All Chapters of Nafkah Batin Basi: Chapter 51 - Chapter 60
200 Chapters
Bab 51. Papa Amelia Drop Karena Ancaman Nurdin
Bab 51. Papa Amelia Drop Karena Ancaman Nurdin  “Maaf, Bu Amel, jika saya lancang,”  pinta Andre menyesali pertanyaan yang sudah terlanjur dia ucap.  “Tidak apa-apa, Pak! Eem, tentang Mas Dar, sikapnya sudah berubah. Dulu dia jijik pada saya. Sekarang dia sangat menginginkan saya. Tetapi, obsesinya untuk menguasai harta saya, sedikitpun tak berubah. Malah saya rasa, dia makin menggila.”  “Oh, begitu? Jadi Darfan ….”  Andre menggantung ucapannya.  “Kenapa, Pak?”  “Maksud saya, Darfan dulu sempat jijik pada Ibu? Saya kok, gak paham? Karena kemarin itu saya lihat, dia sepertinya sangat menyukai Ibu, buktinya dia rela menceraikan istrinya demi bisa rujuk dengan Ibu, iyakan?” &nb
Read more
Bab 52. Rayuan Kepada Mantan Istri
Bab 52. Rayuan Kepada Mantan Istri  Pagi itu, Yati sendirian di rumah. Papanya baru saja keluar  dari rumah. Yati tak tahu, kalau tujuannya adalah ke rumah Papa Amelia. Nurdin ingin menyampaikan sebuah ancaman manis kepada  sahabatnya itu.  Semoga dengan sedikit gertakan ini, Anwar mau memaksa Amelia untuk bercerai dengan Darfan, sehingga surat perjanjian pra nikah waktu itu bisa dia gunakan untuk menguasai peternakan yang di Kutalimbaru milik pria lumpuh itu. Begitu rencana Nurdin.  Darfan yang disuruh Amelia menjalankan misi mendapatkan surat perjanjian pra nikah, telah berdiri di depan pintu. Tak ragu, pria gila harta itu mulai mengetuk pintu dengan  halus. Terdengar suara langkah mendekat. Langkah terseret itu milik Yati, sang mantan istri.  “Mas?!”  Yati  kaget saat memb
Read more
Bab 53. Maksiat Mantan Sepasang Suami Istri
Bab 53. Maksiat   Mantan  Sepasang  Suami Istri     “Mas, gimana kalau Papa pulang tiba-tiba?” tanya Yati mencoba mengingatkan, tetapi matanya sudah mulai terpejam. Erangan halus mengiringi setiap sentuhan bibir Darfan yang mulai menyusuri setiap inci wajah, lalu kini  mulai  turun ke bagian dada.       Darfan tak menghiraukan. Bibirnya masih sibuk menggoda sepasang bukit kembar milik mantan istrinya. Sementara tangannya sibuk melepas  pakaian yang menempel di sana satu demi satu. Erang kenikmatan dari bibir Yati, makin menambah gairahnya.     Bibir dan jemarinya kini menyusur ke bagian bawah. Mengecup lembut perut  wanita itu, lalu makin turun dan turun.     “Mas, kita udah gak halal, lho,” lirih Yati  tepat saat Darfan menyatukan  bagian sensitif 
Read more
Bab 54. Dr. Vito, Pria di Masa Lalu
Bab 54. Dr. Vito, Pria di Masa Lalu     Andre masih memarkirkan mobil  saat ditinggal dengan terburu-buru oleh sang empunyal.  Bik Jum, Suster Ayu, dan Dadang menyambut kedatangan Amelia di depan  ruang UGD. Gadis itu langsung menyerbu masuk. Dua orang perawat mencoba menahannya di pintu masuk ruangan, namun gadis itu tetap memaksa.  Tubuh sang perawat terdorong paksa, kalah kuat dengan tenaga Amelia yang tiba-tiba berlipat saja.     “Maaf, Ibu! Pasien masih belum sadar! Masih ditangani Dokter, tolong tunggu di luar saja, ya!”     Amelia tak menggubris, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, mencari keberadan sang Papa yang dikabarkan tengah sekarat.  Setengah berlari dia menghampiri ranjang sang Papa. kedua orang perawat mengikuti dengan wajah panik.     “Maaf, Dok, ibu ini menerobos masuk!” ucap salah s
