Semua Bab Salah Sebut Nama: Bab 21 - Bab 30
75 Bab
Bab 21 Awalnya
Kanaya langsung menyusul Anna. Ia sangat khawatir dengan keadaan anaknya yang tengah kecewa berat. Satu ketukan, dua ketukan dan pintu pun dibuka setelah tiga ketukan.“Mah,” lirih Anna. Ia langsung menghambur ke pelukan Kanaya.“Mah, Kakak kenapa?” tanya Alya penasaran.“Sayang, lebih baik kamu masuk kamar. Ini sudah malam. Nanti kalau Kak Anna sudah merasa baikan, pasti dia akan cerita sama Alya.”“Ok, Mah. Aku kasih waktu buat Kakak. Awas ya, ntar kalau enggak cerita!”“Iya,” sahut Anna pelan.“Hah! Mama juga kayak yang habis nangis. Kok kompakan dengan Kak Anna. Ih kalian ada apa, sih?” Alya penasaran.“Nanti Mama juga akan cerita. Beri kami waktu dulu, Sayang.”“Ya. Kalau begitu aku masu bobo dulu. Bye Mah,” pamit Alya.Untunglah Alya tidak memaksa, ia pun langsung menuju kamarnya. Namun saat hendak masuk kamar, ia melihat papanya basah kuyup.“Eh Papa,” tegur Alya.“Iya, Sayang. Belum tidur?”“Ini baru mau masuk kamar. Papa kenapa malam-malam malah main air?” alis pe
Baca selengkapnya
Bab 22 Hadapi Kematian
Malam semakin larut. Usai menenangkan Anna yang terguncang, Kanaya hanya duduk sendiri di ruang tengah. Ia menatap foto keluarga dengan bingkai besar yang bertengger di dinding. Senyuman di foto itu seakan tidak pernah pudar. Nyatanya bukan hanya pudar, tetapi terampas.Slide kenangan keromantisan Elang malah terus berputar di kepala Kanaya.Saat hari mendung Elang berkata, ‘Ay … tahukah pagi ini sinar mentari malu-malu untuk menampakkan diri? Itu karena kamu lebih bersinar darinya.’Saat hari anniversary ke 15 tahun Elang berkata, ‘Ay … bilangan tahun yang kita lalui bersama, mengajariku satu hal. Bahwa tak ada yang lebih baik, tulus dan berharga selain dirimu.’Saat malam hari Elang berkata, ‘Ay … aku sudah mengantuk dan mau tidur, tetapi kepikiran kamu terus. Semoga pas bangun nanti tidak lagi.’ Pagi pun tiba. Ia berkata lagi, ‘Ay … ternyata sama saja. Saat bangun aku juga masih kepikiran kamu terus.’Saat mengajak menghadiri acara kantor Elang berkata, ‘Ay … suatu kebanggaan kamu
Baca selengkapnya
Bab 23 Lolos
Kanaya masih menghitung mundur, 94, 93, 92, ….“Ay, apa yang kamu lakukan?”Tiba-tiba saja Elang datang. “Diam kamu!” bentak Kanaya.“Mas, tolong!” teriak Kamila dengan megap-megap.“Ay, kalau dia mati kamu bisa dipenjara?”“Haha … tidak akan,” seringai Kanaya. “Aku bisa menghapus rekaman CCTV. Toh tak ada yang lihat juga, kecuali kamu. Anggap saja ini kecelakaan,” tukasnya lalu.“Ay, ta-tapi apa kamu tega? Dia itu adikmu, lho.”“Haha … kenapa harus? Dia saja tidak peduli dengan perasaanku.”“Ay, apa boleh aku menolongnya sebagai rasa kemanusiaan saja?”“Silahkan, tapi sekarang juga ceraikan aku!”Kanaya melenggang pergi meninggalkan Kamila yang tengah berjuang untuk hidup. Sekilas Elang menoleh kepada selingkuhannya yang memohon.“Mas … to-long,” ucapnya sebelum kepala masuk air kembali.Rupanya Elang tak lebih dari seorang pengecut. Ia hanya bisa melihat iba tanpa berani menyelamatkan. Gertakan cerai Kanaya baginya lebih menakutkan dari pada melihat mayat mengambang di k
Baca selengkapnya
Bab 24 Hancur
Deg! jantung Kanaya menghentak. Ia bingung harus jelaskan apa? Netranya bersirobok dengan Anna. Saling menatap dalam diam. Sedangkan Elang menarik napas panjang dan berusaha sembunyikan kepanikannya. Ia takut sekali Alya tahu akan kesalahan yang telah diperbuat kepada mamanya. Keringat dingin lolos begitu saja menetes dari sela rambut sampai leher.“Kok pada diam? Apa hanya aku yang tidak tahu?” rajuk Alya.“Papa sama saja dengan papa-nya Devi,” cetus Anna tiba-tiba.“Ann ….” Kanaya tak percaya kalau Anna member tahu adiknya begitu saja.“Sama? Sama apanya? Ganteng?” Alya memastikan.“Ekhm, lebih baik kita habiskan sarapannya,” ujar Elang mencoba terlepas dari topik.“Engga, Pah. Aku mau tahu apanya yang sama dengan papa kak Devi,” kukuh Alya.“Papa memiliki cewek lain selain mama.”Sontak Kanaya dan Elang menatap Anna.“Bentar ….” Alya seakan butuh waktu untuk mencerna apa yang Anna sampaikan.“Papa selingkuh. Papa khianati kita, Al,” tegas Anna gemas.“Apa?” Mata Alya mem
Baca selengkapnya
Bab 25 Tak Dipedulikan
Kanaya dan kedua putrinya habiskan waktu bersama di rumah. Untuk mengusir kejenuhan, mereka bermain ular tangga. Meski sedang diliputi kepedihan, tetap hidup ini harus berjalan.“Mah, Alya curang tuh! Kocok dadunya dua kali.”“Eh, No No Al!”“Enggak Mah, Kak Anna fitnah tuh. Dia takut kalah dari aku.”“Fitnah gimana? Orang iya, kamu curang.”“Udah-udah. Kita ampuni kali ini.”“Enak ya jadi anak kecil, curang aja diampuni.”“Hehehe,” kekeh Alya.“Ayok Ann, sekarang giliran kamu.”“Ya.” Anna pun mengocok dadunya dan keluar angka 5. Angka yang membawanya menaiki tangga langsung melewati satu baris. “Yes! Rezeki anak baik,” soraknya.“Good, Ann. Sekarang giliran Mama.” Kanaya mengambil alih dadunya dan langsung mengocok. Keluarlah angka 6. Angka tersebut memberi kesempatan kepada pemain untuk mengocok dadunya lagi. Kocokan kedua keluar angka 3. Angka tersebut membawa Kanaya menaiki tangga melampaui Anna.“Waw keren. Mama bentar lagi sampe garis finish,” seru Anna.“Sekarang gi
Baca selengkapnya
Bab 26 Dikejutkan
Ini hari kedua Kamila masih muntah-muntah. Dibujuk ke dokter untuk berobat masih saja menolak.“Mil, ayo makan dulu. Seenggaknya perut tidak terlalu kosong saat kamu muntah.” Mira cemas dengan keadaan anaknya yang sudah pucat pasi.“Tidak mau, Bu. Aku maunya yang seger-seger. Kayak rujak gitu.”Mendengar keinginan Kamila, Mira menjadi curiga. “Mil, kamu dan Elang pernah melakukan hubungan suami istri?”“Ya iyalah, Bu. Memangnya apa lagi yang kami lakukan selain itu,” jawabnya enteng.“Astaga!” Mil, kamu biasa datang bulan tanggal berapa?”“Biasanya sih, akhir bulan.”“Mil, ini sudah tanggal awal bulan. Apa kamu sudah datang bulan?”“Datang bulan?” Sadar akan pertanyaan ibunya, Kamila langsung menyambar kalender duduk yang ada di meja samping bed. “Aku telat tiga hari,” serunya lalu.“Apa? Jangan-jangan kamu ….”“Hamil. Yes!” girangnya.“Hamil hasil perselingkuhan, kok malah senang?”“Ini tuh rezeki, Bu. Rezeki yang tidak akan bisa Mas Elang tolak? Tahu sendiri kan bagaiman
Baca selengkapnya
Bab 27 Elang Kalap
Riak muka Elang penuh emosi, tetapi Kanaya sulit mengartikannya.“Ada apa, Mas?”“Wanita mur*han,” geram Elang.“Siapa Mas? Itu Kamila lagi?” Kanaya semakin penasaran.“Kamu yang mur*han!” bentaknya.“Maksud kamu apa, Mas?” balas Kanaya memekik.“Lihat saja kelakuan busukmu di belakang!”Elang memperlihatkan foto-foto, tetapi bukan foto biasa. Di foto pertama Kanaya sedang duduk menghadap meja bar bersama Bima. Foto kedua Kanaya sedang dipangku Bima dan foto ketiga Kanaya sedang bertautan bibir dengan Bima.Mata Kanaya kini ikut membeliak tak percaya. Siapa yang dengan usilnya mengabadikan momen ketidaksengajaan itu. Bahkan ia pun tidak bisa mengingat dengan jelas. Hanya satu yang ia yakini saat mabuk apapun bisa terjadi.“Mas, itu pasti sewaktu aku mabuk.”“Mabuk? Oh jadi kamu diam-diam suka mabuk?” tatapan Elang yang tajam seperti menguliti.“Aku hanya pernah mabuk dua kali, Mas.”“Bohong! Tapi kenapa harus bersama Bima?” Satu nama yang sangat disesalkan Elang.“Itu han
