All Chapters of Terpaksa Menjadi Milikmu: Chapter 21 - Chapter 30
44 Chapters
Bab 20 Malam yang Panjang
Sepuluh menit berlalu, akhirnya Sadia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Dari pintu kamarnya samar-samar ia bisa mendengar dua orang sedang berbincang-bincang, suara itu terdengar familiar di telinganya. Ia menghentikan langkahnya lalu bersandar di daun pintu hingga ia bisa menguping pembicaraan mereka."Awasi dia, aku ingin kau menjaganya dengan nyawamu." Ucap Husam. Ken mengangguk mengerti.Sadia dapat mendengar dengan jelas, suara itu adalah milik Husam. Mendengar suara itu setelah sekian lama tak mendengarnya, membuat Sadia merasakan sesuatu. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang, ia sendiri tak tahu kenapa. Dalam benaknya Sadia bertanya-tanya, siapa yang Husam inginkan untuk dilindungi?"Kau juga harus hati-hati..." Suara laki-laki lain berbicara, namun Sadia tak dapat mengenali suara itu. Ia bertanya-tanya, apa yang mereka bicarakan?Sadia ingin mendengar lebih banyak, namun tiba-tiba kakinya terpelintir hingga membuat tubuhnya terdorong keluar. Ia mengaduh dalam hati sebelu
Read more
Bab 21 Kau Terlihat Cantik
"Husam." Darka mengangguk singkat ketika Husam dan Kiara bergerak mendekat ke sisinya. Darka dan anak buahnya sudah berdiri dengan minuman di tangan mereka tapi itu bukan alkohol. Ia tidak pernah minum alkohol untuk beberapa alasan rahasia yang Husam tidak mengetahuinya. Husam membalasnya dengan anggukan kecil.“Siapa wanita muda cantik di sampingmu ini?” Darka menatap Kiara dengan tatapan menggoda dan Kiara tersenyum gembira.“Dia istriku, Darka.” Jawab Husam acuh tak acuh. Pikirannya masih kacau, ia ingin kembali dan melihat Sadia. Dalam benaknya, ia bertanya-tanya apa yang sedang Sadia lakukan dan dengan siapa dia."Hei, Husam!" Seseorang menarik lengan Husam dari posisinya."Maaf, ada apa?" Tanya Husam sembari melihat bergantian pada Darka dan Dani."Pestanya sangat bagus!" Darka menatap Husam dengan tatapan yang tak bisa diartikan."Terimakasih," jawab Husam datar. “Siapa gadis yang bersama Ken?” Husam bertanya, matanya berbinar nakal sambil mengamati gadis itu dari belakang.
Read more
Bab 22 Terbakar
"Terimakasih. Tapi kenapa kau malu mengakuiku sebagai istrimu?" tanya Sadia, matanya terlihat mulai berkaca-kaca. Entah kenapa ia begitu terbawa suasana hati, dengan pria yang seharusnya ia benci sepanjang hidupnya."Kenapa aku harus malu?" Suara serak Husam terdengar seperti melodi di telinga Sadia, begitu lembut. Untuk sesaat, Sadia lupa bahwa pria itulah yang telah menyisakan bekas luka di lehernya beberapa minggu yang lalu."Aku ingin ponselku kembali." Seru Sadia tiba-tiba.Tatapan Husam langsung berubah dari tatapan mesra menjadi tatapan tak suka."Agar kau bisa berbicara dengan Malik kesayanganmu? Atau tunggu, apakah kau ingin berbicara dengan saudara perempuanmu yang tidak berhenti mengutukmu sejak hari aku menembak pria bangsat itu?" ucap Husam dengan geram, cengkramannya di pinggang Sadia mengeras selama beberapa detik."Malik adalah pria yang baik!" Sadia tak terima dengan perkataan Husam."Apakah kau memang senang membuatku marah?" ucap Husam geram, cengkramannya di pingga
Read more
Bab 23 Kebahagiaan yang Seketika Sirna
Pagi itu Alya terbangun dari tidurnya. Ia melirik tirai jendela kamarnya yang ditembus cahaya redup mentari di luar sana. Ia merasa sudah lapar. Dengan langkah gontai ia menuju dapur lalu membuka tudung nasi. Kosong! Tak ada apa-apa di sana. Tak seperti hari-hari sebelumnya, setiap pagi makanan selalu sudah tersaji karena Sadia yang memasaknya."Anak tidak tahu diuntung!" Ia menggerutu sambil melirik pintu kamar Naya yang masih tertutup rapat.Duak! Duak! Alya menendang-nendang pintu kamar itu, membuat gadis yang sedang tertidur di dalamnya terjingkat kaget."Ada apa, Bi?" Sahut Naya dari dalam kamar sambil bergegas membukakan pintu. Ia terbelalak melihat mata bibinya yang tengah memelototinya seolah matanya akan terlepas dari tulang tengkoraknya.Bukannya jawaban yang Naya dapatkan, namun sebuah jambakan keras di kepalanya yang membuat tubuhnya terhuyung ke luar kamarnya."Aaaaw!" Gadis itu memekik kesakitan sambil menatap bibinya dengan terkejut seolah tak percaya. Bibi yang selama i
