Lahat ng Kabanata ng Sang Mantan Pelacur: Kabanata 21 - Kabanata 30
31 Kabanata
21. Usaha Baru
Happy Reading*****Tanpa hambatan, Herman mengijinkan Adilla dan Danang pulang kampung. Lelaki itu juga memberikan sejumlah uang pada keduanya, anggaplah itu uang pesangon dari Eric. Teman seprofesi Adilla pun melakukan hal sama. Mereka memutuskan kembali ke kampung halaman masing-masing.Sebagai bentuk tanggung jawab,  Herman memesankan bus kejurusan kota masing-masing. Khusus untuk Adilla dan Danang, dia memesankan taksi online karena rumah mereka cukup dekat dari pulau. Malam ini, setelah Isya mereka keluar dari rumah itu.Di perjalanan, Adilla banyak menceritakan kisah memilukan hidupnya semasa menikah dengan Rustam dulu. Dari mulai perselingkuhan, nafkah yang tak pernah dicukupi hingga lelaki itu tega menjual dirinya ke l
Magbasa pa
22. Ujian Belum Berakhir
Happy Reading*****Minggu demi Minggu Adilla makin mantap dengan usaha barunya yang mulai berjalan, meskipun pengelolaan sepenuhnya di serahkan pada sang sahabat. Omongan negatif tetangga masih berseliweran. Namun, dia sudah tak ambil pusing. Terpenting penghasilannya kini halal dan lebih menenangkan.Hari ini rencana dia akan pergi dengan Danang ke desa sebelah. Namun, masalah timbul saat Dewi datang ke toko mereka. Wajah memerah dengan panggilan sedikit keras pada sahabat suaminya."Ada apa, Mbak? Kenapa teriak-teriak?" tanya Adilla."Kamu niat ngerebut suamiku apa gimana? Ke mana-mana minta anter sok kecantikan banget. Gatel banget, ya, nggak bisa bersetubuh sama pria seperti dul
Magbasa pa
23. Kabar Duka dan Bahagia
Happy Reading*****Bau menyengat dari minyak kayu putih menusuk indera penciuman Adilla. Bola matanya mulai bergerak-gerak menyesuaikan cahaya. Ketika terbuka dengan sempurna, dia melihat Sumaiyah menangis bersama Nitami."Mbak udah sadar?" kata Rian yang diangguki oleh si sulung.Ibunya menyeka air mata. Susah payah orang tua itu menghentikan isakan. Menatap pada si sulung penuh kesedihan. Terbayang pengorbanan putrinya demi mencukupi kebutuhan keluarga setelah kepergian sang suami."Ndak perlu mikir omongan wong-wong kui. Kita keluargamu yang tahu piye pekerjaan sesungguhnya," kata Sumaiyah.
Magbasa pa
24. Kehidupan Baru
Happy Reading*****Waktu yang diberikan Herman, benar-benar dimanfaatkan oleh Adilla untuk mengurus segala keperluan perpindahan mereka. Dari surat pindah sekolah adik-adiknya hingga pelimpahan kuasa pada Danang atas usaha milik bersama. Adilla sepenuhnya menyerahkan pada sang sahabat, masalah modal yang sudah digelontorkan untuk membuka usaha. Perempuan itu sudah tak ambil pusing. Adilla yakin teman masa kecilnya tidak akan berbuat curang tentang pembagian laba yang didapat.Tentang istri Danang, Dewi. Dia sudah mengakui semua kesalahannya. Menceritakan apa yang menjadi kecurigaan sang suami saat itu kepada para tetangga. Saat suaminya mengatakan semua kebenaran dan kebaikan Adilla, hatinya luluh. Danang mengajak dirinya berpikir seandainya Dewi yang ada di posisi sahabatnya. Apa yang akan dilakukan. Oleh karena itu, perempuan dua anak yang sudah lama membina keluarga bersama, meminta maaf pada Adilla.Adilla pun dengan hati terbuka memaafkan kesalahan Dewi. Bukan musuh yang dicari
Magbasa pa
25. Mundur Alon-alon
Happy Reading*****Melalui bimbingan Herman, Adilla tekun mempelajari segala hal yang berkaitan dengan usaha perhiasan. Terkadang, iseng dia membuat desain perhiasan untuk dipakai sendiri. Perempuan itu juga memposting hasil desainnya melalui apalikasi sosial media yang dimiliki oleh sang Adik dengan model dirinya sendiri.Hari ini, pembukaan bazar yang direncanakan Angga di mulai. Berbekal ilmu yang diberikan oleh Herman dan juga partner kerjanya, Adilla memberanikan diri terjun langsung ke tempat bazar. Parasnya yang memang terbilang cantik sangat mendukung jika dijadikan ambasador produknya sendiri.Penampilan perempuan itu makin terlihat elegan dengan busana dan perhiasan yang dikenakan. Gaun terusan berbentuk A line dengan potongan leher bentuk V, tetapi tak terlalu pendek dengan kalung yang dipakai sungguh sedap di pandang. Secara nyata, Angga mengaggumi segala yang melekat dalam diri perempuan itu."Ngeliatin apa, sih?" Adilla melirik sinis Angga yang sedari tadi terlihat aneh
Magbasa pa
26. Hijrah
Happy Reading*****Terkadang seseorang itu harus dipukul mundur oleh keadaan untuk bisa kembali pada Sang Pencipta. Adilla menangis di rumah Hendra setelah pulang dari tempat pesta yang memperok-porandakan harga diri. Lelaki yang sudah menganggapnya sebagai anak itu dengan sabar mendengarkan keluh kesahnya."Lalu, apa rencana masa depanmu?" tanya Herman saat tangis Adilla mulai mereda."Bawa aku pergi jauh yang nggak ada seorang pun mengenal," ucap Adilla sesenggukan."Oke. Bilang keluargamu. Aku akan bawa kamu ke tempat di mana nggak akan ada orang jahat atau lelaki yang akan mengenalmu. Apa kamu sanggup?"Adilla mengangguk setuju. Tanpa berpikir panjang lagi, dia langsung menghubungi keluarga dan menceritakan semua kejadian yang dialami. Meminta pengertian mereka agar memahami posisinya saat ini. Beruntung, Ibu dan adik-adiknya mengerti walau dia sendiri belum tahu ke mana Herman membawanya.Pagi buta, Herman mengajak Adilla ke tempat baru. Agak jauh dari rumah yang ditinggalinya,
Magbasa pa
27. Lamaran
Happy Reading*****Sekali lagi Ustazah Almira menajamkan pendengaran. "Njenengan beneran mau jadiin Erum mantu, Bu?""Insya Allah, Ust. Cucu saya itu jarang sekali tertawa atau dekat dengan orang yang baru dikenal, tapi saya lihat tadi Erum dekat dengannya. Safika itu sudah ditinggal ibunya sejak dia lahir dan anak saya belum mau berumah tangga lagi. Katanya sih nunggu perempuan yang cocok." Muawiyah tertawa.Almira terdiam, memajamkan mata sebentar. Ragu menyelimuti hatinya, apakah akan menceritakan masa lalu Adilla atau tetap bungkam dan membiarkan Muawiyah menikahkan dengan sang putra."Erum memang perempuan telaten dan penyayang selain parasnya yang cantik, tapi saya mau menyampaikan sesuatu berkaitan dengan masa lalunya. Sebenarnya saya mau menyembunyikan ini karena dia sudah berubah dan bertaubat." Lagi-lagi Almira mengembuskan napas panjang."Maksudnya kenapa, Ust?" Muawiyah menyipitkan mata. Di halaman masjid terlihat kedekatan antara cucunya dengan Adilla."Bukan maksud saya
Magbasa pa
28. Duhai Hati
Happy Reading*****Lebih dari dua minggu Angga belum memberi jawaban pada sang Bunda. Sementara hubungan Muawiyah dengan calon yang dipilih makin dekat saja. Sejak perempuan itu pulang ke rumahnya seminggu lalu, Safika sering minta di antar main ke sana.Cucu perempuannya itu sudah mengenal seluruh keluarga calon istri Angga. Hari ini Muawiyah mengajak sang putra untuk bertemu dengan calonnya. Sejak pagi, papinya Safika sudah diwanti-wanti pulang lebih awal dari jadwal kerja biasanya.Patuh, lelaki dengan kemeja hitam dan celana biru dongker itu menuruti permintaan bundanya. Angga memang tidak berniat ke kantor hari ini, dia akan menemui Anwar sekali lagi. Memastikan bahwa Adilla tidak sedang di kota ini dan memastikan peresaannya.Tegap langkah kakinya memasuki toko yang semakin hari semakin banyak pengunjung datang. Kaca mata hitam dengan tangan kanan masuk ke kantong, penampilan Angga mampu membuat para pembeli perempuan di toko itu melirik. Bisik-bisik pun terjadi, tetapi lelaki
Magbasa pa
29. Cinta Itu
Happy Reading*****Waktu terus berlalu terhitung seminggu sudah terlewati, Muawiyah mulai sibuk mempersiapkan acara pertunangan. Bagaimanapun juga, pertunangan putranya harus dirayakan dengan meriah walau bukan yang pertama. Hari ini, dia ada janji ketemuan dengan sang calon menantu di butik untuk mengambil gamis yang akan dipakai pada acara tersebut."Bunda aja yang masuk, aku tunggu di sini," kata Angga. Mereka sudah ada diparkiran butik, tetapi lagi-lagi lelaki itu ragu untuk menemui calon yang dipilih bundanya walau dia sendiri yang memutuskan menerima."Ya, udah kalau gitu," tanya Muawiyah, "Sayang kamu ikut Uthi turun nggak?" Bertanya pada Safika."Enggak, Thi. Aku di sini aja sama Papi." Bocah kecil itu memainkan boneka setelah uthinya keluar.Beberapa puluh menit menunggu ternyata membuat Angga jenuh. "Sayang, gimana kalau kita ke Uthi?"Safika menggerak-gerakkan bola mata. "Ayo!" ucapnya kemudian.Mereka berdua turun dan masuk ke butik. Suara Safika memanggil-manggil uthinya
Magbasa pa
30. Dua Hati Menyatu (1)
Angga meminta Muawiyah memajukan tanggal pernikahannya. Tak sabar rasanya ingin bersanding dengan sang pujaan. Semakin hari, lelaki itu dibuat gemas dengan sikap Adilla yang malu-malu tiap kali mereka bertemu. Terkadang, lelaki itu diabaikan dan lebih asyik bermain dengan Safika atau berbincang bersama sang bunda.Seperti saat ini, ketika Angga bertamu ke rumah membahas pernikahan. Si calon malah sibuk dengan menyiapkan minuman. Setelah itu Adilla malah tak menemaninya berbincang. Perempuan itu masuk dengan membawa Safika bersamanya."Sabar, Ngga. Tinggal seminggu lagi. Masak udah nggak tahan?" goda Muawiyah.Angga menarik garis bibirnya. Semakin lama, peresaannya pada Adilla semakin besar. Dia sungguh merasa bahagia ketika dipertemukan kembali dalam keadaan yang lebih baik seperti keinginannya dulu. Mendengar tawa Safika dan calon istrinya, lelaki itu berpamitan untuk menghampiri mereka."Sayang, dipanggil Uthi," kata Angga pada putrinya."Kenapa, Pi?""Nggak tahu." Sambil mengangka
Magbasa pa
PREV
1234
DMCA.com Protection Status