Semua berawal dari malam pertemuan terkait pernikahan politik, yang seharusnya di hadiri oleh kakak keduanya, tapi Hana malah datang menyamar sebagai sang kakak, membantu kakak keduanya untuk menolak El Murad Pasha—salah seorang konglomerat ternama di kota X. Tapi setelah malam itu, Pasha malah terus- menerus memburu Hana bak serigala buas yang telah menargetkan mangsanya. Hingga suatu hari, keduanya memutuskan untuk membuat sebuah kesepakatan. Tanpa surat perjanjian dan hanya ancaman Pasha sebagai jaminan. "Jika kau berani bersikap tidak sesuai kesepakatan, maka aku akan menjadikan mu milikku secara paksa" "..." Hana tercekat di tempat. "Baik itu menyembunyikan mu di sebuah pulau atau mungkin mengurung mu di sebuah mansion—" Mata elang Pasha tersenyum dingin, "Kau tau itu bukan hal sulit untuk ku lakukan" "..." Hana terguncang, merasa seperti dunianya terenggut sudah. Hana pernah memimpikan pernikahan yang sempurna— bahagia, penuh cinta dan setia sampai akhir. Tapi menikah dengan seorang bos toxic, dingin dan posesif seperti Pasha, akankah impian Hana terwujud?
View MoreTampak sebuah kaki panjang seorang pria yang terbungkus menawan dalam seluar hitam mahal, itu melangkah turun dari mobil. Sepasang kaki ber-sepatu kan hitam mengkilap itu menginjak lantai keramik halaman depan restoran dengan gerakan yang cukup mempesona.
Berdiri tegap tepat di samping mobil hitamnya yang mengilap. Semua staf dapat melihat sosoknya yang seperti pangeran malam yang dingin, itu tampil jumawa dalam setelan kemeja putih polos yang terbalut luaran mantel hitam panjang. Merapikan kedudukan dasi dilehernya, sepasang mata elang itu menatap angkuh ke depan— acuh tak acuh.
"Selamat datang pak Pasha!"
Beberapa pasang karyawan dan karyawati restoran berjejer dengan rapi menyambut kedatangannya. Mereka perlahan membungkuk, memberi salam penghormatan yang penuh formalitas. Lalu mempersilahkan pangeran malam yang dingin itu, untuk melangkah masuk kedalam restoran.
Pasha yang sama sekali tidak tersenyum sejak awal, melangkah kedalam dengan pesona arogannya. Membuat beberapa karyawati tak tahan untuk tidak menjerit melihat betapa tampannya ia.
Di dalam sana, restoran ber-interior glamor itu melengkapi penampilan maskulinnya yang berkelas. Beberapa titik cahaya lampu yang bersinar keemasan jatuh begitu menawan menyambut wajah tampannya yang kaku tanpa ekspresi.
Rangkaian bunga penuh warna memenuhi sisi kanan dan kiri ruangan dengan tatanan yang memukau. Sebuah meja bulat berukuran sedang, tampak cukup anggun dalam balutan kain putih yang halus. Di atasnya ada secangkir lilin aroma mawar pekat, yang memberi sentuhan romantik.
Pasha menarik salah satu kursi di meja itu dan duduk. Menatap ke depan, kursi yang menjadi milik pasangan makan malamnya itu masih kosong. Ia melirik arloji yang melingkari tangannya, itu sudah menunjukkan pukul delapan malam lewat.
"Lima menit" Wanita itu sudah membuang waktu lima menitnya yang berharga.
Lama ia menunggu, hingga tepat setelah tiga puluh menit berlalu. Tapi seseorang yang mengisi kursi kosong di depannya itu, masih juga belum muncul. Mengepalkan tangannya, kedua sudut bibirnya berkedut, tersenyum dingin, "Tiga puluh lima menit"
Tidak ada yang pernah membuatnya menunggu selama itu. Tapi wanita ini...
Mengangkat tangannya, Pasha mengirimkan sial pada pelayan untuk membawakan pesanannya. Segera seorang pria berseragam putih dengan pita hitam itu datang, membawa nampan yang diatasnya dua piala dan satu botol anggur merah.
Bersamaan dengan itu seorang gadis bergaun hitam elegan, muncul di ambang pintu restoran. Wajahnya yang tirus, putih dan menarik, tampil cukup menawan dalam balutan pasmina hitam yang mempesona. Melangkah masuk kedalam, gadis itu mengambil tiap pijakan yang cukup pelan, berjalan kesusahan mendatangi meja tempat mereka bertemu.
