All Chapters of KAPAN AYAH PULANG : Chapter 121 - Chapter 130
197 Chapters
FAIZ DITAHAN HENDRO PARANGSING
BAB KE : 121 FAIZ DITAHAN HENDRO PARANGSING 16+"Kasus ini masih kami selidiki dan kami akan berusaha bekerja semaksimal mungkin, termasuk dalam mengantisipasi apapun yang akan terjadi." Hendro Parangsing coba memberi gambaran kepada dua lelaki yang ada di depannya. Sengaja dia memberi tekanan dalam kata-katanya untuk memukul mental pak RT dan Kartolo. Hendro Parangsing sangat paham bahwa kedua orang yang ada di depannya saat ini adalah warga Kampung Galuh yang terkenal gigih dalam mempertahankan tanah milik mereka. "Maksudnya apa? Saya tidak mengerti dengan apa yang anda ucapkan itu! Coba anda bicara dengan kalimat yang bisa kami pahami," pak RT ikut bicara tanpa basa-basi. Kekesalan juga tergambar di wajahnya, karena bukan kali ini saja dia berhadapan dengan Hendro Parangsing. Dulu mereka sering adu argumentasi saat pihak swasta ingin membeli tanah di wilayah naungan ketua RT tersebut, jadi masih ada rasa kesal yang tersimpan di hatinya."Begini, Pak. Kasus ini sangat rum
Read more
TUNTUTAN MASA YANG ANARKIS
BAB KE : 122TUNTUTAN MASA YANG ANARKIS 16+Selama ini hampir semua warga masyarakat kecewa terhadap pemerintah setempat, sebab sejak mereka pindah dari Kampung Galuh kehidupan ekonomi mereka menjadi buruk. Lahan pertanian mereka habis dibeli pengusaha dan sekarang sebagian besar dari mereka terpaksa menjadi kuli untuk sekedar menyambung hidup. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menjadi pengangguran.Apalagi, lowongan kerja yang ada tidak diperuntukan bagi masyarakat setempat, tapi pihak perusahaan malah mendatang tenaga kerja dari seberang sana. Akhirnya pribumi hanya gigit jari. Sudah sering mereka menyampaikan aspirasi pada sang bupati, tapi keadaan tidak juga kunjung berubah. Ketika warga menagih janji yang pernah diucapkan sang bupati, malah sang bupati berjanji lagi.Untuk menghibur warganya, bupati mengeluarkan program bantuan sembako, yang dibagikan setiap tiga bulan sekali dari pemerintah untuk warga yang terdampak industri perkebunan, tapi jumlahnya tidak seberapa.
Read more
RENCANA CULAS SANG BUPATI
BAB KE : 123RENCANA CULAS SANG BUPATI 16+Lewat telepon Hendro Parangsing segera melaporkan apa yang terjadi pada Zulfa Adiatma. "Benar, Pak. Jumlah mereka cukup banyak. Mereka datang dari dua kampung yang berbeda. Tak ada jalan lain, kami harus melepaskan anak itu sekarang juga ..." suara Hendro Parangsing terputus karena dipotong oleh sang bupati dari ujung sana. "Kami memang telah meminta bantuan pada kepala police daerah. Bantuan telah di kirim, tapi belum sampai ke sini ..." Hendro Parangsing meneruskan setelah mendengarkan apa yang disampaikan bupati, tapi kembali dia harus berhenti sejenak, sepertinya Zulfa Adiatma kembali memotong kalimatnya dari seberang telepon. "Rasanya itu tidak mungkin Pak. Mereka terlihat sangat beringas dengan membawa golok dan parang. Bila kita memaksa mereka, jelas akan ada korban berjatuhan. Ini preseden buruk untuk police dan Bapak sendiri sebagai seorang Bupati. Wartawan akan semakin gatal untuk mengungkap kasus lama yang kita tutupi," lanjut
Read more
PENCITRAAN SANG BUPATI