Read more
Bab 55. Akta Pra Nikah Dibatalkan
Bab 55. Akta Pra Nikah Dibatalkan     “Kami ke kantor Notaris yang di jalan S. Parman, Pak Andre,” kata Amelia masih berusaha mengusir Andre secara halus.   “Gak apa-apa, Bu. Saya juga bisa di sana saja!  Saya mau konsultasi tentang proyek  saya yang kena tipu bulan lalu itu. Siapa tahu masih bisa diselamatkan.”   “Oh, baiklah, kita berangkat kalau begitu!”     Darfan jelas tidak suka Andre menempel terus di dekat istrinya.  Tetapi dia tak punya alasan untuk mengusirnya.     “Kamu setuju, kan, Mas, kalau surat perjanjian pra nikah ini kita batalin?”  tanya  Amelia dalam perjalanan menuju kantor Notaris.     Andre yang  tengah  menyetir mobil, melirik keduanya sekilas melalui kaca spion tengah mobil.     “Aku ikut maunya&nbs
Read more
Bab 56. Pengakuan Dr. Vito
Bab 56. Pengakuan Dr. Vito     “Sebesar apapun pengorbanan yang ditunjukkan oleh seorang pria, tujuannya hanya untuk menoreh luka.  Jika mencintai seorang pria hanya akan menoreh luka, buat apa mengulang kesalahan yang sama? Bukankah lebih baik mencari bahagia dengan cara  menyendiri saja? Membekukan hati dan mematikan rasa” *   “Kita sudah sampai, Bu Amel!” ucap Andre saat mobil Amelia yang dia kemudikan berhenti di areal parkir khusus roda empat.   “Oh, iya.” Amelia tersentak dari lamunannya.   “Maaf, saya mengejutkan Ibu?” Andre merasa bersalah.   “Tidak. Maaf, saya sempat melamun.”   Gadis itu lalu melangkah turun, lalu tanpa menunggu Andre, dia berjalan terburu menuju ruang ICU. Bik Jum, Ayu dan Dadang masih dnegan begitu setia menunggu di sana. Ketiganya
Read more
Bab 57. Pertengkaran Dr. Vito dengan Istri
Bab 57. Pertengkaran Dr. Vito dengan Istri     “Asal kamu tahu, aku sangat tidak tenang menjalani hari-hariku. Rasa bersalah senantiasa mengejarku. Apalagi setelah kehancuran pernikahanku. Tak ada kaitannya denganmu, tapi hati kecilku mengatakan itu karena karma buatku. Karma karena pernah menyakiti dan menghancurkan perasaan kamu.     Jadi, sangat pantas jika aku berjuang untuk memperbaiki semua itu. Tolong beri aku kesempatan untuk menjahit luka hatimu! Izinkan aku menata kembali hancurnya  perasaanmu, harga dirimu, perasanmu, tolong beri aku kesempatan!”     Dr. Vito masih berusaha meyakinkan Amelia.     “Maaf, saya bingung dengan semua kalimat Anda!  Saya bukan Amel yang Anda maksud! Saya tidak  mengenal Anda! Sepertinya Anda salah orang!” sanggah Amelia dingin.     “Begitu? Baikl
Read more
Bab 58. Balasan Buat Mantan Kakak Madu
Bab 58. Balasan Buat Mantan Kakak Madu “Cepat, dong! Temui si Kribo! Mas udah janji akan rujuk dengan aku, kan! Karena itu aku mau nyuri surat itu dari kamar Papa. Papa marah besar, Mas. Sekarang Papa sekarat, pasti karena itu. Aku yakin. Mas Dar harus ikut bertanggung jawab, dong, Mas!” tuntut Yati kepada Darfan. “Aku udah bicara tadi sama Amel. Dia malah yang nelpon ambulan biar jemput Papa kamu. Tapi untuk membiayai pengobatan papa kamu, dia menolak. Aku harus bagaimana?” “Coba lagi, dong, Mas! Kalau enggak gimana, ini!” Kedua bola mata Yati meredup, perlahan air matanya mulai meleleh. “Aku gak punya siapa-siapa selain Papa, Mas! Mbak Santi juga pasti gak bisa bantu. Untuk makan aja mereka susah, konon lagi buat bayar rumah sakit.” “Kartu BPJ * atau asuransi apa kek, gitu, apakah papamu gak punya, Sayang? Coba kamu bongkar-bongkar lemarinya! Siapa tau ada nyimpan!” “Gak ada, Mas! Dulu punya kayak kita juga. Lama nunggak, gak dibayar-bayar bulanannya. Udah tahunan, Mas! Mi
Read more
Bab 59. Video Kiriman Dinda di Ponsel Amelia
Bab 59. Video Kiriman Dinda di Ponsel Amelia Untuk pertama kalinya, hati yang telah lama membeku itu berdesir lagi. Desir hangat yang mampu mencairkan kebekuan. Terbitkan asa baru di dalam kalbu. Untuk menjalani hari selanjutnya, menggapai masa depan yang pasti masih ada tersisa bahagia untuknya. Andre menggantung harapan itu untuk Amelia. Terdengar sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselnya. Pesan di aplikasi hijau miliknya. Andre ragu untuk menyentuh layar ponselnya. Beberapa detik berlalu, notif pesan masuk terdengar lagi. Kali ini, dia menguatkan hati. Sebuah chat dan kiriman video dari Dinda. [Aku hanya mengingatkan, Mas! Video ini mau aku kirim ke nomor Amelia. Beberapa menit lagi, sampai chat dari kamu masuk ke ponselku! Silahkan tonton dulu videonya, ya! Sebelum mata teduh Amelia juga menyaksikannya!] Andre meremas benda pipih di tangannya. [Beri aku waktu berpikir!] balasnya kemudian. [Ok, kutunggu hingga pukul sepuluh malam. Ini nego terakhir, tak ada nego lagi s
Read more
Bab 60. Pertengkaran Darfan Dan Andre
Bab 60. Pertengkaran Darfan Dan Andre “Dr. Ferouk ada, kan, Sus! Tolong ditelpon, bilang pasien sudah sadar!” perintah Dr. Vito kepada perawat. “Baik, Dok!” Lima menit kemudian Dr. Ferouk datang. Dengan sigap dia memeriksa dan memastikan kondisi pasien. Dia kemudian memberikan petunjuk kepada Perawat yang mendampingi. “Gimana Papa saya, Dok?” lirih Amelia kemudian. “Pak Anwar sudah lepas dari komanya. Tetapi, serangan masih bisa saja datang tiba-tiba. Bagaimana kalau kita lakukan operasi pemasangan ring itu malam ini juga, Sayang? Kamu setuju, kan?” jawab Dr. Ferouk. Pria yang telah mendekati masa pensiun itu sudah terbiasa memanggil Amelia dengan sebutan Sayang. Gadis itu sudah seperti putri kandung baginya. Meskipun Amelia tetap memanggilnya dengan formil. Padahal telah berulang kali Dr. Ferouk memintanya agar memanggil dengan sebutan Om saja. “Begitukah yang terbaik menurut Dokter?” tanya Amelia pasrah. “Iya, Sayang. Sebab setelah sadar begini, Om khawatir beliau malah
Read more
PREV
1
...
45678
...
20
DMCA.com Protection Status