Semua Bab Menjadi Istri Mantan Bos: Bab 11 - Bab 20
25 Bab
Bab 11. Rencana Membeli Ruko
Setelah Ayu menutup warung ia bergegas pulang. Rencananya ia akan bertemu pemilik ruko di ibukota. Ruko yang ditawarkan lumayan murah karena pemilik sangat butuh uang saat ini juga. Mudah-mudahan pemilik ruko tidak berubah pikiran. Lokasi ruko sangat dekat dengan gedung perkantoran dan cocok untuk membuka cafe.Secepat kilat Ayu mandi dan berpakaian, ia tidak boleh terlambat bertemu dengan pemilik ruko. Ditakutkan akan ada yang terlebih dahulu untuk membeli. Siapa cepat dia dapat. Ia akan bertemu sekitar jam 1 siang, selepas makan siang. Jika tidak terjadi kemacetan dipastikan Ayu akan sampai setengah jam lebih awal dari waktu yang dijanjikan.Ayu menunggu di salah satu warung depan ruko, mereka janji bertemu di tempat itu. Sambil menunggu ia memesan es teh manis dingin dan membuka ponselnya. Berselancar di dunia maya guna mengusir kebosanan. Selama ini dia jarang membuka media sosialnya dan ternyata teman-teman SMA nya dulu sudah banyak yang menikah."Sudah lama menunggu Bu Ayu?"Sap
Baca selengkapnya
Bab 12. Hal yang sama
"Apa? Ada yang membeli ruko bapak dengan harga yang lebih tinggi?"Netra Ayu membola mendengar suara di seberang, selalu begini setiap dia akan membeli ruko. Ini sudah yang ketiga kali, ia terduduk lesu di kursi teras kost Roma. Meski pemilik akan mentransfer uang Ayu kembali dan tentunya dengan dua kali lipat dari harga awal. Tetap saja membuat Ayu tidak suka dan mencurigai orang lain, tapi siapa?Entah siapa yang melakukan hal itu, tentunya ada orang lain yang tidak suka dengan Ayu. Selama ini Ayu merasa tidak memiliki musuh, lima tahun tinggal di desa ia selalu ramah dan tak pernah membenci orang lain. Ia juga tak pernah berbuat jahat, hidupnya selau lurus-lurus saja.Jika ruko yang pertama dan kedua gagal ia miliki, ia tidak ambil pusing dan tidak mempermasalahkan karena lokasi tidak strategis dan banyak yang perlu di renovasi. Untuk yang ketiga ia tidak terima, ia sudah membayar meski sebagian. Ruko itu juga sangat ia suka karena lokasinya berdekatan langsung dengan gedung perka
Baca selengkapnya
Bab 13. Dukungan Ayah
"Kau kembali, Son!"Bayu merangkul putra sulungnya kemudian melangkah bersama ke ruang keluarga. Duduk secara berhadapan, netra tuanya berpendar. Bahagia akan kehadiran putranya di rumah utama.Selama lima tahun terakhir, putra sulungnya hanya tinggal di apartemen tanpa sekalipun pernah pulang ke rumah. Meski mereka sering bertemu di ruangannya, anaknya lebih banyak menutup diri dan hanya bekerja dibalik layar. Itu sebabnya ia sangat bahagia ketika putranya kembali, ia seperti menemukan anaknya yang hilang."Ayah senang kamu mau kembali ke rumah kita," ucap Bayu menatap lekat pada wajah putra sulungnya."Aku telah memikirkah semuanya, tidak ada gunanya aku mengurung diri. Malah semakin membuatku terpuruk dan jatuh ke jurang yang dalam. Beruntung aku masih mempunyai kalian yang mau menopangku saat aku sudah jatuh terlalu dalam.""Bagus, itu baru namanya putra ayah!" Seorang pelayan masuk dan membawa teh dan kue kering. Setelah meletakkan di atas meja, pelayan itu pun permisi."Terima
Baca selengkapnya
Bab 14. Kepulangan Ibunda
Seharusnya Rendra yang menjemput ibunda dan adiknya ke bandara karena banyaknya pekerjaan yang harus ia selesaikan, akhirnya ia meminta supir pribadinya untuk menjemput. Dito menyerahkan semua dokumen pada Rendra untuk diperiksa. Yang biasanya ia hanya perlu menandatangani saja karena semua sudah pasti beres dibuat sang asisten.Namun, kali ini sang asisten seakan sengaja membuat ia sibuk. Padahal pria itu tahu bahwa akan menjemput ibunda dan adiknya yang baru kembali dari Jerman. Lagi-lagi sang asisten tak peduli, toh ada supir yang bisa menjemput. Seandainya pun, ia yang menjemput toh supir juga yang akan menyetir."Ada lagi yang perlu diperiksa?" tanya Rendra pada Dito dengan nada datar."Tidak ada, itu yang terakhir," jawab Dito santai seakan tak merasa bersalah telah membuat sang bos bekerja seharian penuh.Mereka hanya istirahat saat makan siang saja. Pagi ada rapat dengan para investor, setelah itu ada meeting dengan klien dari Jepang dan sorenya harus memeriksa dokumen yang ha
Baca selengkapnya
Bab 15. Terjatuh
Ayu memutuskan untuk ke kebun kopinya setelah ia selesai merapikan warung makan. Sudah dua minggu ia tak pernah ke kebun. Mengingat bagaimana sibuknya ia harus pulang-pergi ke Jakarta hanya untuk bertemu pemilik ruko, yang pada akhirnya secara sepihak membatalkan pembeliannya. Betul saja, sesampainya di kebun, kopi sudah banyak berjatuhan dan sebagian sudah dimakan luwak. Tanpa menunggu lama ia langsung memetik kopi karena dari rumah ia sudah berpakaian dinas yaitu baju lengan panjang dan celana training, juga memakai kerudung. Tak lupa ia memakai caping sebagai penutup kepala guna menghindari sinar matahari yang langsung menerpa wajah yang telah ia olesi bedak dingin. Lebatnya buah kopi membuat ia bersemangat untuk memetik, tak terasa ember cat 25kg itu telah terisi penuh. Ia berencana memindahkan kopi kedalam goni, saat ia telah memindahkan setengah isi ember ke goni, ia terkejut mendengar suara mengaduh. "Aduh!" "Kamu tidak apa-apa?" Ayu bergegas menghampiri anak kecil yang ter
Baca selengkapnya
Bab 16. Ajakan Makan Malam
"Om!" seru Ober dengan girang begitu melihat pemuda berpakaian santai berdiri tegak tidak jauh darinya.Dengan langkah kecilnya Ober berlari menghampiri pemuda tinggi tegap dan pemuda itu dengan sigap menggendong."Kamu tidak apa-apa, Sayang?" tanya Rendra. Ober menggeleng sebagai jawaban.Rendra menurunkan Ober dari gendongan dan memeriksa setiap jengkal tubuhnya."Lututnya lecet, ia terjatuh tadi," ujar Ayu dengan gugup. Ia tahu, pria yang sedang dihadapinya, pria yang membuat dia sampai terlambat masuk kerja."Lutut sebelah kiri," beritahu Ayu. "Saya sudah mengobatinya," lanjut Ayu lagi."Terima kasih," ucap Rendra tulus.Rendra yang pertama kali menemukan Ober, ia sudah pernah ke pondok Ayu sebelumnya. Karena saat mengitari perkebunan, ia iseng ingin melihat Ayu. Karena seharian ia tak melihat dan warung Ayu juga tutup.Ia berkeliling kebun kopi Ayu dan melihat ada sebuah pondok. Ia pun memutuskan untuk duduk di pondok, karena matahari bersinar sangat terik. Wangi pondok Ayu yang
Baca selengkapnya
Bab 17. Keluarga yang Ramah
Ayu disambut hangat oleh keluarga Narendra, ternyata mereka sekeluarga sedang berada di desa X. Ini bukan akhir pekan, tapi kenapa mereka ada di sini? Kok nanya seperti itu? Tanah di desa ini hampir ½ adalah milik PT. Mandiri Sejahtera, jadi wajar mereka bisa ada di sini.Ayu duduk bersebelahan dengan Rendra di hadapan mereka pasangan suami istri Oceania dan Otto. Sedangkan di ujung meja ada Bayu, sebelah kanan istrinya - Deasy, di kiri anak Oceania - Ober. Anak Oceania yang paling kecil sedang di kamarnya, mungkin sudah terlelap.Sepanjang makan malam, Ober banyak berceloteh meski bahasa yang digunakan bercampur. Keluarga ini ternyata berbeda dengan keluarga lainnya. Ayu pernah menonton serial drama korea, dimana pada saat makan bersama, tidak ada yang boleh berbicara selama makan. Hanya dentingan garpu dan sendok beradu yang terdengar."Kamu sudah selesai?"Deasy melihat Ayu sudah membalik sendok dan membuat posisi sendok dan garpu menyilang. Pertanda Ayu telah selesai makan."Apa k
Baca selengkapnya
Bab 18. Ciuman
Bab 18 Sejauh mata memandang hanya rumput ilalang yang terlihat dengan bantuan pencahayaan sinar rembulan di langit malam. Hembusan angin malam membuat rumput ilalang bergoyang seolah ada sesuatu diantara rumput yang bergerak seirama. Ayu menggosok kedua telapak tangan berharap hawa panas menjalar ke seluruh tubuh. Kemudian ia menyilangkan tangan di depan dada menghalau hawa dingin yang menusuk tulang. Hembusan angin malam langsung menerpa kulitnya, gaun yang ia kenakan tidak bisa menghalau dinginnya malam. Tanpa ia sadari sepasang tangan mendekap tubuhnya untuk menyampirkan jas mahal di pundak. Tanpa menoleh ia tahu siapa yang telah menyampirkan jas padanya. Aroma parfum mahal menyeruak ke indra penciuman begitu khas dan membuat dirinya sesaat terlena. Tubuhnya yang dingin seketika menghangat. "Kau sering kesini?" tanyanya pada pria yang telah berdiri di sampingnya, kedua tangan masuk ke saku celana bahan yang dikenakan. Ayu dan sepupunya sering ke sini, tapi di siang hari, bukan
Baca selengkapnya
Bab 19. Obrolan Keluarga
"Kau sudah bangun, Nak?"Rendra menghampiri Deasy yang sedang menata makanan di atas meja dibantu oleh asisten rumah tangga yang dikhususkan untuk menjaga dan mengurus villa mereka."Ya, Ma," jawab Rendra sembari menarik kursi dan mendaratkan bokongnya.Niat hati ingin sarapan di warung Ayu ia batalkan, lebih memilih sarapan di rumah. Karena tak ingin membuat sang mama sakit hati yang telah susah payah membuat sarapan untuk mereka. Rendra menerima piring berisi nasi goreng yang di atasnya ada telur mata sapi dari Deasy. Kemudian mencicipi nasi goreng buatan ibunya. "Enak," gumannya dan menyisihkan telur mata sapi tanpa berniat menyentuhnya.Masakan sang ibunda selalu menjadi nomor satu buat Rendra maupun adiknya. Meski memiliki asisten rumah tangga, Deasy selalu menyempatkan diri untuk memasak bagi keluarganya. Sebagai tanda bakti seorang istri untuk suami dan anak-anaknya."Sorry, boy. Ibu lupa kamu tak suka telur mata sapi. Mari untuk Ibu saja."Deasy langsung menyambar telur yang
Baca selengkapnya
Bab 20. Kakak dan Adik
"Apa Kakak perlu bantuan?""Tidak," jawab Rendra dengan cepat.Bantuan yang dimaksud Nia adalah untuk mendekati Ayu. Ia tahu sang kakak sangat kaku dan tak tahu bagaimana cara untuk bersikap romantis. Entah bagaimana Rendra bisa berpacaran dengan Calantha dan menikah meski gagal."Kakak yakin tidak perlu bantuanku?" tanya Nia sekali lagi.Rendra mendengus kasar, memandang keponakan dan adik iparnya yang sedang bermain di halaman belakang villa. Sedangkan mereka duduk bersebelahan di sebuah ayunan sembari minum teh hangat.Rendra mengambil pisang goreng buatan bik Minah, pengurus villa yang sudah bekerja sejak Rendra masih kecil. Memasukkan ke mulut dan menggigit sedikit, rasa manis terasa di lidah dari pisang yang telah digoreng bercampur dengan tepung.Bik Minah memilih bekerja di villa karena umurnya sudah tidak muda lagi, tenaganya juga sudah mulai berkurang. Jika di villa tidak terlalu banyak yang dikerjakan karena villa jarang ditempati. Karena keluarga Narendra semua sedang ada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status