All Chapters of Salah Sebut Nama: Chapter 51 - Chapter 60
75 Chapters
Bab 51 Melupakan
“Bagaimana bisa Si Kanaya bersama Bima? Ini tidak bisa aku biarkan.”Melinda bersungut-sungut sebab wanita yang selalu membuatnya iri sedari dulu muncul di depan mata bersama lelaki yang masih sangat ia cintai.Tanpa meminta izin, Bima masuk ke mobil Kanaya lagi. Tujuannya hanya satu, ingin secepatnya menjauhi wanita yang urat malunya sudah putus itu. Tidak peduli dengan bibir Kanaya yang masih manyun-manyun tidak jelas.“Lha, kenapa masuk?”“Tolong nebeng, ya! Sampai persimpangan jalan di depan saja. Nanti saya turun.”“Kenapa tidak kamu saja yang mengemudi?”“Oh, ya.”Mereka pun hendak bertukar posisi duduk. Keduanya bersamaan bergeser hendak menukar tempat duduk. Karena tanpa perhitungan kepala mereka jadi tak sengaja terbentur.“Aw,” ringis Kanaya.“Eh maaf.”“Keras banget kepalanya.”“Ya namanya juga kepala.”“Aish, menyebalkan.”“Apa?”“Enggak,” ketus Kanaya. Sebetulnya ia ketus bukan karena terjedot kepala Bima, melainkan Bima masih juga belum berinisiatif menjel
Read more
Bab 52 Peluang Kecil
“Begini Nay ….” Mira menggantung ucapannya dengan menarik napas panjang.“Iya, Bu.”“Anna dan Alya bisa tolong tinggalkan kami dulu? Nenek mau bicara penting sama mama dan papa.”“Oh, baiklah,” sahut Anna.Anna dan Alya cukup paham jika pembicaraan terkait urusan orang tua sebaiknya mereka memberikan privacy.“Sebenarnya Ibu ma--,” ucapnya terjeda karena ada ponsel milik Mira berbunyi dari dalam tas. “Sebentar,” sambungnya.Mira izin mengangkat telpon sebentar dan menjauh dari Kanaya juga Bima lantaran yang menelepon adalah Kamila.“Ya hallo, ada apa Mil?” tanya Mira setelah telpon tersambung.“Jangan bilang kalau ibu sedang di rumah Kak Naya!”“Tapi ini demi kebaikan anak yang kamu kandung Mila. Ibu tidak tega rasanya. Elang dan Kanaya harus tahu.”“Bu, sudahlah. Aku bisa melahirkan dan mengurus anak ini sendiri.”“Mila, status anakmu nanti gimana? Ini bukan hanya perkara biaya membesarkannya.”“Bu, aku mohon cukup. Ibu pulang sekarang juga,” tegas Kamila.Bukan tanpa al
Read more
Bab 53 Jadian
Roda empat yang dibawa Bima sudah ada di depan pagar rumah Kanaya.“Masuk enggak, masuk enggak,” ucap Bima sambil menghitung kancing kemejanya.Ah, yang benar saja Bima! Masa depanmu dipertaruhkan oleh kancing baju. Kata hatinya.Tidak buang waktu, ia langsung turun dari roda empatnya. Sekuriti di balik pagar menghampiri.“Maaf, ada perlu sama siapa?” tanyanya ramah.“Bu Kanaya ada?”“Ada. Dengan bapak siapa? Biar saya lapor dulu,” ucap sekuriti. Sebenarnya sekuriti itu sudah hapal siapa yang datang. Ia juga masih ingat saat Bima bertingkah konyol sewaktu mengantarkan majikannya pulang.“Saya, Bima.”“Iya. Mohon tunggu sebentar.”Sekuriti itu gegas masuk ke rumah dan memberi tahu Kanaya.“Bima?” Kanaya masih tak percaya.“Iya, Bu. Pak Bima,” ulangnya.“Izinkan dia masuk, ya!” pesan Kanaya, lalu berlari menuju ruang ganti pakian.Di depan cermin Kanaya memutar-mutar badan dengan baju gantinya. Dirasa kurang cocok, ia menggantinya lagi dengan yang lain. Terus saja begitu samp
Read more
Bab 54 Elang Frustasi
Melihat mulut Kanaya komat kamit juga ekpresinya yang berubah bete, Bima jadi tidak tega.“Baiklah, akan kutanggalkan rasa malu ini.” Bima berujar sambil menyodorkan ponselnya kembali ke Kanaya.“Yakin?”“Yakin.”Kanaya antusias mengambil ponsel Bima lagi dan langsung menuju folder galeri.“Bim, ini aku?” tanya Kanaya membeliak saat melihat beberapa foto yang tak jelas posenya.“Ya.” Bima jadi malu.“Bim, kamu paparazzi? Banyak sekali fotoku. Kenapa enggak bilang kalau mau fotoku?”Hati Kanaya langsung plong. Lega sekali karena yang hendak Bima sembunyikan darinya bukanlah sesuatu yang lain. Ia pun mengarahkan kamera depan ke dirinya sendiri. Kemudian berswafoto dengan beberapa pose.“Cantik,” puji Bima setelah Kanaya memperlihatkan hasilnya.Wajah Kanaya bersemu merah lagi. Padahal hanya satu kata biasa, tetapi saat keluar dari bibir Bima terasa berbeda.“Kita foto berdua yuk?”“Tidak. Saya tidak biasa berfoto.”Bima memang hampir tidak pernah berswafoto seperti Kanaya.