Baca selengkapnya
Bab 28 Ada Bawangnya
“Gawat Nay, gawat!” seru Meta.“Apanya yang gawat?” Kanaya dibuat terkejut.“I-itu … nganu ….”“Apa sih? Coba kamu tarik napas dulu.”Meta pun terdengar mengatur napasnya. “Nay, masih ingat enggak musuh bebuyutan lu?”“Gue enggak punya musuh tuh.”“Jangan amnesia deh.”“Serius. Gue kan anak baik.”“Iya anak baik,” ejek Meta. “Sebel gue! Itu tadi waktu gue jalan-jalan, gue enggak sengaja bertemu Si Meli.”“Melinda?”“Iya siapa lagi. Udah sekian abad tuh mahluk enggak keliatan, eh tiba-tiba muncul. Kayak demit saja.”“Melinda. Anak itu ….”Melinda adalah teman sekampusnya dulu. Ia sangat tidak suka dengan Kanaya. Lantaran setiap cowok yang ditaksirnya malah menyatakan cinta kepada Kanaya. Meski Kanaya tidak pernah menerima, tetap saja kebencian Melinda sulit dihilangkan. Sebenarnya ia juga berparas cantik, tetapi sayang perangainya kurang baik. Judes, sombong, narsis, dan terkenal matre. Ia berasal dari keluarga sederhana. Kuliah pun karena mendapat beasiswa. Sehingga keber
Baca selengkapnya
Bab 29 Tak Berdaya
Tid, tid, tid … jebred!Tubuh Alya terpental beberapa meter dan mendarat dalam keadaan terlentang. Kepalanya terbentur aspal hingga mengeluarkan darah. Badannya sedikit menggelepar mengalami kejang-kejang.“Alya!” teriak Elang membelah jagat. Ia memburu putri bungsunya dengan gemetaran.Andai saja … andai saja … batinnya penuh penyesalan.Elang bertekuk lutut di hadapan Alya yang sudah tak berdaya. Hanya jarinya yang masih terlihat bergerak.“Pa-pa …,” ucapnya lirih hampir tak terdengar. Kedua netra menatap nanar Sang Papa diiringi kristal bening menetes dari sudutnya.“Al-ya … maafkan Papa, Sayang.”Seketika orang-orang yang menyaksikan kecelakaan itu sudah berkerumun menatap ngeri dan iba. Ada yang bahunya bergidik, ada yang menutup kedua matanya, ada yang menangkup kedua pipinya dan ada yang bersedekap di dada. Riuh-riuh terdengar orang mengucap takbir, ber-istirja’, saling berbisik serta gumaman lainnya.“Pak, jangan diangkat!” tiba-tiba seseorang melarang Elang yang henda
Baca selengkapnya
Bab 30 Gugat Cerai
Kini Alya sudah berada di ruang PICU. Sebuah ruang perawatan intensif untuk anak usia satu bulan sampai enam belas tahun. Terdapat berbagai alat yang dipasangkan ke tubuh Alya dan terhubung dengan layar monitor untuk mengawasi tanda-tanda vitalnya.Setelah beberapa jam pasca operasi, seharusnya Alya sudah sadar sewaktu di ruang pemulihan. Namun, ia belum memerlihatkan tanda-tanda akan bangun. Hanya sempat siuman persekian detik. Dokter pun telah member nilai yang disesuaikan dengan Skala Koma Glasgow (GCS) untuk menentukan tingkat kesadaran Alya. Hasilnya jauh di bawah angka 15 dan dinyatakan koma.Saat dokter sampaikan perihal ini, Kanaya histeris dan memukuli dada Elang. Karena takut mengganggu ketenangan pasien lain, Anna segera membawa dan menenangkan mamanya. “Ann, sebaiknya kamu pulang dulu ke rumah. Biar Mama anterin.”“Aku mau di sini saja, Mah.”“Ada papa yang jagain Alya kalau ada apa-apa. Kamu harus mandi, ganti baju dan makan. Jangan sampai kamu nanti ikut-ikutan sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status