Nafkah Batin Basi

Nafkah Batin Basi

Oleh:  Helminawati Pandia  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
13 Peringkat
200Bab
94.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Amelia tak pernah diberi nafkah batin oleh suaminya. Penampilan Amelia yang buruk rupa membuat Darfan tak selera. Tujuan Darfan menikahinya hanya untuk harta. Gadis itu adalah pewaris tunggal peternakan milik pengusaha ternak nomor satu di kota Medan. Namun, wanita tak cantik rupa, tapi kaya harta ini bukan perempuan yang bisa diploroti dan dibodohi begitu saja. Dengan harta, Amelia merubah penampilannya. Dia berubah menjadi wanita jelita. Dia bahkan bersiap menghancurkan para parasit yang selama ini menghisap darahnya. Saat itu terjadi, nafkah batin yang ditawarkan sang suami sudah basi baginya. Bagaimana pembalasan Amelia terhadap keluarga suaminya yang licik? Bagaimana Amelia menjalani pernikahan yang penuh sandiwara? Bagaimana cara Amelia menghadapi keluarga suami yang parasit? Bagaimana kisah asmara Amelia hingga menemukan cinta sejatinya? Ikuti kisah ini di bab-bab selanjutnya. Terima kasih.

Lihat lebih banyak
Nafkah Batin Basi Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Devi Devi
pusing.. kbnykn peran.btw tqu ceritanya. sukses sll............
2022-09-20 22:12:07
0
user avatar
Silvia Roza
ceritanya bikin gregetan bacanya. kepengen di pites pites in itu keluarga benalu nya.
2022-07-28 10:03:06
0
user avatar
Elang
bagus ceritanya. arti sebuah perbedaan
2022-07-22 21:58:39
1
user avatar
Yenika Koesrini
keren pake banget
2022-05-18 05:27:27
2
user avatar
Helminawati Pandia
Mohon dukungan dan sumbangan gemnya, ya, Kak. Terima kasih banyak semua ............
2022-05-17 22:48:21
2
user avatar
Va_DeQ
Bagus Ka Ceritanya, yok ditunggu Next updatenya ka (。’▽’。)♡
2022-04-20 20:01:20
2
user avatar
Hervina Nataya
keyeenn, semangat...
2022-04-15 20:15:23
1
user avatar
Aulia Hazuki
semangat kaaaak
2022-04-15 15:59:21
1
user avatar
Nila Zulkifli
Wah keren... lanjut, thoorrr
2022-04-15 15:20:43
1
user avatar
Siti Auliya
keren KK, lanjut
2022-04-14 21:18:42
1
user avatar
Si Mendhut
waduh gila, kaya kisah nyata aja ... lanjut baca.
2022-04-14 17:23:18
2
user avatar
Skyy
Mantapujiwaaaa, semangat terus buat berkarya, Kak! Memang, the best cerita2nya.
2022-04-14 14:48:22
1
user avatar
Helminawati Pandia
Salam sejuk, pembaca GoodNovel semua. mohon dukungannya cerbung baru saya ya. Mohon ulasannya, rate bintang lima dan juga sumbangan gemnya. Terima kasih banyak.
2022-04-06 18:06:18
3
200 Bab
Bab 1. Benda Tajam di Malam Pertamaku
Bab 1. Benda  Tajam Di Malam Pertamaku   =======   “Maaf, Mbak, pisau ini buat apa?”    Aku membelalak kaget  saat  Yati, asisten rumah tangga masuk ke dalam kamar  pengantin kami.  Sebuah nampan berisi  dua gelas minuman hangat  beserta sebuah pisau tajam dia letakkan di atas nakas.   “Buat  kalian, bukankah kalian akan  belah duren malam ini?” jawabnya dingin, lalu pergi  setelah melirik Mas Dar  dengan  tajam.   Aneh!  Kenapa  wanita itu terlihat  tidak senang dengan pernikahan kami?   Orang-orang memang  sering menyebut malam pertama dengan istilah  ‘BELAH DUREN’. Tetapi tentu saja tak perlu pakai benda tajam, bukan?    “Udah, gak usah dipikirin si Yati!”  Mas Dar mengunci pintu kamar lalu berjalan mendekatiku.  
Baca selengkapnya
Bab 2. Suara Desahan di Kamar Sebelah
Bab 2. Suara  Desahan  di  Kamar  Sebelah   =======   “Darfan! Gak boleh, gitu!” teriak ibu mertuaku.   “Maaf, Ma!  Besok aja, mudah-mudahan  besok aku  bisa selera  sama dia!”  sahut Mas Dar datar.   “Jangan sampai dia curiga, Dar! Bisa gagal semua rencana kita!”   Mbak Dina ikut berkomentar.   “Enggak akan, aku udah kasih alasan yang masuk akal. Tenang, saja.  Dia itu putri malu yang gak pernah mengenal laki-laki. Ketemu pemuda gagah  seperti adikmu ini, langsung  dia bucin tingkat dewa, hehehehe …. Dia akan takluk, tenang saja!  Aku pergi, ya!”    “Eh, kamu bawa mobil dia juga?” Itu suara Mbak Dinda. Kakak iparku yang nomor dua.   “Iya, dong!  Mulai sekarang, kita punya mobil. Kalau mau ngerasai naik mobil mewah, besok aja, ya! Aku per
Baca selengkapnya
Bab 3. Mas Dar Tidur di Kamar Pembantu?
Bab 3. Suamiku Tidur di Kamar Pembantu ====== Aku pasti salah dengar. Itu bukan suara Mas Dar. Dia belum pulang. Tak mungkin dia ada di kamar sebelah. Lalu ke mana dia?  Kenapa dia tega meninggalkanku  di malam pertama pernikahan kami?   Kalau urusan bisnis, tak mungkin hingga selarut ini, bukan?  Kupaksa lagi pejamkan  mata  ini. Semoga aku bisa tertidur kembali. Tetapi, usahaku gagal.  Suara orang berbisik-bisik  kembali  terdengar samar. Malam selarut ini, masih ada penghuni rumah yang terjaga. Siapa?  Apa yang mereka perbincangkan?  Kodisi dinding rumah yang terbuat dari kayu memungkinkan suara-suara  terdengar  melalui celah papan. Meskipun terdengar agak samar.  Sayangnya, aku tak bisa mengenali dengan pasti  siapa pemilik suara itu. “Ssst!  Jangan berisik, ya,  Sayang! Tahan
Baca selengkapnya
Bab 4. Suamiku Membujuk Pindah Ke Rumahku
Bab 4.  Suamiku Membujuk Pindah Ke Rumahku ======== “Gak mungkinlah! Yati itu hanya  pembantu! Ngapain Darfan masuk ke kamarnya! Kamu ada-ada aja, ah! Ayo kita kembali masuk kamar!” Mama mertua kembali mencengkram pergelangan tanganku, lalu menyeretku dengan kasar kembali menuju kamar.  “Buktinya, kunci mobilku ada  di kamar Mbak Yati, Ma!” sergahku berusaha meloloskan kembali  pergelangan tanganku.  “Itu bukan kunci mobil kamu!  Kamu pasti salah lihat. Palingan juga  mainan anak si Yati.”  “Aku pastiin aja, Ma! Mama duluan, aja, masuk kamar!”  Gegas aku berjalan ke depan.  Tak kuhiraukan larangan wanita paruh baya itu. Tak perlu membuka pintu untuk melihat  ke arah halaman.  Dinding  rumah yang
Baca selengkapnya
Bab 5. Kejutan di Pagi hari
Bab 5. Kejutan Di Pagi Hari  “Maaf, saya ganggu pagi-pagi, Buk!” ucapnya berjalan masuk dan berdiri  tak jauh di depanku.   Aroma sampho menguar dari rambut basahnya.  Sepertinya dia sudah mandi, keramas lagi.   Kenapa dia keramas, coba?  Bukankah dia seorang janda? Bukankah aku yang harusnya keramas pagi ini? Entah kenapa pikiranku ngelantur ke mana-mana?  “Ada apa, Mbak?  Gimana keadaan Mbak Yati?  Bercak-bercak merah di dada dan leher  Mbak udah ada  kurangnya?  Kalau belum, mau kita berobat sekarang?” cecarku meneliti lehernya  yang tertutup rambut basahnya.  “Udah, kok, Buk. Saya gak sakit. Mereh-merah itu karena tadi malam gatal-gatal mungkin di gigit kutu kasur, jadi saya  garuk. Makanya gak pake baju saya tadi malam, gatal semua. M
Baca selengkapnya
Bab 6. Terbongkar  (Mereka Zina Atau Bukan?)
