All Chapters of 100 Hari Bersamamu: Chapter 71 - Chapter 80
116 Chapters
Chapter 71
Aruna membuka kedua matanya saat telinganya mendengar suara kicauan indah burung dari luar tenda, namun ia begitu terkejut karena saat membuka mata Anggasta sudah berada tepat di depan matanya. "Ya ampun mas, aku kaget!" ucap Aruna seraya mendorong wajah Anggasta dengan telapak tangannya. Ekspresi wajah Anggasta mendadak masam, awalnya Anggasta membayangkan ketika Aruna membuka mata ia akan mendapatkan sebuah kecupan dari Aruna tapi kenyataannya yang ia dapatkan malah tabokan dari telapak tangan Aruna. "Cium kek Na, malah di tabok." gerutunya, Aruna tertawa melihat wajah Anggasta yang nampak kesal. "Iya maaf, sini cium dulu." Aruna menarik kepala Anggasta dan menempelkan bibirnya tapi baru beberapa detik langsung ia lepaskan. "Kurang," rengek Anggasta. "Ah mas, aku gak mau ciuman lama-lama. Aku belum sikat gigi, nanti kamu mabok nelen liur basi aku." Anggasta tertawa mendengar celotehan Aruna, sebenarnya ia tidak jijik meskipun Aruna belum sikat gigi tapi berhubung pagi ini mat
Read more
Chapter 72
"Bangun! kamu pikir ini hotel bisa tidur seenaknya?!" Anita menyiram segelas air ke wajah Alana. Alana yang sedang tertidur pulas akhirnya terbangun gelagapan karena air memasuki telinganya, ia segera duduk dan menatap Anita dengan penuh ketakutan juga kebencian. Beberapa hari di kurung seperti seekor binatang, Alana sudah pasrah pada kehidupannya sendiri. Ia hanya diberi makan nasi dan garam, bahkan terkadang nasinya tida layak untuk dimakan lagi. "Saya punya kabar baik untuk kamu, Alana." ucap Anita, wajah perempuan paruh baya itu tidak pernah menunjukkan sebuah kehangatan meskipun akan menyampaikan kabar baik. "Apa?" "Saya akan menikahkan kamu dengan Bastian hari ini," Alana mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Anita dengan rona bahagia, "Ibu gak bohong kan?" "Untuk apa saya bohong, sekarang kamu keluar dari sini dan pergi ke kamar yang ada di dekat dapur." titahnya lalu melenggang pergi meninggalkan Alana. Alana mengusap wajahnya dan segera keluar dari tempat ini, ia be
Read more
Chapter 73
"Mbak Aruna, tumben banget nih belanja." sindir tetangga sebelah kanan Aruna yang julid. "Iya, soalnya stok bahan makanan di kulkas udah abis bu. Saya gak sempet ke pasar," "Pagi Aruna," sapa Raja yang baru selesai berolahraga.Melihat lelaki tampan di hadapan mereka, para ibu-ibu langsung bertingkah centil dan menggoda Raja terutama Linda. Janda kembang itu langsung merapihkan rambutnya yang di warnai blonde, juga menarik belahan bajunya ke bawah agar gundukan di dadanya itu terlihat jelas di depan mata Raja. "Mas Raja, mampir dong ke rumah saya sekali-kali. Cek keadaan ibu saya yang sudah lansia, saya malas kalau harus bolak balik cek up rutin ke rumah sakit." ujar Linda dengan nada suara yang dibuat manja, kedua tangannya merangkul erat lengan Raja. Perlahan Raja melepas pegangan tangannya dan tersenyum seramah mungkin agar Linda tidak tersinggung, "Maaf mbak Linda, saya ini dokter bedah anak. Jadi kalau mbak mau konsul kesehatan ibunya mending langsung ke dokter umum aja ya,"
Read more
Chapter 74
Aruna baru tiga langkah melewati pagar rumah Raja, tiba-tiba ia berpapasan dengan Anggasta yang baru saja pulang untuk makan siang. Anggasta memberhentikan motornya tepat di depan Aruna, dan melepas helm yang ia kenakan. "Loh mas Anggasta udah pulang?" "Kamu abis ngapain Na dari rumah Raja?" tanya Anggasta dengan nada menginterogasi. "Aku abis anter lauk mas buat Raja, soalnya tadi aku masak lumayan banyak." jelasnya. "Raja? sekarang manggilnya udah Raja ya gak dokter Raja lagi?" Anggasta tersenyum sinis. "Kamu kenapa sih mas? cemburu?" "Enggak, dah buruan naik. Ayo kita pulang," Anggasta mengenakan lagi helmnya. Aruna naik ke atas motor tanpa menyahut ucapan Anggasta lagi, hati Anggasta kini sedang teramat kesal karena cemburu buta. Harapannya Aruna segera membujuknya untuk menaikkan lagi moodnya, tapi Aruna malah hanya diam seakan tidak menggubris kekesalannya. Aruna yang selama ini selalu berpacaran dengan lelaki yang tidak memiliki sifat cemburuan, jadi tidak tau bagaimana
Read more
Chapter 75
"Kamu kenapa gelisah banget si Na? nunggu suami kamu?" tanya Davira. "Enggak kok, Ra. Kalau gitu aku pulang dulu ya? udah malam juga," "Mau aku anter?" tawar Davira. "Gak usah, aku naik taksi aja." tolaknya. Aruna kesal bukan main pada Anggasta, sudah tidak mengantarnya saat berangkat sekarang Anggasta malah tidak menjemputnya juga tidak memberikan kabar. Rasa kesalnya pada Anggasta sudah di ubun-ubun, ia berjanji akan memberi Anggasta pelajaran kalau sudah sampai di rumah. Sesampainya di rumah, Aruna di sambut oleh mbok Jum di depan teras dan langsung di seret ke dalam rumah tepatnya ke dapur. Keadaan dapur kini sudah seperti kapal pecah, piring kotor dimana-mana dan bau gosong tercium begitu menyengat. Ada lima cake gosong dan adonan coklat cair yang entah untuk apa, namun di antara kekacauan itu Aruna menemukan semangkuk ramen kesukaannya di atas meja makan dan jus strawberry dengan topping eskrim vanilla di atasnya. Saat Aruna tengah memandangi makanan tersebut, Anggasta kelu
Read more
Chapter 76
Bau anyir, juga rasa sakit yang tidak tertahankan kini tengah Aruna rasakan. Tubuhnya tergeletak bersimbah darah di lantai, keringat dingin terus mengucur dari dahinya akibat rasa sakit yang ia rasakan. Aruna terus berteriak meminta tolong, rasa sakit ini seperti akan mencabut nyawanya. Aruna menangis, namun tidak ada satupun yang datang menghampirinya. Gumpalan daging keluar dari area intimnya, Aruna yakin itu adalah janinnya yang baru saja gugur. "Tolong," Aruna menangis lirih meminta tolong. "Sayang, bangun sayang." samar-samar Aruna mendengar suara Anggasta, namun ia tidak melihat keberadaan Anggasta di manapun. Aruna terbangun dari mimpi buruknya, peluh membasahi dahinya dan wajahnya begitu pucat. Aruna melirik ke sekitarnya, ini masih di kamarnya dan ada Anggasta yang kini tengah memeluknya. "Kamu kenapa sayang?" tanya Anggasta seraya mengelus pucuk kepala Aruna. "Aku, aku mimpi buruk mas." Tubuhnya gemetar hebat, mimpi itu terasa begitu nyata bagi Aruna. "Udah ya jangan t
Read more
Chapter 77
"Mas terimakasih ya? ini ada sedikit uang untuk mas karena sudah membantu saya." Aruna menyodorkan dua lembar uang lima puluh ribu kepada pemuda yang membantunya membawa Anggasta ke rumah sakit. "Gak usah kak, saya ikhlas kok nolongin. Kalau gitu saya pergi ya? semoga suami kakak cepat sembuh." Anggasta masih tertidur pulas di atas brankar, tangannya begitu dingin dan bibirnya juga terlihat pucat. Untuk sementara Anggasta akan di infus dulu untuk memulihkan tenaganya, juga di beri obat lewat suntikan untuk penyakit lambungnya. Aruna tidak tau kalau ternyata Anggasta memiliki penyakit lambung karena Anggasta selalu terlihat bugar di depannya, Aruna jadi semakin merasa bersalah dan menyesali tingkah bodohnya yang begitu egois. Seharian ini yang ia lakukan hanya menguji kesabaran Anggasta, hingga akhirnya lelaki itu masuk rumah sakit karena perbuatan bodohnya. Aruna duduk di sebelah Anggasta dengan bola mata yang berkaca-kaca, pakaiannya masih setengah basah karena ia belum sempat ber
Read more
Chapter 78
Raja berjalan sendirian di lorong rumah sakit yang sudah terlihat sunyi, sekarang sudah pukul sebelas malam dan semua pasien sudah tidur di kamar rawatnya masing-masing juga jam kontrol besuk sudah tidak ada. Di balik kaca pintu, Raja mengintip kemesraan di antara Aruna dan Anggasta. Mereka nampak intim di atas brankar karena tau sekarang bukan lagi jam visit dokter, jadi mereka merasa aman sekarang untuk melakukan apapun. Raja merasa bersalah sudah mengintip mereka seperti ini, tapi Raja begitu penasaran dengan apa yang perawat Nia katakan tadi sore. Kedua tangan Aruna merangkul erat leher Anggasta yang tengah berada di atasnya, kulit putihnya yang hanya terbalut pakaian dalam dapat terlihat jelas membuat hasrat Raja mendadak naik drastis. Suara dan tawanya yang terdengar begitu manja, membuat hati Raja serasa terombang-ambing membayangkan kalau yang ada di posisi itu adalah dirinya bukan Anggasta. Desahannya yang lembut, membuat Raja turn on seketika. Tubuhnya mendadak terasa gerah
Read more
Chapter 79
Raja memarkirkan mobilnya secara asal di halaman rumah dokter Hirawan, hari ini ia tidak ingin pulang ke rumahnya sendiri demi merefresh otaknya yang sudah terlalu penat. Dengan langkah lunglai, Raja menyusul dokter Hirawan yang tengah berjemur di bawah sinar mentari pagi sembari menikmati sarapannya di gazebo. Tempat ini selalu menjadi spot favoritnya untuk bersantai, dulu saat mendiang istrinya masih ada mereka selalu menghabiskan waktunya berdua di sini. Membicarakan tentang keluh kesah pekerjaan, atau menceritakan suatu kisah menakjubkan yang terjadi di rumah sakit. Raja berbaring di sebelahnya, matanya terpejam namun tidak tertidur. Nafasnya mengehela panjang seakan tengah mengeluarkan resah yang ada di hatinya, eskpresi wajahnya terlihat kusut tidak bergairah sehingga membuatnya ketampanannya sedikit berkurang."Butuh solusi apa?" tanya dokter Hirawan seolah-olah tau apa tujuan kedatangan Raja. Raja membuka kedua matanya, lalu bangkit dan duduk sambil kedua tangannya menopang
Read more
Chapter 80
Jam kerja Raja akhirnya selesai juga, ia segera pergi ke tempat parkir untuk mengambil mobilnya dan menjemput Triana untuk dinner. Namun saat sampai di sana ia melihat siluet perempuan tengah berdiri di sebelah mobilnya, tangannya melambai ke arah Raja dengan senyumannya yang merekah lebar. Di tangannya ada sebuah paper bag yang cukup besar, entah apa isinya. "Aruna, kamu kenapa ada di sini?" "Aku dari kemarin mau ketemu kamu, mau kasih uang ganti yang kemarin kamu beliin aku pakaian dan makanan tapi kamu sulit banget ditemuinnya." ujar Aruna. "Oh iya maaf, kemarin aku sibuk. Untuk masalah uang, maaf aku ga bisa terima itu karena aku tulus nolong kamu Na." sahut Raja agak sedikit cuek, namun jauh di lubuk hati sebenarnya ia tidak bisa cuek seperti ini pada Aruna. Bau aroma masakan menguar dari dalam paper bag, membuat perut Raja mendadak keroncongan apalagi mengingat betapa nikmatnya masakan Aruna. "Nah, aku udah tebak kalau kamu bakalan nolak jadi sebagai gantinya aku kasih maka
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status