All Chapters of Ya, Sayang?: Chapter 41 - Chapter 50
114 Chapters
Alamat Palsu
"Papa, Bu Nis ke mana, ya? Sudah tiga hari gak datang ke rumah. Di sekolah juga Bu Nis gak ada."Arjuna meletakan nasi dan ayam goreng ke hadapan Nanda yang baru saja duduk di kursi meja makan."Papa juga gak tahu, Sayang," jawab Arjuna."Aku sudah coba telepon Bu Nis tapi nomornya gak aktif terus. Bu Nis kenapa ya, Pa? Apa Bu Nis gak suka sama aku? Apa aku nakal? Makanya Bu Nis pergi ninggalin aku?" Nanda mulai terisak."Sudah, jangan nangis." Arjuna mencoba menenangkan Nanda. "Bu Nismara sayang sama kamu, kok. Mungkin besok Bu Nismara akan datang.""Bagaimana kalau kita pergi ke rumah Bu Nis saja, Pa? Aku kangen sama Bu Nis. Aku ingin bertemu dengan Bu Nis."Arjuna menyesap kopinya yang masih terlihat kepulan asapnya. "Mau kapan ke sananya?""Kalau hari ini bagaimana, Pa? Sepulang sekolah saja.""Hari ini tidak bisa, Sayang. Papa sibuk di kantor. Hari Minggu saja bagaimana? Kamu setuju? Hari Minggu, kan, libur, jadi Papa bisa antar kamu, ya?"Nanda mengangguk semangat. "Okey, Pa!"*
Read more
Stalking
"Mas!" Una melambaikan tangannya ketika melihat Arjuna di balik kerumunan orang-orang yang berlalu-lalang di dalam Mall."Maaf ya, kamu jadi nunggu lama."Kepala Una menggeleng, senyuman manis yang mengalahkan gula pasir bertengger manis di bibirnya yang dipoles dengan lipstik berwarna merah muda. "Nggak, kok, Mas! Aku juga baru saja datang.... Abimanyu ke mana, Mas?""Nanda gak bisa ikut, dia gak mau. Kamu tahu, kan, anak itu kalau lagi ngambek kayak gimana. Jadi aku titipkan Nanda ke Bude Marni, kebetulan Bude Marni lagi ngadain arisan di restorannya, jadi Nanda ada teman, soalnya grup arisan Bude Marni sering bawa anak kecil juga.""Kalau begitu ayo kita mulai keliling, Mas!""Ayo!"Arjuna dan Una mulai berkeliling ke tempat yang menjual perlengkapan rumah setelah itu mereka berkeliling mencari tempat penjual perhiasan yang menurut mereka bagus dan cocok.Memasuki jam makan siang, mereka memesan makanan di food court. Arjuna duduk sendirian karena Una pamit untuk ke toilet sebentar
Read more
Cari Jodoh
"Wajah kamu jangan masam kayak gitu dong, Jun." Bude Marni menegur Arjuna yang sedari tadi diam membisu dan hanya memandang jalanan yang diterangi oleh lampu berbagai macam warna dari balik jendela mobil."Bude tahu kamu dongkol, tapi jangan kayak anak kecil gitu dong, Jun.""Siapa yang nggak dongkol coba kalau tiba-tiba aku dikabari mau dikenalkan dengan anak kenalan Bude. Seharusnya Bude ngasih tahu aku jauh-jauh hari, dong.""Bude sengaja ngasih tahu kamu mendadak kayak gini biar kamu gak bisa kabur. Pokoknya kamu kali ini jangan mengecewakan Bude.Arjuna membuang napas berat. "Kenapa Bude tiba-tiba mau mengenalkan aku lagi?""Supaya kamu gak dekat-dekat lagi dengan Tattiana. Bude sudah bilang, kan, kalau Bude tidak suka perempuan itu. Dan gara-gara dia Nismara jadi pergi.""Maksud Bude?" Arjuna menegakkan tubuhnya. Ia sedikit tertarik ketika Bude Marni menyebut nama Nismara.Tapi Bude Marni tidak menjawab karena mobi
Read more
Bertemu Novi