BAB KE : 124PENCITRAAN SANG BUPATI 16+Mendengar apa yang dikatakan Hendro Parangsing, membuat kemarahan kembali muncul di hati warga yang ikut mendampingi Buya Heru. Terlihat mereka saling berbisik, entah apa yang mereka bisikan. Melihat gelagat seperti itu, Buya Heru dengan cepat bertindak untuk mencari jalan keluarnya. Dia khawatir warga yang emosi tidak mau lagi mendengar kata-katanya sebagai tokoh masyarakat. "Lalu apa yang harus saya sampaikan sekarang pada masa yang ada di luar sana? Saya kawatir, mereka tidak sabar menunggu terlalu lama," tanya Buya Heru yang diiyakan empat temanya yang berada di ruangan tersebut. Dua di antaranya adalah Pak RT Kampung Galuh dan Kartolo. "Tunggu dulu sebentar! Saat ini atasan saya sedang menuju ke sini," jawab Hendro Parangsing berusaha menyabarkan. Sementara di luar, bantuan dari police daerah telah datang bersama atasan Hendro Parangsing. Kedatangan mereka justru disambut dengan teriakkan mengejek oleh para pendemo. Namun, police
Read more
DENDAM FAIZ DAN ZULFA ADIATMA
BAB KE : 125DENDAM FAIZ DAN ZULFA ADIATMA 16+Tak ada yang memperhatikan perubahan yang ada di wajah Zulfa Adiatma, karena mereka semua lebih fokus pada kehadiran Faiz. Suara gemuruh meneriakan nama Faiz semakin keras yang membuat Zulfa Adiatma semakin tenggelam. Dia merasa kalah populer dengan Faiz yang membuat kebenciannya semakin memuncak. Ketika jarak mereka telah dekat, Zulfa Adiatma membuang muka, ada getar di hatinya ketika melihat tatapan Faiz yang teramat tajam. Buya Heru menghampiri Faiz dan berniat hendak memeluknya, tapi Faiz dengan cepat menunduk meraih tangan Buya Heru dan mencium punggung tangan gurunya tersebut. Setelah itu mereka baru berpelukan. "Sabarkan hatimu dan jangan terlalu ikuti emosi!" bisik Buya Heru di kuping Faiz."Baik, Buya! Insha Allah, " jawab Faiz pelan. Setelah pelukan mereka lepas, Faiz menyalami perwakilan warga yang ikut dengan Buya Heru ke ruang kantor tadi satu persatu, dengan tidak lupa mencium punggung tangan mereka yang rata-rata l
Read more
AMANAT SANG GURU
BAB KE : 126AMANAT SANG GURU 16+Setelah mereka memasuki mobil Buya Heru, mobil itu berjalan meninggalkan area kantor police yang diikuti warga lainnya. Mereka ada yang jalan kaki dan ada pula yang memakai kendaraan roda dua. Masa meninggalkan area kantor police dengan tertib walau gemuruh suara tetap mengiringi langkah mereka sepanjang jalan. Sementara Zulfa Adiatma dan para police yang ada di teras kantor menatap kepergian mereka dengan pikiran masing-masing. Tak ada sedikit pun kegembiraan yang tergambar di wajah mereka. Mereka kecewa, terutama Zulfa Adiatma dan Hendro Parangsing. "Besok Pak Hendro datang ke rumah saya! Ada yang harus kita bicarakan," kata Zulfa Adiatma setelah warga masyarakat hilang dari pandangan mereka. "Siap, Pak!" jawab Hendro Parangsing penuh hormat. Berapa saat kemudian mobil Zulfa Adiatma meninggalkan kantor police dengan pengawalan ketat.Setelah tiba di padepokkan, Faiz di suruh istirahat dan makan. Setelah menunaikan salat Isya yang sudah telat
Read more
BUYA HERU MASUK TARGET PARA BEDEBAH
BAB KE : 127BUYA HERU MASUK TARGET PARA BEDEBAH 16+Suara azan Zuhur baru saja terdengar, tiga mobil sport secara beriringan memasuki sebuah taman pribadi milik seorang bupati.Ketiga mobil tersebut parkir berjejer di lahan kosong yang cukup luas, itulah tempat parkir bila ada tamu sang bupati berkunjung. Zulfa Adiatma turun lebih dulu dan dengan senyum serta sedikit basa-basi, dia mengiringi kedua temannya menuju sebuah meja bundar di bawah naungan payung besar yang berwarna warni. Kedua temannya itu adalah Karta Setiawan dan Hendro Parangsing. Jarak dari tempat parkir ke meja yang sedang mereka tuju tidak sampai lima puluh meter. Mereka berjalan begitu santai sambil berbincang dan sekali-kali tawa lepas dari mulut mereka. Terkadang mata mereka bergerilya menyapu indahnya aneka tanaman yang ada di area tersebut. Pemandangan yang menyejukan. Tidak begitu lama mereka menyusuri tempat tersebut, kini ketiganya telah duduk di kursi, kursi itu tertata dengan rapi mengelilingi sebua
Read more
BUYA HERU MULAI DISASAR
BAB KE : 128BUYA HERU MULAI DISASAR 16+Zulfa Adiatma memang memiliki ambisi yang besar untuk menjadi gubernur. Inilah kesempatan emas baginya untuk mencitrakan diri lewat berita ke seluruh pelosok negeri. Apalagi jika Karta Setiawan bersedia mengucurkan dana untuk membayar para wartawan. Dengan demikian dia bisa menyetir berita untuk memuji-mujinya tanpa harus memikirkan dana. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Itulah kira-kira yang ada dalam pikiran sang bupati. "Apa yang dikatakan Pak Zulfa itu sangat bagus. Kita perlu orang yang bisa mengangkat citra kita, dengan naiknya pamor, kecurigaan masyarakat bisa ditutupi. Kemudian kita juga perlu mereka untuk mengalihkan isu-isu yang berkaitan dengan kita, bila perlu mereka harus berani menebar fitnah kepada orang-orang yang menjadi penghalang bisnis kita." Karta Setiawan mendukung apa yang disampaikan Zulfa Adiatma tersebut. Jelas hal ini membuat Zulfa Adiatma sangat gembira. "Apa kopensasi yang akan Bapak-bapak berika
Read more
SUARA TEMBAKAN AWAL PETAKA
BAB KE : 129SUARA TEMBAKAN AWAL PETAKA16+Suara tembakan dari salah satu penguntit berbaur dengan suara mesin kendaraan yang sedang melintas di jalan tersebut, kemudian diikuti oleh dua suara berikutnya. "Duarrr ...!""Ciiittttt ...!"Tiga suara keras itu terdengar hampir bersamaan. Tembakan pistol dari lelaki bertubuh kekar tepat mengenai ban belakang mobil yang dikemudikan Darmawan. Kemudian disusul dengan suara ban meledak yang cukup memekakan telinga, lalu terdengar bunyi decitan rem dan gesekan aspal dengan roda belakang yang telah pecah.Tentu saja suara tersebut mengganggu para pengemudi yang berada di sekitar sana sehingga terjadi kepanikan, begitu pula dengan Darmawan. Dia juga ikut panik dengan tembakan yang begitu tiba-tiba. "Mereka menembak mobil kita! Ban belakang kena!?" teriak Darmawan sambil terus berusaha mengendalikan laju kendaraannya yang tidak stabil. Wajah Darmawan memucat. "Tetap halangi jalan mereka, jangan sampai mereka melewati kita! Sepertinya mereka
Read more
SATU NYAWA MELAYANG TIGA NYAWA MENUNGGU WAKTU
BAB KE : 130SATU NYAWA MELAYANG TIGA NYAWA MENUNGGU WAKTU 16+Setelah Rampud memasuki mobil dan duduk di belakang setir, dia mengambil alih kemudi. Jok mobil terasa sempit karena diisi oleh empat orang, apalagi satu dari mereka sudah tidak bernyawa. "Buka pintu belakang!?" perintah Ngalbin pada dua teman Rizal yang duduk di bangku tengah sambil mengancungkan pistol ke arah mereka. Dengan tergopoh salah satu dari murid Buya Heru mengikuti perintah tersebut. Baru saja kunci pintu lepas, dari luar ada tarikan keras. Sebelum pintu terbuka dengan sempurna, dua orang masuk dengan bergegas, masing-masing di tangan mereka memegang pistol yang langsung terarah pada dua orang murid Buya Heru tersebut. Kedua lelaki itu adalah Abujar dan Densirtus. "Cari area, Mpud! Bawa kita ke sana!"perintah Ngalbin dengan pistol masih mengarah ke kepala Rizal. "Siap!" jawab Rampud dan mulai melajukan mobil. Ketika mobil itu berjalan terdengar suara seperti besi beradu dengan aspal yang mengeluarkan s
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status