Itu karena sepasang high heels yang membungkus kakinya yang cantik dan ramping itu, membuat tubuh mungilnya terlihat meninggi dipaksakan. Jelas dari gelagatnya, gadis itu tampak seperti tidak terbiasa menggunakan benda itu di kedua kakinya.
Hal itu membuat penampilannya yang anggun, lebih mirip seperti sosok putri muda yang ceroboh. Persis..
Langkahnya yang gontai itu nyaris saja menabrak salah satu kaki meja. Tapi gadis itu dengan cepat memperbaiki posisi dan kembali berjalan seakan tidak terjadi apa-apa.
Gadis itu dapat merasakan tatapan dingin seseorang yang terus mengawasi gerak-geriknya dari kejauhan. Itu lekat dan tajam. Berhasil menciptakan hawa dingin yang kuat, yang menusuk hingga ke dada. Meremas jari-jemarinya, ia berusaha keras untuk tidak gugup.
Hingga tepat pada langkah terakhir, gadis itu sudah berdiri di depan meja yang sudah di dominasi oleh aura dingin nan gelap seseorang.
"Permisi!"
Terdengar suara jernih yang cukup kecil dan pelan, menyapa gendang telinga Pasha seperti bisikan nyamuk. Itu sangat halus nyaris tak terdengar. Mengacuhkan kedatangan gadis itu, ia hanya fokus pada pelayan pria yang sedang menata barang bawaannya di atas meja. Setelahnya pelayan pria itu sedikit membungkuk kearah Pasha, menanyakan pesanan lainnya.
Pasha terus melambaikan tangan, menyuruh pelayan itu pergi. Tepat setelah pelayan pria itu melangkah mundur meninggalkan meja, gadis yang berdiri di depannya itu tampak dengan gugup menarik kursi dan duduk. Meluruskan punggungnya, ia mengulas senyum tipis kearah Pasha, "Maaf untuk keterlambatan saya pak!" Bibir kecil se-merah ceri itu terbuka dan berkata cukup pelan seperti di awal.
Pak? Ujung bibir Pasha berkedut dingin. Mengambil sebotol anggur merah yang baru saja di bawa pelayan tadi, perlahan ia menuangkannya kedalam gelas miliknya sedikit. Setelahnya, ia dengan murah hati menuangkan minuman itu ke gelas milik gadis itu, hanya untuk di hentikan—
"Maaf pak, saya tidak minum itu!"
Pergerakan Pasha tertahan, sepasang alisnya bertaut dan mata elangnya menatap gadis mungil yang duduk di depannya tanpa kata. Ia dapat melihat bibir ceri itu memberi senyuman kecil, terlihat kikuk. Gadis itu mengangkat tangannya kearah pelayan dan memesan, "Tolong, secangkir teh chamomile"
Pasha perlahan meletakkan botol minuman itu di meja. Mengambil gelas minumannya, ia meneguk cairan merah itu sedikit dengan tatapan yang terus mengarah ke gadis kecil di depannya. Menatap dingin dan menekan.
"Maaf pak, langsung saja. Saya akan berterus terang pada anda malam ini"
Pasha tidak mengira nyali gadis itu tidak menciut sama sekali. Banyak orang yang setelah berada cukup lama di bawah tatapannya, mereka pasti tak tahan hingga kehabisan kata untuk berbicara. Tapi gadis kecil di depannya ini—
Tampak cukup takut dan berani bersamaan.
"Saya seorang mahasiswi semester enam yang sama sekali tidak berniat untuk menikah muda. Saya cukup ambisius pada beberapa hal dan sangat berprinsip. Saya religius, sederhana dan kadang masih sedikit labil. Jadi mohon dengan sangat kepada anda, untuk membatalkan lamaran anda" Sekilas, bibir ranum itu bergetar dan wajah cantiknya terlihat agak pucat.
Sebenarnya gadis itu sangat gugup dan cukup takut. Kedua kakinya yang di bawah meja sudah bergetar sejak awal. Tapi syukurlah ia dapat mengucapkan rentetan kalimat panjang itu dengan cukup baik dan lancar. Di samping nyeri di perutnya yang benar-benar...
Tak tertahankan.