Bab 6. Terbongkar  (Mereka Zina Atau Bukan?)  “Mas, udah, dong!  Aku udah keramas, lho! Masa iya, aku di suruh mandi lagi!”  “Ayolah!  Tadi malam tanggung!  Pas lagi enak-enaknya, si kribo bikin ulah! Gak apa-apalah, kamu mandi lagi, Sayang, ya! Pening,  nih!”  “Ya, udah, jangan lama-lama!  Cepatan!”  “Iya, Sayang, makasih, ya!”  Kutajamkan pendengaran, beringsut  pelan ke  arah  dinding kamar.  Sela-sela  berlubang antara  papan lapuk dinding ini, sepertinya bisa kujadikan sarana untuk mencari tahu situasi di  kamar  sebelah.  Mohon ampun pada  Tuhan, maaf, ya Allah, bukan aku  mau tahu urusan orang. Kali ini saja, izinkan aku mengintip.  Sebab  aku curiga,
Baca selengkapnya
Bab 7. Kujadikan  Maduku Sebagai  Babu
Bab 7. Kujadikan  Maduku Sebagai  Babu ======= “Pagi Papa!  Papa sehat?”  sapaku melalui ponsel. Kutelepon Papa pagi ini.  Pembalasanku kepada suami durjanaku harus segera dimulai. Sengaja aku  menelepon Papa  di  hadapan  seluruh keluarga  Mas Dar.  Kuaktifkan pengeras  suara ponsel, agar  mereka  bisa mendengar.  “Sehat, Sayang!  Gimana   keadaan  kamu di situ?  Kamu senang, kan?  Keluarga suami kamu  memperlakukan kamu dengan baik, kan?” tanya Papa.   “Senang, Pa.  Amel  bahagia banget  di  sini.  Tapi, anu ….”  Sengaja kujeda  ucapanku. Itu membuat  perhatian  mereka sontak tertuju padaku.  Sorot gelisah terpancar dari wajah-w
Baca selengkapnya
Bab 8. Papa Amelia Mulai Mengontrol
Bab 8. Papa Amelia Mulai Mengontrol “Sayang,  kita baru aja pindahan.  Kok, si Yati langsung disuruh kerja berat, gitu?  Mana anak-anaknya masih kecil-kecil lagi!  Kan, repot, Sayang!  Kalau di rumah Mama, Mama bisa jagain  anak-anaknya.  Kalau di sini, gimana?  Kasihan, lho!” protes Mas  Dar tampak sangat tidak suka.  “Lah, bukannya Mbak Yati itu  pembantu kita?   Tugasnya bersih-bersih, dong!  Lagian, dia aku izinin, kok, kerja sambil momong anak!” sergahku.  “Ayo, dong,  Mas!  Antarin aku!”  perintahku  tak peduli akan ketidak senangannya.  “Sebenarnya kita mau ke mana?  Masih capek, kan, Sayang?  Kalau mau ngontrol peternakan, besok aja, ya!  Uang penjualan gak mungkin diselewengkan oleh  kasir kamu, kan?” 
Baca selengkapnya
Bab 9. Papa Amelia Terkapar
Bab 9. Papa  Amelia Terkapar  “Kenapa, Pak?” tanyaku tak kalah  kalah kaget.  Pak Anwar  menunjukku  dengan tangan gemetar.  Kenapa dia? Kertas yang bertuliskan Kartu Keluarga  ada  di tangannya. Kertas  yang ditunjukkan oleh Bagas  putra sulungku. Kartu Keluarga?  Astaga! Jadi, kertas yang disodorkan bagas tadi adalah kartu keluarga kami?   “Ja – di, Dar – fan,  su -  a – mi, ka – mu?  Ka … li … an, pe … ni … pu!” ucap Anwar  terbata-bata.  Lelaki  paruh baya itu jatuh tiba-tiba terkapar.  “Pak!  Pak Anwar!”  Spontan  aku menghampirinya.  “Bapak kenapa, Pak?” tanyaku seraya mengguncang-guncang tubuhnya. Tapi pria itu tetap diam, t
Baca selengkapnya
Bab 10. Keluarga Parasit Mulai Mendekat
Bab 10.  Keluarga Parasit  Mulai Mendekat     “Sabar, ya, Sayang!”  Darfan yang sudah datang,  duduk di sisinya. “ Tenang, ya!” hiburnya lagi seraya   mengelus bahu  Amelia.  Kali  ini tak  ada  lagi kalimat meninggal dari mulutnya. Khawatir karena  Amel telah  mengancamnya.     Amelia segera menepis kasar elusan tangan pria licik itu.     Hampir dua jam mereka menunggu, Dr Frans  akhirnya keluar dari ruangan. Amel segera memburunya.     “Gimana Papa, Dok? Papa gak meninggal, kan, Dok?”  tanya Amelia  masih diiringi isak ketakutan.  Darfan ikut berdebar. Pria itu berusaha melongokkan kepala ke dalam ruangan  untuk mengintip situasi  di dalam. Dia  tak sabar  mengetahui  kondisi papa mertua yang   diharapkannya 
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status