Kafe Taman Baca yang rata-rata banyak dikunjungi oleh anak muda itu tampak tidak ada kursi kosong yang tersisa. Ada juga orang-orang yang rela mengantre untuk menikmati hidangan sambil bersantai membaca buku kegemaran mereka."Jun! Sini!" Pemilik Kafe, Wandy melambaikan tangannya ketika melihat Arjuna baru saja datang dengan masih memakai setelan jasnya.Sekarang pukul tiga sore dan masih jam kantor, karena Arjuna mengosongkan jadwalnya dari jam makan siang, makanya Arjuna bisa mampir ke Kafe Taman Baca yang hari ini sedang mengadakan acara hari jadi dua tahun berdirinya kafe."Kafe kamu makin ramai saja, Wan."Arjuna diajak Wandy ke atas rooftop lantai tidak. Di sana ada taman kecil yang menghiasi rooftop dan dekorasi pohon buatan untuk membuat beberapa tempat teduh."Iya nih, aku bersyukur. Ini juga semua ada bantuan dari kamu, Jun."Mereka berdua duduk di kursi paling ujung. Sambil menunggu pelayan membawakan makanan, Arjuna menatap jauh ke pemandangan gedung-gedung sana. Kalau unt
Read more
Hotel
Dua bulan kemudian....Beberapa orang menyambut kedatangan Arjuna di Hotel Bharatasresta. Petugas hotel membawakan barang bawaan milik Arjuna ke kamar khusus VIP untuk keluarga pemilik hotel.Sebelum ke kamar, Arjuna memilih untuk berkeliling terlebih dahulu ditemani oleh sepupunya yang lebih muda satu tahun dengannya, Denis.Denis membawa Arjuna ke tempat favorit Arjuna, yakin rooftop yang bisa melihat matahari terbit dan terbenam. Kebetulan sekarang sudah pukul lima sore, sebentar lagi matahari akan tenggelam di ufuk barat.Arjuna memilih pergi ke sana supaya dirinya bisa bebas merokok, karena kalau terlalu banyak merokok di kamar bisa-bisa alarm tanda peringatan kebakaran bisa berbunyi. Sebenarnya Arjuna bisa merokok di area khusus, tetapi karena banyak hal yang ingin diceritakan, selain itu areanya tidak terlalu private, jadi saat sedang bercerita nanti rasanya tidak leluasa.Begitu pintu lift terbuka, Arjuna mematung melihat orang yang berdiri di depannya yang juga mematung dan t
Read more
Menghindar
"Kamu kenapa, Nis? Kok ngos-ngosan seperti itu?" tanya Reni, seorang pegawai hotel yang bekerja di bagian pastry."Aku habis dikejar-kejar kenangan masa lalu, Mbak," jawab Nismara sekenanya. Ia menuangkan air ke dalam gelas berukuran cukup besar dari dispenser lalu meneguknya sampai habis tak tersisa."Itu kenapa kamu nyeker?" Kini giliran Wanto, room service yang bertanya pada Nismara dengan penuh keheranan."Eh iya, ya? Mana bawa sepatu cuma sebelah, lagi. Jangan bilang kamu menghilangkan sepatu aku ya, Nis?""Hehehe...." Nismara hanya tertawa canggung. "Maaf, Mbak, nggak sengaja."Rena menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu harus tanggung jawab lho, Nis.""Nanti aku ganti deh, Mbak, kalau sudah gajian." Nismara mencuci gelasnya di wastafel kemudian menyimpannya di atas rak piring. "Aku pergi dulu ya!""Nanti akhir bulan aku kuras uang gajian kamu, lho!" Rena mengancam dengan niat bercanda.Nismara hanya tertawa kecil sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.Ketika Nismara sudah pergi,
Read more
Terjebak
Nismara menggeraikan rambutnya sampai menutupi wajah. Tidak lupa juga ia memakai masker dan menundukkan kepalanya ketika melihat Arjuna dan Denis beserta asisten general manager berjalan di lobi hotel."Kayak hantu," komentar Rena ketika melihat penampilan temannya itu. Sebagai pegawai baru di hotel, Rena sangat dekat dengan Nismara karena hanya Nismara lah orang pertama yang berteman dengannya (mereka diterima kerja di hari yang sama).Nismara buru-buru berjalan ke luar begitu melihat pintu hotel. Ia segera masuk ke dalam mobil tidak lupa ia melepaskan maskernya.Mobil yang dinaiki Nismara dan Rena akan pergi ke tempat tukang jahit langganan hotel. Mereka disuruh oleh Rury untuk mengambil baju seragam hotel yang terbaru.Perjalanan menuju tempat jahit tersebut cukup lama. Nismara merasa familiar dengan jalan dan tempat yang akan ditujunya. Kalau otak Nismara tidak salah ingat, sekarang dirinya sedang berada di Jakarta dan tempat yang mereka kunjungi saat ini adalah butik dan salon mi
Read more
Dikerjain
["Pak Arjuna kapan pulang ke Jakarta? Di kantor, Pak Radit sudah misuh-misuh terus."] Suara Mona di seberang telepon sana terdengar panik dan juga tidak sabaran."Sesuai permintaan cuti saya, dua hari."["Iya, awalnya Pak Arjuna hanya cuti dua hari, tapi sekarang Pak Arjuna malah menambah cuti menjadi satu minggu."]Arjuna terkekeh pelan mendengar suara Mona yang kesal dan hampir menangis. "Maaf, maaf."["Daripada Pak Arjuna meminta maaf yang tidak ada gunanya, lebih baik Pak Arjuna segera pulang saja ke Jakarta, Pak! Saya tidak kuat lagi menghadapi kebawelan Pak Radit."]"Kamu harus belajar ikhlas untuk menerima nasib, Mona."["Pak Arjuna jahat!!!"]Ting!Suara pintu lift terbuka mengalihkan perhatian Arjuna. Untuk beberapa saat ia mematung, tetapi ketika melihat Nismara yang hendak menutup pintu lift, buru-buru Arjuna menahan pintu tersebut lalu menerobos masuk.Arjuna menghadang Nismara. Tangan sebelah kirinya menekan tombol lift dengan sembarang.Di hadapannya, Nismara tengah mena
Read more
Satu Ruangan Part 1
Nismara mencoba fokus bekerja meskipun saat ini ia dan rekan-rekannya sedang bekerja di bawah pengawasan mata elang milik Arjuna.Entah apa yang membuat Arjuna melakukan pengawasan lagi kepada para pegawainya. Tapi menurut Nismara, Arjuna tidak sedang mengawasi para pegawai, melainkan mengawasi dirinya. Bukannya Nismara geer, tapi sedari tadi Arjuna terus menatap tajam ke arah dirinya. Apa jangan-jangan Arjuna kesal gara-gara tadi malam? Lha, seharusnya, kan, Nismara yang kesal."Kamu!"Satu kata yang keluar dari mulut Arjuna membuat seisi ruangan menjadi mencekam. Jantung para pegawai itu bagai dihantam oleh sebuah meriam yang langsung meledakkan sampai hancur lebur tak tersisa.Arjuna berjalan menghampiri meja Nismara. "Kamu kalau bekerja yang benar, yang serius. Perhatikan nada bicara kamu, jangan terdengar datar. Kamu harus terdengar ramah oleh para tamu." Mata Arjuna menatap Nismara dengan lurus. "Setelah makan siang kamu menghadap ke ruangan saya."Nismara ingin marah tetapi ia
Read more
Satu Ruangan Part 2
"Kamu mau ke mana?" Arjuna mencekal lengan Nismara tapi langsung ditepis."Saya mau pergi, Pak!""Jangan pergi sebelum kamu menjawab pertanyaan saya.""Pertanyaan Pak Arjuna yang mana? Kan tadi baru saja saya sudah menjawabnya kalau saya mau pergi."Nismara memang benar-benar menguji kesabaran Arjuna. Sekarang, tubuh laki-laki itu menghalangi jalan Nismara supaya perempuan itu tidak pergi. "Sekali lagi saya bertanya sama kamu, kapan Tattiana memecat kamu? Memangnya dia siapa, hah, sampai kamu menuruti perkataan dia. Ingat, bos kamu itu saya, bukan dia.""Ya Pak Arjuna tinggal mengira-ngira saja, kapan saya tidak datang ke rumah Pak Arjuna berarti hari itu atau sebelumnya saya sudah dipecat. Puas?"Arjuna terdiam. Kesempatan itu dipakai oleh Nismara untuk pergi. Kebetulan sekarang Wanto baru saja masuk mengantar makanan. Sengaja Wanto yang membawanya karena ia penasaran dengan apa yang terjadi pada Nismara. Kalau Nismara dimarahi habis-habisan, kan setidaknya Wanto bisa membela Nismara
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status