Pasha yang merenungi perkataan Hana tadi, itu tak sanggup menyembunyikan senyum dingin di bibirnya yang kesekian kalinya berkedut— tapi enggan berbicara. Ia hanya menggoyangkan gelas anggurnya dan kembali menyesapnya sedikit.
Hana dengan gugup meremas jari-jemarinya, menunggu pria di depannya itu berbicara. Tapi beberapa menit berlalu, yang terjadi hanyalah keheningan. Sampai seorang pelayan datang membawa pesanannya, ia mengangguk kecil kearah pelayan, tersenyum simpul berkata, "Terimakasih"
"Sama-sama nona!" Pelayan itupun tersenyum sopan dan pergi.
"Jadi, apakah anda menyetujui permohonan saya ini?"
"Sebelum itu, bolehkah saya bertanya?"
"Ya" Gugup, Hana mengangguk.
"Apa kau adalah gadis yang di comblang kan dengan ku?"
Deg!
Detik itu Hana sadar. Ia benar-benar sudah terjebak dalam lubang yang digalinya sendiri. Hal fatal itu, telah membawa Hana terjerat dalam berbagai macam kekacauan yang tak pernah ia bayangkan.
Dan di situ pula
Awal dari mimpi buruknya bermula!
—••—
Pagi harinya, Ratna sudah berpakaian dengan rapi. Ia mengenakan setelan baju formal berwarna navy dan mencoba mengenakan hijab bewarna abu-abu pemberian dari Hana. "Sayang, kamu sudah selesai?" Eman membuka pintu kamar dan melongok kedalam. Sesaat matanya berkedip terkejut mendapati istrinya yang tiba-tiba mengenakan hijab di kepalanya. Itu membungkus indah wajah tirusnya, membuat penampilan formalnya terlihat anggun dan jumawa. "Gimana menurut kamu? Lucu ya aku berhijab begini?" "Anggun." "Ya?" Eman tersadar. Ia berdeham dan dengan daun telinganya yang memerah ia berujar, "Kamu terlihat menawan dengan berhijab seperti itu." Ratna merasa begitu manis dengan pujian tersebut. Hatinya langsung merasa tergelitik melihat daun telinga suaminya yang memerah. Padahal sudah beberapa bulan, tapi terkadang Eman masih malu-malu kepadanya. "Aku sudah selesai. Yuk kita pergi." "Sekarang?" Eman bergeming beberapa saat. "Ya terus kapan lagi." Ratna tergelak kecil. Ia mengapit lengan suaminy
Setengah tahun berlalu sudah. Dalam kurun waktu tersebut Hana berusaha keras untuk membagi perannya sebagai seorang istri, ibu dan juga sebagai mahasiswa. Dalam kurun waktu tersebut juga, berkat ketekunannya dan kegigihannya, ia berhasil mengejar semua ketertinggalan nya dan menyelesaikan studinya.Meskipun ia terlambat dan tertinggal dari teman-temannya yang sudah menyandang sarjana setahun ke belakang. Tapi ia tidak menyesali keterlambatan nya. Ia berpikiran positif dan yakin semua yang terjadi pasti ada hikmahnya."Selamat Hanaaaa...." Chaca dan Miftah menyerbunya dari kanan-kiri dan memeluknya erat. Seerat persahabatan yang telah mereka jalin selama ini."Akhirnya kamu menjadi sarjana juga Han." Tukas Miftah yang terharu menatap sahabatnya yang akhirnya telah mengenakan baju toga setelah semua hal-hal berat yang dilewatinya setahun ke belakang."Walaupun kita gak wisuda bareng, tapi ritual lempar topi toga nya harus tetap dilakukan barengan." Chaca mengambil topi toga dari atas ke
Saat ia merasakan tangan panas Pasha yang besar, mulai menggerayangi perutnya dari belakang. "Syuhh" Pasha menekan jari telunjuknya di bibir Hana."K-kamu ngapain? Buat apa tangan mu di situ?"Alih-alih menjawab, Pasha merapatkan dada bidangnya ke punggung telanjang Hana. Lengan kokoh nya mengukung tubuh kecil istrinya itu dalam kuasa tubuh kekarnya.Halusnya kulit Hana yang menyentuh kulit kerasnya, membuatnya merasa nyaman.Hana menjadi gugup saat suhu panas tubuh Pasha telah menguasai tubuhnya. Ia dapat mendengar nafas berat suaminya itu yang berhembus di dekat daun telinganya."Masa nifas mu, sudah selesai sejak tiga bulan yang lalu kan?""I-iya""Apakah kiranya kamu sudah siap?" Tanya Pasha, mulutnya tepat berada didepan telinga Hana.Hana menelan saliva nya gugup, saat merasakan nafas panas Pasha berhembus melewati daun telinganya."S-sejujurnya, aku masih b-belum siap..""Kalau begitu mari bercumbu seperti ini saja" Pasha menyapu bibir padatnya ke telinga istrinya. Membuka mul
Tepat setelah malam syukuran kelahiran Daud dikediaman Arya, pada hari ketujuhnya, Pasha melakukan aqiqah Daud di kediaman Shahbaz. Ia sudah sepakat dengan Hana untuk melakukannya di sana.Pasha sudah membeli dua ekor kambing yang cukup gemuk untuk anak laki-laki pertamanya itu dengan Hana.Tanpa sepengetahuan Pasha, seorang wanita yang sudah lama sekali tidak terlihat dimatanya muncul di acara aqiqah tersebut. Wanita itu bersembunyi dan diam-diam mencuri pandang kearah Pasha bersama istrinya yang sedang menggendong Daud."Kamu yakin tidak ingin datang menjumpainya?" Tanya Shahbaz, pada mantan istrinya itu.Wanita itu tersenyum kecil menggeleng, "Melihat dari sini saja sudah cukup, akan terlalu egois bagiku jika menemuinya sekarang"Shahbaz tidak berkata apa-apa lagi."Pasha cukup pandai memilih istri" Ucap wanita itu tersenyum, "Ia cantik sekali""Iya. Dia baik dan juga penurut" Sambung Shahbaz."Cucu kita juga sangat tampan, ingin rasanya aku menggendongnya""Apa kamu menyesal karen
Malam harinya, kediaman Arya dipenuhi oleh para tamu. Ia membuat syukuran untuk kelahiran cucunya dan mengundang semua koleganya untuk datang. Shahbaz sebagai besannya, juga turut diundang bersama keluarga besar. "Di mana Pasha dan Hana? Apa sudah sampai?" Tanya Arya pada Ratna"Mereka masih dijalan Paa" Jawab Ratna yang baru saja selesai menelpon Hana.Hingga tak berapa lama menit kemudian. Pasha dan Hana sudah tiba di kediaman Arya. Kehadiran mereka pun langsung mencuri perhatian para tamu.Malam itu Hana mengenakan setelan yang serasi dengan Pasha. Di mana Pasha tampil jumawa dalam baju Koko putih dan Hana tampil anggun dalam balutan abaya putih dan pashmina bewarna senada. Awalnya ia pikir Pasha akan menyuruhnya untuk berganti dengan kerudung biasa, teringat terakhir kali di acara keluarga Pasha melakukannya. Tapi anehnya kali ini tidak. Semenjak ia hamil Daud dan terlebih setelah melahirkannya, suaminya itu memang sudah banyak berubah. Di kediaman Arya sangat ramai. Cukup bany
"Hum" Pasha menyandarkan dagunya manja di atas pundak Hana dan memperhatikan mata mungil Daud yang mulai berkedip-kedip seperti akan tertidur."Daud sepertinya mulai mengantuk""Iya, Alhamdulillah""Lantunan shalawat mu yang merdu itu benar-benar membuatnya berhenti menangis"Hana tersenyum mengangguk, "Hem" Matanya yang penuh sorot keibuan itu, dengan lembut memperhatikan sepasang mata Daud yang kini sudah terpejam."Lain kali lakukan juga padaku" Tukas Pasha.Hana tergelak kecil, "Buat apa? Kamu kan sudah besar, bukan bayi yang—"Pasha mengecup bibir Hana dan menghisapnya lama. Hana memejamkan matanya dan sesaat terbuai dengan ciuman lembut itu.Pasha perlahan melepas bibir Hana dari bibirnya, "Aku juga ingin diperlakukan seperti itu saat susah tidur" Ucap Pasha, sambil menatap manik mata hitam Hana dalam."En, aku juga akan melakukannya padamu. Bayi besar ku.." Ucap Hana sambil mencium kening Pasha gemas."Aku tidak mau di panggil bayi"Hana tertawa kecil."Tidak lucu!" Mata dingin
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments