"Hei, ini hanya tali!" Anak lelaki itu sudah berkeringat dingin ketika gadis cilik itu telah membuka tali tambang plastik di pergelangan kaki. Wajahnya pucat pasi seperi mayat, tubuhnya gemetar dan napasnya memburu persis seperti seseorang yang sedang berlari jauh. Gadi kecil telah berhasil membuka ikatan di kedua kakinya. "Ini hanya tali bukan ular! Tali ini tidak akan menggigitmu." Gadis cilik bergaun putih dengan pita di surai panjangnya menunjukkan tali tambang plastik tepat di wajah anak lelaki yang sedang ketakutan. Sontak ia beringsut, keringat sebesar jagung mengalir deras di pipi. Wajahnya semakin pucat. "Jangan takut dan tetap diam. Aku akan membuka ikatan di tanganmu," ucapnya menenangkan anak lelaki. Gadis cilik itu beralih ke balik tubuh anak lelaki dan dengan cekatan membuka ikatan di tangan. Tampaknya ikatan itu tidak terlalu kencang, tetapi membuat bekas di pergelangan tangan terutama pada pergelangan kaki. Mungkin karena anak lelaki itu menggerakkan kaki agar bisa terlepas dari ikatan, tapi usahanya justru mengeratkan tali dan membuat bekas di pergelangan kaki. "Siapa namamu?" "Panggil aku Tari." "Tari maukah kau jadi pengantinku?" Ikuti kisah selanjutnya hanya di good novel. Sekecil apapun dukungan yang kamu berikan sangat berarti untuk Author. Salam hangat.
View MoreBab 1 : Gagal menikah (lagi)
“Calantha menghilang.”
Teriakan seseorang dari koridor hotel sontak menarik perhatian orang-orang yang berada di ballroom hotel. Saat ini ballroom hotel itu telah disulap menjadi sebuah tempat ikrar pernikahan dan sekaligus nantinya akan menjadi tempat resepsi.
Mempelai pria yang baru saja keluar dari kamar hotel tempat ia mengganti pakaian yang akan ia kenakan untuk acara pemberkatan menendang pot bunga yang ada didekatnya dan meninju dinding hotel. Ia melampiaskan kemarahannya pada benda tak bernyawa, nafasnya memburu, ototnya menegang, detak jantungnya meningkat lebih cepat dan pupil mata melebar seolah bola matanya akan melompat keluar.
Mempelai pria itu adalah Samudera Narendra yang akrab disapa Rendra pria blasteran Jerman dan Jawa, hari ini akan menikah dengan Calantha Mariama kekasihnya yang amat ia cinta. Rendra merupakan anak pertama dari pasangan Bayu Narendra dan Deasy Fernandez pemilik perusahaan Mandiri Sejahtera Group. Salah satu pengusaha sukses di negeri ini.
Rasa sakit di tangan dan kaki tidak dihiraukannya. Rendra bergegas lari menuju kamar ganti diikuti dengan para bodyguardnya. Ayahnya selalu menempatkan para bodyguard di sisinya, karena saat usia 6 tahun Rendra pernah diculik hingga mengakibatkan trauma pada diri Rendra. Traumanya belum sembuh.
Dia tidak percaya Calantha menghilang tepat di hari pernikahan mereka. Pasti ada sesuatu yang salah atau ada orang yang sengaja mengacaukan pernikahannya.
“Cari ke semua ruangan, tutup seluruh pintu akses keluar hotel, dan jangan biarkan siapapun keluar dari hotel ini tanpa seizinku!” Perintah Rendra pada para bodyguardnya.
Tubuhnya gemetar dan tangan terkepal, dadanya naik turun dengan nafas yang memburu. Dia pun sudah membolak balik meja dan kursi yang menghalangi langkah kakinya. Ternyata, saat sedang emosi kekuatan seseorang akan meningkat lima kali lipat dan bahkan bisa lebih kuat.
Saat ini ia berada di ruang ganti, melihat ke semua sudut ruangan, memeriksa kamar mandi tak ada Calantha disana. Di ruang ganti itu hanya ada MUA dan dua orang asistennya yang tampak linglung dengan tatapan mata mereka kosong. Sepertinya mereka ada yang menghipnotis karena saat Rendra masuk ke ruangan itu mereka tidak menyadari kehadirannya. Rendra menarik kerah kemeja MUA dengan tatapan tajam.
“Dimana Calantha?!” bentaknya pada pria yang menjadi MUA untuk merias pengantin wanita. Namun, tak ada jawaban yang didapat.“Kamu!” tunjuknya pada bodyguard yang tersisa. “Jangan biarkan mereka bertiga pergi dari ruangan ini, awasi setiap gerak gerik mereka.”
Ia pun meninggalkan ruangan dan kembali ke ballroom hotel. Para tamu undangan masih di ballroom dan saling berbisik saat ini mereka sedang menunggu pengumuman selanjutnya.
Asisten Rendra naik ke panggung dan mengambil mic untuk mengumumkan tentang acara pernikahan. Ia naik ke panggung setelah mendapat perintah dari atasannya.
“Para tamu undangan yang terhormat, kami mohon maaf atas semua kekacauan yang terjadi. Seperti yang sudah kita dengar bahwa pengantin wanita menghilang maka pernikahan ini batal. Sekali lagi kami mohon maaf.” Ia pun membungkukkan badan dengan kepala menunduk sebagai tanda permohonan maaf.
Akhirnya para tamu undangan pun meninggalkan ballroom hotel setelah menerima pengumuman tersebut. Namun, sebelum meninggalkan ballroom hotel mereka harus melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Tanpa menunggu lama tamu undangan meninggalkan hotel karena untuk apa mereka tinggal lebih lama di sini, acara pernikahan telah dibatalkan.
Hanya petugas WO saja yang tersisa, itupun mereka ingin membersihkan kekacauan yang diakibatkan oleh pengantin pria. Mereka sempat melihat bagaimana bringasnya pengantin pria memporak-porandakan tempat ini.
Wajah Rendra merah padam dan seakan muncul dua tanduk di kepalanya, amukannya melebihi banteng di Matador. Penampilan Rendra sekarang sudah acak-acakan, dasi sudah terlepas dan kancing kemejanya sudah terbuka. Apalagi dengan rambutnya yang sudah seperti tertiup angin puting beliung.
Ini adalah kali kedua pernikahannya batal. Pernikahan pertama ia sendiri yang membatalkannya karena Bella berkhianat dengan sahabatnya. Mereka bersekongkol dengan menikahnya Bella dan Rendra maka dengan mudah mereka akan menguasai harta Rendra. Selama 2 tahun berpacaran ternyata Bella adalah pacar sahabatnya yang telah merencankan semuanya. Beruntung kala itu ia mendengar pembicaraan mereka tepat 2 jam sebelum pemberkatan pernikahan.
Yang kedua, Calantha Mariama kekasihnya hilang tepat di hari pernikahan. Mereka telah berpacaran selama setahun dan memutuskan untuk segera menikah. Karena Rendra tak ingin berpacaran lama. Rendra sangat mencintai Calantha. Mungkikah Calantha tak mencintainya hingga memutuskan pergi tepat di hari pernikahan mereka?
Rendra menatap kembali ballroom hotel setelah dia berada di depan pintu masuk. Pandangannya tertuju pada panggung yang sebelumnya telah dihias dengan berbagai jenis dan warna bunga kini hancur. Seharusnya tempat ini menjadi saksi ikrar suci pernikahannya dengan Calantha. Rendra juga memandangi kursi dan meja yang telah dihias dengan kain satin warna putih yang kini telah terbalik dan tidak pada posisinya lagi. Dia sempat melampiaskan kemarahannya dengan menendang dan membalik kursi dengan tangan kokohnya.
Seharusnya di tempat ini dia mengikat janji sehidup semati dengan Calantha yang dicintainya setengah mati. Ia memilih Ocean Hotel karena pertemuan pertama dengan Calantha adalah di loby hotel ini. Semua desain ballroom hotel adalah permintaan Calantha. Dengan mudahnya Rendra menyanggupi permintaan Calantha, toh hotel ini adalah milik keluarganya.
Namun, kenapa Calantha meninggalkan semua ini? Kenapa Calantha menghilang tepat di hari pernikahan mereka? Tidak mungkin Calantha pergi begitu saja? Berbagai pertanyaan muncul di benaknya dan semuanya itu tidak ada jawabnya.
Ayah dan ibunya pun mengusulkan Rendra agar segera meninggalkan hotel.
“Sudahlah, Nak. Mari kita pulang, kita selesaikan nanti setelah kamu menenangkan diri,” ucap Bayu sambil menepuk bahu putranya.
“Jangan terlalu bersedih, Nak. Masih banyak wanita lain yang lebih baik dan bahkan lebih cantik dari Calantha. Kalian tidak berjodoh. Kamu harus pulang, bersihkan dirimu. Jika dirimu lebih ganteng dari Pak Mus mana ada wanita yang mau denganmu,” ucap Deasy memberi penghiburan pada putra sulungnya.
Pak Mus adalah tukang kebun di rumah mewah mereka. Yang selalu menggunakan kaos oblong dan celana kolor dalam kesehariannya.
Wanita paruh baya itu pun meninggalkan hotel dengan mengaitkan tangannya ke lengan suaminya menujukkan betapa mesranya mereka meski usianya tidak muda lagi.
Saat hendak meninggalkan ballroom hotel Rendra berhenti, dia memandang foto prewedding yang diletakkan di dekat pintu masuk. Foto dirinya dan Calantha dengan Calantha memeluk bahunya dengan tatapan memuja sambil tersenyum manis. Dirinya memeluk mesra pinggang Calantha dan membalas senyum yang diberikan Calantha. Namun, saat melihat namanya dan Calantha yang tertulis di bawah foto, ia teringat akan percakapannya dengan Calantha kemarin sore saat mengadakan GR.
“Bang, nama yang tertulis disini kok Calanthe bukan Calantha,” tunjuk Calantha pada foto prewedding mereka. “Ntar ada yang salah tanggap lho dengan nama itu, suruh diganti bang. Aku gak mau ya, ada yang gak beres dan gak sempurna pas nikahan kita,” lanjutnya lagi sambil bergelanyut manja pada lengan Rendra.
“Iya, sayang. Kamu tenang aja. Nanti abang suruh bagian WO yang mengganti dan membetulkan namamu,” jawab Rendra sambil mengusap kepala Calantha dan memberikan kecupan mesra di kening.
‘Apakah ada hubungannya dengan nama yang salah itu?’ bathin Rendra. Karena sampai saat ini nama yang tertulis di bawah foto prewedding masih nama Calanthe.
Bersambung.
"Ayo, masuk!" ajak Ayu begitu mereka sudah keluar dari mobil.Namun, langkah Rendra terhenti kala melihat sesuatu yang panjang tepat berada dekat pintu masuk rumah. Pria itu ragu melangkah dengan kaki gemetar dan telapak tangannya mulai berkeringat dingin."Kenapa?" Ayu membalik badan dan melihat Rendra yang mematung dan mengikuti tatapan mata pria itu yang tertuju pada sebuah benda di dekat pintu. Kemudian Ayu mendekat dan mengambil benda itu."ini hanya tali," ucap Ayu sambil menunjukkan tali tepat di wajah Rendra. "Kenapa kamu melihatnya seperti ular?" lanjutnya lagi.Sontak pria itu mundur dan memegangi dada. Napasnya memburu, keringat sebesar jagung sudah membasahi wajah tampannya. Ingatan tentang 21 tahun silam berkelabat di benaknya dan pria itu jatuh tersungkur dengan wajah menghadap tanah. Masih memegangi dadanya. Melihat hal itu dengan langkah terburu Ayu mendekati Rendra."Jauhkan tali itu," ucap Rendra dengan napas tersenggal.Tanpa pikir panjang Ayu langsung membuang tali
"Kamu pesan makanan dulu! Aku mau ke toilet," ucap Rendra begitu mereka sampai di sebuah Resort.Resort yang mereka kunjungi memiliki sebuah restoran yang dibuka untuk umum. Resort ini juga sangat unik karena ada area makan di tengah kolam.Sebelumnya Rendra sudah memesan tempat untuk mereka. Melalui koneksi yang ia punya, akhirnya ia bisa memesan tempat di area kolam. Karena tempat itu biasanya sangat diminati, jadi sebelum berkunjung harus memesan terlebih dahulu sehari sebelumnya. Atau bisa juga menunggu giliran. Namun, sangat kecil kemungkinan mengingat banyaknya pengunjung ke tempat itu."Sudah pesan?" tanya Rendra begitu tiba dan mendudukkan bokong di kursi sebelah Ayu."Sudah," jawab Ayu dengan lirih hampir tak terdengar. Namun, dari tempat Rendra duduk, pria itu masih bisa mendengar suara Ayu walau samar."Apa yang kamu pesan?" Kenapa banyak tanya sekali? Apa gak sabar menunggu pramusaji saja yang menyajikan. Saat di mobil saja diam, tak ada percakapan diantara mereka. Kenapa
"Sambalnya enak, mah.""Uhuk."Sontak semua mata tertuju pada Ayu yang tiba-tiba saja terbatuk."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rendra menyodorkan segelas air putih pada Ayu. Dengan sigap Ayu meraih gelas pemberian Rendra dan menegak habis cairan berwarna bening itu.Setelah meletakkan gelas Ayu pun berucap, "tidak apa-apa."Namun, wajahnya sudah memanas bak kepiting rebus. Ia tidak bisa menyembunyikan wajahnya, satu-satunya cara adalah dengan menundukkan kepala dan berpura-pura memotong daging, padahal potongan sudah pas untuk masuk ke mulut."Ayu yang membuat sambalnya, Pak," ucap Roma seakan tak peduli dengan keadaan sahabatnya."Enak sekali," puji Bayu dan Nia hampir bersamaan.Tidak dapat diragukan sambal racikan Ayu memang pas di lidah. Rasa pedas yang membuat lidah seakan terbakar dan menggoyangkan lidah tergantikan dengan adanya rasa manis dari sambal.Rendra yang memperhatikan Ayu yang semakin menunduk malu akhirnya menyodorkan ikan bakar, yang tentunya telah ia sisihkan tulangny
"Kenapa lo bisa kesini?"Roma bergeming tak menjawab pertanyaan Ayu. "Kau lihat Pak Rendra itu dari tadi asik kau saja yang dilihat.""Jangan lo alihkan pertanyaan gue!" ketus Ayu sambil menepuk kepala Roma dengan serai."Sakit!" Roma meringis kala menerima pukulan di kepala dan membuat ia harus memijitnya."Lo pacaran ama Pak Dito?"Pertanyaan telak membuat Roma membelalakan mata. Sepandai pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Sepandai pandainya menyimpan hubungan pasti akan ketahuan."Sejak kapan? Kenapa gak cerita?" cecar Ayu sembari mengangkat dagu.Dengan malu-malu Roma akhirnya menjawab,"sudah lama." Roma pun melirik pria yang sedang mereka bicarakan."Trus?""Terus apa?""Kenapa lo gak cerita?""Kau gak ada nanya," elak Roma.Hubungan Roma dan Dito sudah berlangsung lama, terbilang sejak Ayu masih bekerja di kantor yang sama dengan Ayu. Mereka merahasiakan hubungan itu karena tidak ingin diketahui oleh teman sekantor. Lagi, di perusahaan mereka bekerja tidak boleh ber
Ayu berlari begitu melihat Roma turun dari mobil. Tak menyangka sahabatnya yang berasal dari Tapanuli itu datang ke desa X. Mereka berpelukan sebagai tanda melepas rindu setelah Ayu mencium pipi kiri dan kanan Roma secara bergantian."Ayo kita ke sana."Ayu mengajak Roma ke arah meja yang berada di halaman villa. Mobil yang ditumpangi Roma, terparkir di halaman belakang hanya untuk menurunkan barang-barang yang dibawa dari kota. Bahan makanan yang khusus dibeli oleh keluarga Narendra. Sebagian bahan makanan akan mereka pakai untuk acara outdoor party malam ini.Seperti yang telah dijanjikan oleh Deasy, ibu dua anak itu mengajak Ayu untuk datang ke villa mereka. Sebelumnya, Deasy juga sudah ke warung Ayu. Meski warung Ayu tampak kumuh dari luar, Deasy tetap melangkah masuk ke warung tanpa merasa jijik sedikit pun. Karena di dalam warung tampak bersih, rapi dan kinclong berbeda dengan penampakan dari luar. Deasy memesan nasi uduk buatan Ayu, satu suapan masuk ke mulut dan berlanjut ke s
"Apa Kakak perlu bantuan?""Tidak," jawab Rendra dengan cepat.Bantuan yang dimaksud Nia adalah untuk mendekati Ayu. Ia tahu sang kakak sangat kaku dan tak tahu bagaimana cara untuk bersikap romantis. Entah bagaimana Rendra bisa berpacaran dengan Calantha dan menikah meski gagal."Kakak yakin tidak perlu bantuanku?" tanya Nia sekali lagi.Rendra mendengus kasar, memandang keponakan dan adik iparnya yang sedang bermain di halaman belakang villa. Sedangkan mereka duduk bersebelahan di sebuah ayunan sembari minum teh hangat.Rendra mengambil pisang goreng buatan bik Minah, pengurus villa yang sudah bekerja sejak Rendra masih kecil. Memasukkan ke mulut dan menggigit sedikit, rasa manis terasa di lidah dari pisang yang telah digoreng bercampur dengan tepung.Bik Minah memilih bekerja di villa karena umurnya sudah tidak muda lagi, tenaganya juga sudah mulai berkurang. Jika di villa tidak terlalu banyak yang dikerjakan karena villa jarang ditempati. Karena keluarga Narendra semua sedang ada
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments