, biar lebih enak aja gitu nanti jalin hubungannya sama pak Pasha, kan udah halal""Han, kok kamu ngebet banget si nikah sama dia, Jangan bilang kamu benar-benar love at first sight sama si toxic itu?" Keira yakin kalau malam hari itu Hana berbohong mengucapkan kalimat dramatis itu, tapi ini kenapa..."Ya memang benar kan" Hana b
Baca selengkapnya
|35|. Apa Ketertarikan Ini Normal?
Hana pikir, setelah kesepakatan itu berhasil ia akan merasa tenang. Tapi tidak taunya sepulang ke rumah, Hana terus terpikirkan mengenai pembicaraannya dengan Pasha semalaman. Itu tidak lain adalah mengenai ketertarikan Pasha terhadap dirinya, "Aku masih belum mengerti. Barang antik?" Hana berdiri tepat di depan jendela dengan tirai yang belum di tarik padahal hari sudah larut, "Dia melihat ku seperti barang antik?" Pandangan Hana jatuh pada bulan sabit yang sinarnya separuh redup di balik awan, "Apa itu berarti dia tidak memiliki ketertarikan secara emosional terhadap ku?" Hana mengerutkan keningnya berpikir keras, "Soal itu sudah pasti. Tapi fisik?" Kata-kata Pasha tadi siang kembali terlintas di mindanya, yang menyatakan dengan jelas bahwa Pasha sama sekali tidak tertarik untuk berhubungan biologis dengan Hana setelah menikah nanti. "Kalau begitu maknanya dia juga tidak tertarik padaku juga secara fisik" Fakta itu cukup mengejutkan. "Tidak-tidak.." Hana berjalan menggelengkan k
Baca selengkapnya
|36|. Diam-Diam Kencan
Bangun pagi, Hana menjalani aktivitasnya seperti biasa. Berpakaian rapi dan bersiap-siap ke kampus karena hari ini Hana ada jadwal kelas pagi. Menyematkan tas samping ke pundak kirinya, Hana berjalan menuruni anak tangga. Melangkah ke dalam ruang makan yang sepi, Hana terkejut melihat sudah ada dua orang yang duduk di meja makan."Loh papa, belum berangkat?" Itu pemandangan langka melihat papanya yang super duper cepat dan sibuk masih menyempatkan sarapan di rumah."Duduk Han, papa mau ngomongin sesuatu tuh" Keira meletakkan roti tawar yang baru saja diolesi selai strawberry di atas piring untuk Hana. Lalu separuh bangun menuangkan susu vanilla hangat ke gelas yang masih kosong."Oh" Hana menarik kursi dan duduk. Sepertinya ia tau papanya itu akan membicarakan apa sampai-sampai menyempatkan waktu untuk sarapan di rumah."Papa denger dari pak Shahbaz, kalian berdua sepakat untuk mempercepat pernikahan?"Hana meletakkan segelas susu vanilla hangat yang baru saja di minumnya di atas meja
Baca selengkapnya
|37|. Menyimpan Istri Orang Lain
"Tiga puluh menit, apa menurut anda cukup?" Tidak peduli didepannya itu adalah bakal mertuanya, kebiasaan Pasha yang cukup ketat soal waktu memang tidak bisa dinegosiasikan. Pasha mengeluarkan jam pasir dari saku jasnya dan meletakkannya di atas meja bundar cafe perusahaan.Arya mengangkat cangkir kopi, matanya tersenyum menatap jam pasir kecil yang ada di atas meja, "Kamu tidak punya arloji ya? Tapi kebiasaan mu yang satu ini unik juga"Bibir Pasha berkedut kecil, tidak mengira pria paruh baya didepannya itu cukup bisa berbasa-basi, "Ya, saya terbiasa membawa benda kecil ini di setiap aktivitas saya. Anda tidak terganggu soal ini kan?"Arya menyeruput seteguk kopi kedalam mulut, rasa pahit yang pekat pun melesat jauh ke kerongkongan, "Kopi hitam disini rasanya cukup lumayan, hanya terlalu pekat" Arya meletakkan cangkir ke atas meja, matanya melirik Pasha itu tersenyum dingin mengekspresikan ketidakpuasan.Biarpun Arya tidak menjawab dengan lugas pertanyaan Pasha, tapi sinyal itu suda
Baca selengkapnya
|38|. Akad Nikah
Hana berdiri tepat di standing mirror, memperhatikan lekuk tubuhnya yang terbungkus anggun dalam gaun putih pengantin yang Pasha desain sendiri untuknya. Gaun itu sangat sederhana, tak ada pernak-pernik apapun yang membuatnya terlihat mewah. Itu lurus saja hingga mengecil di pinggang Hana yang ramping dan jatuh memukau kebawah bak bunga melati mekar yang menawan.Halusnya kain yang berbahan dasar sutra platinum itu membuat kulit Hana begitu nyaman melekat dengannya. Orang-orang barangkali menganggap gaun pengantin itu terlalu biasa untuk seorang putri konglomerat, tapi menyadari bahan kain yang digunakannya, siapapun tidak akan ada yang berani meremehkan."Kamu cantik banget Han" Chaca yang baru saja selesai merias wajah Hana, berdiri di samping cermin menatap kagum pada penampilan Hana yang begitu memukau dalam gaun pengantin."Walaupun desain gaunnya cukup sederhana, tapi cukup menawan di tubuh kamu Han" Miftah menatap tak berkedip menyusuri Hana dari atas hingga bawah."Alhamdulill
Baca selengkapnya
|39|. Berpose Mesra
Hanya sekali tarikan nafas, Pasha berhasil menyelesaikan ijab qobul tanpa harus mengulanginya. Arya mengakuinya dalam hati keberanian Pasha saat menjabat tangannya dan menuntaskan pelafalan sakral itu tanpa sedikitpun gugup itu benar-benar mengagumkan. Teriakan sah para hadirin pun memenuhi tempat acara. Saat itu terjadi Hana hanya termangu diam. Membiarkan angin berhembus membuatnya tenggelam dalam dunia lain."Hana""Hana""Hanaa""Ya?" Hana tersadar dan melihat Miftah, Chaca dan Keira sudah berdiri didepan menyadarkannya dari lamunan."Ayo bangun!" Keira menyuruh Hana berdiri."Memangnya mau kemana?" Hana memasang tampang bingung."Ya ke calon suamimu lah Han, emang kemana lagi?" Seru kedua sahabatnya, terkekeh melihat kelakuan Hana."Oh" Hana pun berdiri dengan pikiran kosong. Sampai ketika Keira membawanya duduk tepat di samping Pasha, refleks Hana menjauh."Kak ini—""Kenapa?" Tidak hanya Keira yang kebingungan, begitupun dengan para hadirin yang ter-ikut bingung dengan sikap H
Baca selengkapnya
|40|. Kamar Saya Kamar Kamu
Miftah dan Chaca pun izin pamit pulang. Setelah acara selesai, Hana kembali ke kediamannya bersama Pasha dan di sana sudah ada pria tua yang duduk di kursi roda, tersenyum kecut melihat kehadirannya. Itu tak lain adalah pria tua yang Hana sangat segan dengannya. Seseorang yang paling menentang keras cita-cita Hana untuk menjadi seorang sastrawan timur tengah."Akhirnya aku melihat mu berguna juga" Hana pergi menyalami kakeknya, senyumnya terus mati mendengar rentetan kalimat itu keluar dari mulut itu."Ayah, apa yang ayah katakan?" Arya berseru tak senang pada bapak mertuanya itu yang tak lain adalah ayah dari almarhumah istrinya. Arya tau sejak dulu orang tua itu tidak senang karena Hana tidak mengambil peran pebisnis seperti cucu-cucunya yang lain yang dengan mahirnya mengembangkan bisnis keluarga."Aku hanya mengatakan akhirnya anak ini berguna" Hartono menatap tajam Arya. Ia sangat tidak puas karena Arya selalu memanjakan Hana dan menuruti semua kemauan Hana. Padahal keluarga mere
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status