All Chapters of Salah Sebut Nama: Chapter 41 - Chapter 50
75 Chapters
Bab 41 Kecewa
Beberapa jam sebelumnya.“Hah sudah jam empat lagi? Hadeuh!” Elang menggeliat dari balik selimut.Matanya mulai melebar saat tak mendapati Bima di sampingnya. Ia pun terbangun dan keluar tenda. Penasaran apa yang dilakukan sahabatanya di jam segini?“Pah,” panggil Anna yang menghampiri ditemani Marisha.“Eh Sayang, udah bangun?”“Papa lihat mama enggak?”“Mama? Emang enggak ada?”“Iya. Pas aku terbangun mau pipis, mama enggak ada.”“Mungkin mama di toilet.”“Engga ada Pah. Aku kan habis dari sana. Aku juga cari-cari di sekitar sini enggak ada. Iya kan Sha?”“Iya Om. Tante Kanaya tidak kelihatan. Kemana ya?”“Ya sudah, kalian sekarang masuk tenda lagi. Biar Papa yang cari.”“Iya, Pah.”“Baik, Om.”Setelah Anna dan Marisha balik ke tenda, Elang mulai mencari sosok Kanaya. Ternyata benar apa kata Anna di area perkemahan mama-nya tidak ditemukan.“Kemana perginya Kanaya ya?”Ia pun teringat kepada Bima yang tak ada di tempat. Pikirannya langsung travelling yang tidak-tidak
Read more
Bab 42 Kekacauan
Hari ini Kanaya disibukkan dengan pesanan catering untuk perayaan ulang tahun perusahaan Emba Grup. Perusahaan tempat Elang dan Bima bekerja. Acara pesta sudah dimulai. Para tamu undangan tengah menikmati jamuan yang tersaji dengan apik. Biasanya Kanaya hadiri acara seperti ini dengan mengenakan gaun pesta yang menonjolkan kecantikan paripurna. Suami pun akan dengan berbangga hati mengenalkannya sebagai Nyonya Elang Sanjaya. Untuk kali ini keadaan dan status sudah berbeda. Sebagai pemilik catering, ia hanya mengenakan kemeja pendek warna merah muda dipadu rok selutut warna abu misty.“ Acara selanjutnya mari kita saksikan presentasi tentang peluncuran produk baru dari Emba grup yang akan disampaikan oleh Direktur utama kita,” ucap seorang pembawa acara.Tepuk tangan terdengar sangat meriah menyambut Bima. Apalagi para karyawati yang masih single. Sudah menjadi rahasia umum kalau pesona direktur utama menjadi rebutan kaum hawa. Meksi terkesan dingin dan jumawa, tak lantas melunturk
Read more
Bab 43 Rumit
“Mama udah pulang? Katanya mau pulang larut?” tanya Anna.“I-iya. Mama kurang enak badan.”“Mama sakit?” Anna cemas dan menghampiri. “Muka Mama juga sampai merah begitu. Mama kayak habis nangis,” sambungnya.“Ini mungkin karena Mama menahan pusing.”Melihat Mama-nya yang terkesan menyembunyikan sesuatu, Anna paham. Mungkin dia memang harus memberi waktu. Mendesaknya bicara membuat Kanaya seperti tertekan. Anna sudah cukup besar untuk mencoba mengerti keadaan mamanya.“Oh, ya sudah. Mama rehat saja.”“Iya. Makasih Sayang.” Kanaya pamit menuju kamarnya.Dalam kamar, Kanaya kembali menangis. Kenapa perasaannya masih begitu sakit saat menyadari kenyataan tak mendapat pembelaan dari Elang. Andai saja perasaan cintanya sudah hilang, mungkin rasanya tak akan sesakit ini.Sedangkan Anna kembali ke Alya untuk menemaninya mengerjakan PR di ruang belajar.“Kak, Mama sudah pulang bukan?”“Iya.”“Kok enggak temuin aku?”“Mama lagi enggak enak badan. Gimana PR-nya sudah selesai?”“Nih
Read more
Bab 44 Viral
Bima duduk di kursi kemudi, kemudian memakai sabuk pengaman. Tiba-tiba saja seseorang muncul dari kursi belakang dan melingkarkan tangan ke lehernya. Tanpa menoleh Bima bisa menebak siapa wanita yang telah lancang masuk ke mobil. Sebab aroma khas bunga lili perpaduan dedaunan dari Paris itu langsung terendus indra penciumannya.“Kamu!” Benar saja dalam cahaya remang netra Bima menangkap pantulan wujud dari kaca spion yang menggantung di depan.Melinda tersenyum asimetris saat Bima menghempas kasar tangan yang sudah ia haramkan menyentuhnya.“Aish, jual mahal sekali. Padahal dulu kamu begitu senang saat kusentuh,” goda Melinda.“Get out!”“Santai dong Sayang, bahkan kita belum apa-apa.” Melinda semakin tidak tahu diri dengan mencium begitu saja tengkuk Bima di depannya.“Ih,” ujar Bima bergidik ngeri sambil mengusap tengkuk.“Hahaha ….” “Kenapa wanita ular ini sampai bisa masuk ke mobil? Dimana sekuriti yang berjaga?” dengkus Bima kesal.“Ooo … kalau aku ular, apakah kamu siap
Read more
Bab 45 Rasa Yang Aneh
Benarkah mama dan pak Dewa … batinnya sakit saat meragukan orang yang dipercayanya selama ini.“Berhenti!” berang Anna saat mendapati adiknya sedang dirundung.Dia datang untuk mencari Alya karena di depan teman-temannya sudah berlarian pulang. Namun adiknya itu tidak kunjung kelihatan juga. Makanya Anna langsung menyusul ke kelasnya. Apa yang dikhawatirkan pun terjadi. Dia sendiri mendapat bully-an gegara viralnya foto Kanaya dan Bima di medsos. Akan tetapi usianya yang sebentar lagi menginjak 15 tahun menjadikan ia pribadi yang kuat. Walau tetap saja hatinya juga ikut perih tak bertepi.Bagaimana tidak? Dulu sempat memergoki papanya langusng dengan Kamila dan kejadian itu sudah berusaha ia lupakan, mencoba mendamaikan hati yang bergemuruh. Hari ini malah dikejutkan dengan hal yang hampir sama. Bedanya kini via media, tetapi dampaknya dahsyat karena tengah viral. Sadar atau tidak, psikisnya terkikis yang berimbas kepada rasa percaya diri juga kepercayaan. Demi Alya, air mata yang h
Read more
Bab 46 Gagal
Alya dan Anna hanya menonton kedua orang dewasa yang sudah seperti patung tak ada pergerakan. Ternyata kalau dibiarkan lumayan lama juga Kanaya dan Bima membisu. Lidah mereka sepertinya kelu, padahal hati tak henti-henti berbicara. Akhirnya Anna memutar bola mata malas sambil menuntun tangan Alya untuk pulang bersama sopir.Menyadari putrinya berjalan begitu saja melewati, mata Kanaya mengerjap. “Eh,” serunya.Namun Anna dan Alya tak menghiraukannya. Tetap berjalan tanpa menoleh, lalu masuk mobil.“Mang. berangkat!” titahnya.“Baik, Non.” Mang Ujang yang merasa heran tak protes, ia langsung menjalankan perintah.“Anna, Alya,” panggil Kanaya mencoba mengejar meski mobil sudah melaju dan semakin jauh dari jangkauan mata.“Nay, anak-anak sudah pulang.” Entah itu pernyataan atau pertanyaan. Terdengar ambigu di telinga Kanaya.“Ya, mereka sudah pulang.”“Kalau begitu silahkan pulang.”Hah, apa maksudnya? Tak percaya, dia mengusirku. Dia ingin aku segera pulang. Hati Kanaya mencelos.Kanaya
Read more
Bab 47 Mundur
Bima mencoba membela diri dan tak gentar dengan tudingan Wirawan yang seraya mengacung-acungkan tongkat seperti hendak memukulkannya.“Ya Papi tahu. Si Elang sudah selingkuh dengan adik istrinya. Tapi masalahnya tidak sesederahana itu. Siapa yang peduli kamu salah atau benar?”Rupanya Wirawan hanya sebatas menagcungkan tongkat karena kesal dengan Bima. Ia pun tahu kalau anak angkatnya benar-benar mencintai mantan istri Elang. Melibatkan perasaan cinta akan membuat Bima semakin kesulitan. Padahal keterkaitannya dengan Kanaya akan terus mengancam masa depan.“Jadi papi sudah tahu kebenarannya?”“Kamu lupa siapa Papi?” tanyanya balik dengan jumawa.“Maaf. Aku harus bagaimana Pih? Orang yang bisa menjadi saksi sudah melarikan diri. Walau bagaimana pun aku harus mencari orang itu.”“Percuma. Jangan kamu cari! Dia sudah menjadi mayat.”“Mayat?” Mata Bima membeliak.“Ya, dia mengalami kecelakaan. Mobil yang ia kemudikan menabrak pohon.”Kecelakaan? Rasanya kebetulan sekali. Apa ini ad
Read more
Bab 48 Erwin
Sebelum yang tidak diinginkan terjadi lebih jauh, ia segera mendobrak pintu kamarnya. Satu dobrakan, dua dobrakan, pintu masih saja kokoh untuk terbuka. Sampai lengannya malah terasa sakit karena dibenturkan dengan kayu jati berukir itu. Jelas saja mendobrak dari arah dalam keluar itu hal yang sulit karena arah pintu berlawanan. Beda halnya jika dari luar ke dalam. Mungkin beberapa dobrakan akan mampu merusak fungsi dari lockcase hingga daun pintu terbuka.“Mih,” teriak Bima. Namun karena ibunya sibuk di dapur beradu dengan wajan juga spatula membuat teriakan Bima tidak terdengar. Perlahan Bima merasa lemas dan pikirannya mulai melayang. Obat yang disuntikkan Melinda tentu saja mulai bereaksi.“Heh! Akhirnya ….” Melinda menyeringai.Ia mendorong tubuh Bima ke atas bed ukuran nomer 2. Bibir merah yang jarang tersentuh rokok itu sungguh membuat Melinda menggila. Dulu bisa menikmatinya kapan saja dia mau. Sejak memutuskan memilih Beni, Melinda tak dapat lagi merasakan. Jangankan merasak
Read more
Bab 49 Bandara
Masalah viralnya foto-foto dengan Kanaya membuat ia benar-benar sibuk. Ia harus mengurus ke bebera situs dan akun agar foto tersebut berhenti beredar. Belum lagi persoalannya yang baru saja mundur dari perusahaan. Mencipta berbagai polemik baru yang menyita materi, waktu juga pikiran.“Huh ….” Bima mengembus napasnya yang berat.Dipijatnya pelipis berharap rasa sakit di kepalanya bisa berkurang. Namun semua terasa sia-sia tak ada yang dapat menghiburnya kecuali kehadiran Kanaya. Ya Kanaya, ia sangat merindukan wanita itu.Saking sibuk urus ini itu, Bima belum sempat bertemu lagi bahkan komunikasi visa telpon pun tidak.Apa kabarnya kamu? Hati Bima bertanya seraya memandang nama kontak bernama Yaya.Yaya adalah panggilan kesayangan Bima untuk Kanaya, tetapi tidak ada satu pun orang yang tahu selain dirinya.“Telepon enggak? Telepon … enggak.” Bima terus menimbang apakah ia harus meneleponnya lebih dulu atau tidak.Telpon sajalah. Daripada urat-uratku terus menegang tidak karuan.
Read more
Bab 50 Salah Tingkah
Bima terus menengok arloji lemeted edition-nya di pergelangan tangan. Akan tetapi Kanaya belum muncul juga. Hatinya masih bertanya kira-kira ada apa dia sampai mau menyusul? Pasti ada hal yang sangat penting.“Apa sesuatu telah terjadi? Tapi apa itu?” gumam Bima.Seribu kali pun Bima bertanya-tanya, ia masih belum bisa menerka jawabannya. Sama sekali tak terpikirkan kalau yang tengah bermasalah adalah hati Kanaya bukan sesuatu yang ia cemaskan. Mengingat belum lama ini dunia medsos heboh oleh foto mereka berdua.Sekarang Bima sudah mencetak boarding pass-nya dan petugas sudah memberitahu agar segera masuk pesawat. Mendadak ia berubah pikiran untuk membatalkan perjalanan. Sebenarnya Bima sedari tadi sudah berusaha menghubungi Kanaya, tetapi tidak ada jawaban. Mungkin karena Kanaya sedang dalam perjalanan menuju Bandara. Walau merindukannya, tetap saja tidak tega membiarkan wanita itu jauh-jauh datang menyusul. Makanya ia berinisiatif untuk mengajak bertemu di tempat lain. Namun ya i
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status