Read more
Bab 55 Gemuruh
Tengah malam, Kanaya dikejutkan dengan Alya yang tiba-tiba demam tinggi. Saking tingginya, ia sampai meracau.“Pa-papa …,” racau Alya.Kanaya meneteskan air mata saat mendengar Alya memanggil-manggil Elang.Mas, anak-anak begitu mencintaimu. Batinnya.“Mah, kita harus ke rumah sakit,” ujar Anna.“Iya, Sayang. Mama telpon dulu papa.”Kanaya gegas menghubungi Elang, tetapi panggilannya sama sekali tidak diangkat. Sementara Elang yang melihat nama Kanaya memanggil malam-malam hanya membiarkannya saja. Ia masih sakit hati lantaran mantan istrinya menjalin cinta dengan Bima.Kanaya langsung membawa Alya ke rumah sakit terdekat dinatarkan sopir pribadinya, Ujang. Sedangkan Diman sudah tidak dipekerjakan lagi sebab sebenarnya dia sopir pribadi Elang.Sesampai di rumah sakit, Alya dilarikan ke IGD dan langsung ditangani oleh dokter jaga. “Bu, sudah berapa hari demamnya?" "Demamnya sudah 3 harian dok, tetapi kalau siang tidak dan baru malam ini saja panasnya tinggi. Kemar
Read more
Bab 56 Pecundang
Ya ampun Yaya, kamu ini menguji keimananku saja. Aku sudah berusaha jaga jarak, kamu malah menempel. Gimana coba kalau aku mau yang lain-lain? Gerutu hati Bima.Bimbim, kenapa kamu hangat sekali sih? Nyaman banget berada dalam pelukanmu. Jadi pengen cepat-cepat dihalalin. Eh hehe … kekeh hati Kanaya.Brakk! Daun pintu terbuka begitu saja. Tampak Elang di ambang dengan raut wajah murka. Ia terbakar api cemburu yang melahap akal sehatnya. Seketika Alya terbangun dari tidurnya, begitupun dengan Anna.“Papa,” lirih Alya.Namun Elang tak dapat mendengar. Ia tuli karena amarah telah memenuhi gendang telinga. Tanpa membuang waktu setelah merangsek masuk ruangan, Elang melayangkan pukulannya membabi buta sama halnya sewaktu kejadian di gudang sayur.Bugh-bugh!“Elang!” bentak Kanaya.“Apa kamu hah?” matanya melotot.Bima tak melawan bukan karena ia tak berani, melainkan pasti akan terjadi kegaduhan. Tidak pantaslah sebuah ruang rawat inap menjadi tempat adu jotos.Sedangkan Elang mem
Read more
Bab 57 Restu
Elang bersikukuh tidak akan menikahi Kamila, meskipun Mira terus mendesak.“Bu, saya akan tanggung jawab. Saya akan biayai anak ini, tetapi jangan minta saya untuk menikahi Kamila.”“Lang, ini demi anak yang Mila kandung. Kamu tidak peduli dengan status anak itu jika lahir?”“Sudahlah, Bu. Saya masih ada urusan.” Elang berujar seraya berlalu meninggalkan ruangan Kamila.Kamila tertunduk dan menangisi nasibnya sekarang. Ia merasa ini adalah hukuman yang Tuhan kasih atas perbuatannya kepada Kanaya.**Ini hari ketiga Alya dirawat. Melihat mood Anna yang buruk, Bima tidak berani menemani Kanaya lagi di rumah sakit. Anna juga sudah dua hari izin untuk tidak sekolah. Maka dari itu hari ini, pagi-pagi ia sudah rapi dan siap berangkat sekolah dari rumah sakit.“Ann, Mang Ujang sudah menunggu di parkiran.”“Iya, Mah. Aku bernagkat dulu.”“Hati-hati Sayang,” pesan Kanaya seraya mengecup dahi putrinya.“Awas Mama jangan genit-genit selama aku tidak ada,” pinta Anna.“Genit sama siapa
Read more
Bab 58 Rem Blong
