All Chapters of Cinta Pertamaku, Suami Orang: Chapter 51 - Chapter 60
115 Chapters
51. Nisa Membuat Sakit
“Duh, iya, ya! Belum juga ada setahun, menantu kita itu udah buat Bunda jantungan aja, Yah. Eh, jangankan setahun ketika awal persiapan mau nikah saja udah buat Bunda jantungan,” balas Eneng lagi, bahkan kini lebih parahnya mengatakan bahwa Nisa sudah membuat penyakit jantungnya kumat, sesaat ketika persiapan pernikahan.“Eh, iya, ya, karena masalah undangan itu! Nisa memang keras kepala, padahal kita sudah menjelaskan sebelumnya bahwa kita gak mengundang teman-teman kita, tapi eh dia malah posting di Facebook, lalu pake tag Bunda segala, kan kita jadi gak enak ke teman-teman,” sahut Toni teringat kembali dengan kejadian sebelum pernikahan.Eneng menghela nafasnya panjang, seolah Nisa memang adalah beban berat baginya, padahal ia sudah habis-habisan membeli rumah untuk ditempat oleh Nisa.“Berarti rasa khawatir Bunda itu dulu jadi kenyataan, Yah pada Nisa? Dulu kan kita wanti-wanti juga agar kedepannya gak akan terjadi hal seperti dulu lagi dengan sikap keras kepa
Read more
52. Diajak ke Pantai
“Dulu Reza itu selalu Bunda dan Ayah bawa ke pantai hampir setiap minggu ketika kecil, makanya sekarang kayaknya dia udah bosan banget, Nis.” Eneng sedang bernostalgia kepada Nisa di pesisir pantai.Ya hubungan keduanya kini sudah benar-benar membaik, bahkan Nisa diajak ke pantai bersama oleh mertuanya dan juga bersama adik iparnya.“Iya, Bun.” Nisa hanya mengiyakan saja, seraya tersenyum, sebab ia takut jika banyak bicara akan salah lagi di mata mertuanya itu.“Kok kamu hanya diam saja sih, Nis? Dari tadi hanya bilang iya, iya aja. Kenapa?” tanya Toni, ayah mertuanya yang memang sudah memperhatikan Nisa sejak tadi. “Eh, gak kok, Yah. Biasa aja, Nisa gak apa-apa,” jawab Nisa sedikit kaku.“Iya nih Reza! Istri kamu sejak tadi ngelamun aja, badannya juga sekarang kurusan, kayak orang gak bahagia aja, dan kurang makan,” celetuk Eneng lagi yang kini membuat Nisa semakin kaku berada di sana. Ingin sekali ia menjawab bahwa ia memang sedang kelelahan, dan bu
Read more
53. Sakit Bathin yang Menguntungkan
“Nis, kok badan kamu kurus banget sih? Kayak kurang makan aja, atau emang ngebathin hidup sama mertuamu di sana?” celetuk salah seorang wanita paruh baya, ya kala itu Nisa mengantarkan pesanan skincare kepada temannya, dan yang berbicara tadi adalah kakak perempuannya.DEGNisa hanya diam saja, dan tersenyum, sebenarnya pertanyaan itu tidak perlu dijawab lagi karena lebih tepatnya orang itu bukan bertanya, tapi hanya butuh konfirmasi saja dari Nisa.“Kamu tidak usah menutupi dari kami, kami semua tahu kok kalau memang keluarga itu selalu ingin berkuasa, jangan-jangan kamu di sana selalu diatur gini gitu, ya?” desaknya lagi, dan membuat Nisa semakin tidak bisa berkutik saja, ia hanya bergeming saja dengan senyum getirnya.“Ihh, udah deh, Teh! Ngapain sih kepo aja sama masalah orang lain. Gak usah ikut campur deh!” Ayu, temannya Nisa, sekaligus yang memesan produknya kepada Nisa memperingatkan agar kakak perempuannya itu untuk tidak ikut campur masalah hidup o
Read more
54. Perkara Sendal
