บททั้งหมดของ Pewaris Tunggal: บทที่ 741 - บทที่ 750

Ciiiittttt...Dean Tanaka terpaksa mengerem mendadak mobilnya, karena satu mobil penguntitnya menghadang dan melintang di tengah jalan.5 orang keluar dari mobil dan di tangan mereka sudah terhunus masing-masing sebuah samurai. Lalu dari mobil yang satunya juga datang dan kembali 5 orang keluar dari mobil ini.Dean Tanaka kini di kurung 10 orang sekaligus, pemuda ini sama sekali tak takut. Dia bahkan dengan tenang dan percaya diri keluar dari mobilnya. Lalu melangkah ke depan dan menghadap 10 orang, yang kini langsung mengurungnya.Kini Dean menatap mereka satu persatu, ke 10 orang sampai saling pandang, melihat tenangnya pemuda ini. Seolah-olah mereka ini sekumpulan anak-anak kecil yang tidak menakutkan baginya.“Hmm…1,5 tahun lebih, baru kali ini aku berkesempatan akan bertarung yang sesungguhnya,” batin Dean Tanaka yang diam-diam malah senang, karena niatnya adalah ingin uji kemampuan latihannya sejak usia 4 tahunan.“Heii anak muda, sebelum mayat kamu kami buang ke hutan ini, sebut

Nasib manusia memang tak ada yang tahu, karena itu rahasia Ilahi, kalau secara logika, Dean Tanaka pastinya akan tewas dengan tubu remuk. Karena terjatuh ke dalam jurang yang tak tahu dasarnya, saking dalamnya.Dean Tanaka bahkan setengah sadar saat melayang deras ke bawah, dia akhirnya memejamkan mata sambil terus menggenggam erat pedang samurainya. Dan memasrahkan diri pada Yang Maha Kuasa.Lalu…byurrrrr…..tubuhnya terjatuh di sebuah sungai, Dean Tanaka tak ingat apa-apa lagi, benturan keras membuat kepalanya yang sudah pening makin pening saja.Dean Tanaka tak tahu berapa lama dia pingsan, hanya dia kaget saat sadar, tubuhnya bak patah-patah di sekujur tubuhnya. Dan berada di sebuah tempat yang tidak di kenalnya.Rasa nyeri langsung dia rasakan. Tiba-tiba dia merasa kepalanya di angkat seseorang dan di recoki obat yang sangat pahit.Tapi Dean menelan saja minuman yang ia duga pasti obat cair ini, karena kesadarannya mulai datang. Kalau saat ini ia sudah di tolong seseorang dan nyaw

“Betul sekali Ketua, tapi aku memakluminya, karena Ketua kan baru turun gunung dan tak tahu apa-apa soal ini. Dan tentu tak tahu apa misi aku mencopet tas si geisha yang bernama Mayamoto tersebut!” cetus Hatano blak-blakan.Dean Tanaka pun kaget sekali dalam hati, Mayamoto yang telah mengajarinya jadi lelaki dewasa ternyata salah satu musuh paling berbahya bagi anggotanya. Karena Mayamoto mata-mata dan dikatakan Hatano sering beri informasi anggota samurai.“Sudah banyak anggota kita yang di bantai para ninja, katanya hasil dari kerjaan Mayamoto itu. Dan isi tas yang gagal aku copet karena tak sengaja di tolong Ketua, kabarnya berisi sebuah undangan khusus…! Yakni akan ada rencana pertemuan sangat rahasia, misinya adalah pemberontakan terhadap Kaisar Hotaki…katanya dalangnya adalah sepupu Kaisar sendiri dan Perdana Menteri Tuan Yosiko!”Kaget bukan main Dean Tanaka, dia yang hampir 2 tahun sekolah paham soal makar dan politik. Kalau ini terjadi negaranya bisa dalam bahaya. Bakal terja

“Aku sedang mencari seorang geisha, tapi aku tak ingin di ketahui musuh-musuhku dan malah kesasar sampai di sini. Namaku Dean Tanaka!”“Ohh…tu-tuaan…maukah menolong saya!” kagetlah Dean, kenapa geisha yang tak di kenalnya ini malah minta tolong.“Tolong…maksudnya apa?” Dean kini menatap lebih jelas wajah geisha ini, barulah dia sadar, mata yang agak sipit ini habis menangis.“Bebaskan aku dari sini…aku di siksa dan dipaksa jadi geisha, aku menolak melayani para pria hidung belang dan aku selalu di cambuk. Lihat kakiku bengkak dan tak bisa jalan!”Wanita ini pun menselonjorkan kakinya dan memperlihatkan kakinya yang putih bersih dan kini terlihat memar dan bengkak.Dean Tanaka terdiam sesaat, seakan berpikir. Tapi melihat wajah cantik yang terlihat memohon, bahkan kini berusaha bersujud padanya. Jiwa iba Dean Tanaka pun lebih dominan.“Baiklah…!” Dean Tanaka memutuskan menolong wanita ini dulu, baru kelak kembali ke sini. Dean makin kasihan, wanita ini tak bisa jalan, bengkak di kakiny

Mata Dean tak berkedip saat merebahkan tubuh denok Michiko, apalagi secara perlahan wanita jelita ini melepaskan kimononya dan kini hanya menyisakan pakaian dalam yang tipis, hingga tubuh indahnya terpampang jelas.Tubuh Michiko ramping, karena belum pernah melahirkan, dan sebagai wanita bangsawan, Michiko juga pintar merawat tubuh indahnya ini.Michiko dengan lembut menarik perlahan kepala Dean ke dadanya, seakan meminta pemuda ini jangan hanya menatap keindahan ‘Gunung Fuji kembar’ yang menjulang tegak, dengan ujungnya berwarna pink. Dean tentu saja bak kucing yang diberi daging segar. Ia tak ingin melewatkan sajian menggiurkan ini, Michiko pun sampai terpejam menikmati kelakuan pemuda yang sudah meluluhkan hatinya ini.Beda dengan Mayamoto yang dilakukan dengan agak kasar bahkan cenderung hyper, hingga Mayamoto dulu menyerah dengan Dean di hari ke 3. Michiko menang segalanya atas Mayamoto, apalagi usia Michiko pun masih muda.Dean saat ini kembali bak murid yang di ajari bagaiman