Setelah pamit kepada Anna dan Alya, Bima gegas meninggalkan ruang rawat inap tersebut. Kanaya pun turut serta mengantarnya. Namun di perjalanan menuju parkiran, hatinya resah lantaran rasa senang karena mendapat restu belum ia ekpresikan.Bagaimanapun Bima adalah lelaki dewasa yang lebih dari matang. Hasrat kejantanannya kini terus meronta tak terima jika harus dipendam lebih lama. Sementara wanita yang diinginkan setiap waktu ada tepat di sampingnya. Pikirannya yang sibuk berperang melawan nafsu justru terkesan mengacuhkan Kanaya.Dari pada balik ke kantor dengan keadaan tidak fokus, lebih baik ia menuntaskan dahulu hal yang membuatnya resah. Dalam lift akhirnya ia mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang yang bisa membantu dan berkuasa di rumah sakit ini.[Saya membutuhkan ruangan privasi yang tidak bisa diakses orang lain juga bebas cctv][Oh tentu. Kalau berkenan bisa gunakan ruangan privat saya di lantai 5 dengan kode sandi 737003][Ok][Senang bisa membantu Anda.]Tanpa
Read more
Bab 59 Malam Pertama
Selama ini Bima tidak pernah mau mencari siapa kedua orang tuanya. Ia merasa sakit hati karena telah dibuang begitu saja ke sebuah panti. Dalam hati kecilnya selama 43 tahun, ia berharap ada orang tua menanyakannya dan mencari ke panti tempat ia dibuang. Namun kenyataan tak pernah ada satu pun orang yang melakukan hal tersebut.Sekarang di saat akan menikah, ia mendadak ingin mengetahui siapa orang yang telah melahirkan. Sepantasnya acara sakral nanti bisa dihadiri oleh ibunya. Pasti ada alasan khusus kenapa ibunya itu sampai tega membuangnya? Apa alasan itu?Beberapa tahun terakhir ini Bima lupa tidak mengunjungi panti yang membesarkan sebelum keluarga Wirawan mengadopsi. Patah hati karena Melinda yang menajdikannya gila kerja membuat sesaat keberadaan panti terlupakan.[Bimbim kangen] Kanaya sekarang sudah tidak malu lagi menyatakan kerinduannya.Semenjak memutuskan akan menikah dalam waktu dekat, Bima memang jarang sekali menemuinya sendiri. Katanya takut rem blong lagi.[Maa
Read more
Bab 60 Bulan Madu
Kanaya mengangkat alisnya sebelah saat melihat Bima menepuk jidatnya sendiri.“Kenapa Bim?”“Oh enggak. Oya anak-anak biasa bangun jam berapa?”“Biasanya jam setengah enam. Kenapa gitu?”“Hehe, masih ada waktu.”“Waktu apa sih?” tanya Kanaya belaga tak paham.“Eum, pura-pura.”“Terus ngapain masih di sini?”“Dinginkan badan dulu.”“O iya.” Kenapa tidak dilanjut lagi aja sih olahraganya? Olahraga bareng aku di kasur. Hehe .. aku ga masalah dengan keringatmu. Hati Kanaya berbicara.“Kenapa senyum-senyum?”“Enggak apa-apa.”Mereka pun ngobrol-ngobrol. Kanaya juga menanyakan tentang mahar yang diberikan Bima. Kemudian membahas bulan madu mereka yang ingin keliling eropa. Namun mereka kebingungan saat memikirkan cara untuk izin ke Anna dan Alya.Tiga puluh menit berlalu. Bima beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badannya dengan air hangat yang sudah Kanaya siapkan di bath tub. Sebenarnya Kanaya ingin ikut mandi, tetapi rasanya masih malu. Belum berani ke tahap itu. Ya
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status