[GAK USAH BAWA SUAMI KALAU EMANG GAK BISA MEMPERHATIKANNYA!!!]Sebuah pesan dengan tulisan capslock pada ponsel Nisa yang begitu menohok. Sontak Nisa pun yang masih berada di dalam kereta, seketika membelalakan matanya sejenak, ia baru saja menghadiri undangan salah satu temannya di kampung. Dengan cepat pula ia sama sekali tidak menggubris isi pesan tersebut, ia hanya akan membalasnya ketika sudah sampai di rumah nanti.Hujan masih turun di malam hari itu, terpaksa Nisa pun dan Reza berhujan ria menuju rumah menggunakan sepede motornya, yang disimpan di stasisun tersebut. “duh, hujanan lagi aja! Gimana sih kamu ini, padahal orang tuamu mobilnya tiga, tapi masih aja hujanan,” keluh Nisa kepada suaminya.Nisa hanya tidak tahan saja jika setiap hari pada musim penghujan ini ia selalu berhujan ria, selalu membawa baju ganti double untuk ke sekolah atau pun ke mana saja.“Ya, kan itu mobilnya si Bunda, Nis! Bukan punyaku, lagi pula ini motor pun da
Read more
55. Mertua minta cerai
“Yah, lihat deh! Si Nisa baru juga baikan sama Bunda, tapi udah buat gara-gara lagi aja!” Eneng mengeluh, mengaduh kepada suaminya, dengan wajah yang sudah masam, bersungut-sungut, menunjukkan rasa mood yang amat buruk baginya.Toni menghela nafasnya lagi, sebenarnya ia sendiri sudah sangat bosan mendengar keluhan istrinya mengenai Nisa, akan tetapi tetap saja, ia tidak bisa berkata banyak, sebab yang ada tentu saja ia akan kena marah lagi jika mengomentarinya.“Memangnya kenapa lagi, Bun?” tanya Toni kepada istrinya seraya mendekati istrinya itu, duduk di sampingnya dan membelai lembut pundak wanita di bawah 50 tahun tersebut.“Si Nisa ngajak Reza undangan ke kampungnya pake sandal. Tahu kan nanti gimana tanggapan orang-orang kampung itu, sudah pasti akan koment, ih si Reza anaknya haji Eneng, biasa aja kok pake sandal, bla bla bla….” Eneng berhenti sejenak, bernafas terlebih dulu karena ia pun butuh pasokan oksigen.Toni masih membelai lembut istrinya, ia
Read more
56. Reza menolak
“Reza, Bunda mau agar kamu menceraikan Nisa,” ucap Eneng memutuskan kepada Reza, lantas lelaki itu langsung saja tersentak, dan tidak suka dengan keputusan Bundanya saat ini.“Lho kok gitu, Bun? aku gak mau kalau disuruh cerai sama Nisa, aku cinta sama dia, Bun. aku hanya ingin menikah hanya satu kali saja seumur hidup aku gak mau menikah dengan wanita lain lagi,” tolak Reza lagi kepada Bundanya, ya ini pertama kalinya Reza menolak atas permintaan Bundanya, padahal biasanya ia selalu taat dan patuh.Eneng hanya menghela nafasnya saja berat, ketika mendapati penolakan dari anaknya itu untuk menceraikan istrinya, yang sudah sangat jelas membuat hatinya sakit.“Tapi istri kamu itu selalu buat Bunda jantugan, Reza! Si Nisa ngelunjak sama orang tua, selalu aja membantah kalau dikasih tahu! Dan Bunda gak mau punya mantu seperti itu!” Eneng menjawab lagi dan menjelaskan bahwa ia tidak suka dengan Nisa.Toni yang mendapati anak dan istrinya itu berbeda pendapat pun
Read more
57. Gosip di kelas
“Eh, Bu Ri. Bu Nisa baik-baik aja, kan?” tanya Deden tiba-tiba saja kepada Riri mengenai Nisa. Seketika Riri yang ditanya pun langsung mendongak, dengan kening sedikit berkerut, tidak mengerti maksud Deden sebenarnya.“Baik-baik gimana maksudnya, Pak Den?” tanya Riri mengeluarkan rasa tidak mengertinya kepada lelaki yang berusia 32 tahun tersebut.“Ya, itu maksud saya, Bu Nisa semakin kurus aja sekarang, dan kayaknya wajahnya itu layu banget, kayak yang lelah gitu, apa dia baik-baik aja?” Deden menjelaskan maksud dan tujuannya kepada Riri, yang dianggap sebagai sahabat dekat Nisa, yang menurut Deden sudah pasti tahu akan keadaan Nisa apa pun itu.Riri diam sejenak, mencoba mencerna ucapan rekan kerjanya itu, wanita itu kini hanya menghela nafasnya saja pelan, sebelum akhirnya mengeluarkan suara.“Saya juga gak tahu jelas bagaimana keadaan Nisa saat ini, Pak Den. Saya gak enak kalau tanya masalah pribadinya, kecuali dia yang berceritta sendiri seperti masalah
Read more
58. Tebakan Riri benar
Bukan hanya Nisa saja yang tersentak, bahkan Deden pun kini ikut tersentak mendengar ucapan Riri demikian, karena tentu saja Deden yang tinggal berbeda kecamatan dengan Nisa tidak akan tahu dengan permasalahan dan sifat angkuh keluarga mertunya Nisa.Sedangkan Riri? Tentu saja, ia pasti sudah mendengar rumor yang tersebar di kampungnya itu mengenai Nisa dan mertuanya. Sudah banyak sekali desas desus bahwa Nisa diatur oleh mertuanya sehingga menjadikan Nisa membathin, kurus badannya.‘Ah, pasti Riri sudah tahu dengan gossip yang tersebar juga di kampung, duh emang, ya mulut tetangga di kampung itu lebih pedas dari pada cabe setan!’ seru Nisa di dalam hatinya.“Maaf, ya, Nis! Aku hanya ingin memastikan saja dengan gossip yang beredar di kampung kita, apa benar kamu banyak diatur oleh mertuamu itu?” tanya Riri, kali ini lebih menegaskan dan lebih detail pertanyaannya.Bahkan kini Deden menyimak saja, ia tidak mengeluarkan suara terlebih dulu karena memang tidak
Read more
59. Nisa curhat blak-blakan
“Ngelunjak? Gimana tadinya, Bu Nisa dibilang ngelunjak?” Deden bertanya lagi, semakin seru dan panas saja dengan pembahasan Nisa kali ini mengenai rumah tangganya, padahal masalah kebutuhan bathinnya saja belum terpenuhi, kini nafkah lahirnya pun tidak dapat.“Kok jadi semakin aneh aja, ya mertua kamu itu, Nis!” Riri ikut berkomentar, Nisa sebenarnya masih bisa menahan jika hubungan keadaan hatinya sedang baik, akan tetapi setelah hal yang terjadi kepada Nisa beberapa hari lalu, membuat dirinya jadi blak-blakan.“Iya, aku dianggap ngelunjak karena selalu menjawab kalau dinasihati, padahal aku hanya membela diri saja dan menjelaskan kenapa bisa terjadi seperti itu,” jawab Nisa masih ambigu, sehingga membuat Riri dan Deden masih menampakan wajah bingungnya.“Contohnya, Nis?” tanya Riri lagi yang kini meminta contoh.“Kayak beberapa hari lalu, hari minggu tepatnya, aku kan ajak Reza undangan ke rumahnya Melda, kamu tahu kan, Ri? Di mana rumahnya?” Riri h
Read more
60. Pertemuan Tak Terduga
“Nisa?” “Mas Dani?” Keduanya sama-sama takjub, matanya bersinar ketika tidak sengaja dipertemukan lagi pada acara jalan santai, dalam memperingati hari ulang tahun PGRI. Sontak kedua insan yang saat ini sudah sama-sama memiliki pasangan pun saling melempar senyum. Nampak pada wajah keduanya dan juga sinar matanya, bahwa keduanya sangat-sangat bahagia dengan situasi kali ini, situasi yang sama sekali tidak disangka olehnya. “Kita ke pinggir sebentar yuk! Kita minum di sana sambil makan bakso!” ajak Dani seraya menunjukkan tangannya ke ujung barat sana. Ia mengajak Nisa untuk menepi sejenak ke sebuah warung bakso yang seharusnya berkumpul di lapangan karena sedang mengumumkan kupon undian. Nisa menoleh ke arah Riri, yang memang saat itu tidak jauh darinya, sahabatnya itu hanya mengangkat bahunya saja, setelah saling menatap cukup lama, seolah mata mereka sedang berkata, berdiskusi, Nisa meminta izin kepada Riri. “Eh, iya, Mas. Ayok!” pada akhirnya Nisa pun menerima tawaran da
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status