Read more
Bab 24 Menunggunya
"Jika kau mati, maka kita akan mati bersama," kata-kata itu masih terngiang-ngiang di kepala Sadia sebelum akhirnya mata cantiknya tertutup sempurna. Terlihat senyuman di sudut bibirnya ketika kepalanya tergulai lemas di dada Husam, pria itu juga perlahan menutup matanya. "Tuhan, jangan lakukan ini padaku. Aku tak bisa hidup tanpanya." Air mata merembes membasahi pipinya. Ia masih bisa mendengar orang-orang meneriakkan nama mereka, sebelum akhirnya, semuanya menjadi gelap gulita, kegaduhan di sekitarnya tak terdengar lagi. Entah berapa lama semuanya menjadi gelap.Hingga setengah entah berapa lamanya, ia melihat seberkas cahaya menyilaukan memasuki matanya dengan paksa kemudian mendengar detakkan jantung yang tak beraturan. Sakit! Itu yang ia rasakan saat ini, matanya belum puas terpejam untuk meninggalkan dunianya yang kejam."Sepertinya dia sudah sadar!" Lamat-lamat Sadia mendengar suara seorang wanita."Ya Allah. Terimakasih!" Terdengar suara wanita lainnya. 'Kenapa mereka tak mem
Read more
Bab 25 Wanita Itu Kembali
Beberapa minggu telah berlalu, tabung oksigen telah dilepas. Dokter mengatakan keadaan Husam telah membaik mungkin akan segera sadar. Sadia sejak tadi terus memandanginya tanpa henti, ia terus berada di sampingnya. Ia takut jika Husam bangun dan ia tak ada di sebelahnya.Ada suatu perasaan yang muncul di hatinya yang Sadia sendiri tak tahu perasaan apa itu. Ia memilih untuk mengabaikannya. Yang jelas sekarang satu-satunya hal yang ia inginkan adalah Husam membuka matanya dan berbicara dengannya."Bi Sum pergilah dan tidurlah. Bibi sudah berhari-hari kurang tidur, bibi butuh tidur yang cukup." Sadia menatap Bi Sum, memohon padanya untuk membicarakannya menjaga Husam sendirian malam ini."Baiklah, tapi kau juga harus tidur." Jawab Bi Sum."Tidak, harus ada seseorang yang menjaga Husam.""Kalau begitu biar aku saja yang menjaganya. Lihatlah dirimu, kau pun sedang tak sehat. Aku sudah lelah menasihatimu, kau juga harus tidur cukup." Bi Sum memarahi Sadia, namun Sadia menatap Bi Sum dengan
Read more
Bab 26 Seolah Tak Pernah Terjadi
Sadia membungkuk di depan wastafel, membasuhkan air di wajahnya dengan kedua tangan. Ia memandang pantulan wajahnya yang basah di cermin, pipinya masih terlihat bersemu merah. Ia tak tahu bagaimana harus menghadapi Husam, ia heran pada dirinya sendiri yang sama sekali tak dapat menolaknya. Ia tak dapat menolak sentuhan dan kecupan darinya. Seolah ia juga menginginkannya."Tak apa-apa. Jangan panik." Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ia menghela nafas dalam-dalam. Dadanya kembang kempis mengatur irama nafasnya."Apa yang merasukiku? Kenapa aku menikmatinya?" Sadia teringat bagaimana dirinya merasa seolah berada di bawah pesona sihir yang membuatnya kembali menciumnya seolah-olah tak ada esok hari untuk melakukannya lagi.Mata Sadia mulai terasa berat, ia ingin tidur sejenak namun tak bisa. Ada sesuatu di alam bawah sadarnya yang memintanya untuk terus terjaga.Sadia berpikir keras bagaimana harus menghadapinya. Ia memutuskan untuk bersikap seolah-olah itu tidak pernah terjadi seh
Read more
Bab 27 Benar-benar Bodoh
Sadia terbangun dari tidurnya. Ia menggosok matanya lalu melirik jam dinding, jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga. Entah sudah berapa lama ia tertidur. Tiba-tiba terbersit keinginan untuk mengecek keadaan Husam. Ia bergegas pergi ke kamar sebelah.Begitu ia masuk, ia melihat Bi Sum masih menyuapi Husam seperti menyuapi anak kecil. Mata Husam berbinar menyadari kehadiran Sadia. Sadia berjalan mendekati Bi Sum. "Apakah tidurmu nyenyak?" tanya Bi Sum."Iya, sangat nyenyak." Jawab Sadia sambil menghindari tatapan Husam."Kalau begitu, kau bisa gantian menjaga Husam sekarang. Bibi sangat lelah, bibi ingin ke kamar sebentar untuk tidur siang." Bi Sum perlahan bangkit dari duduknya, membuat Sadia menjadi panik karena ia tak ingin bersama Husam."Tidak Bi. Sekarang aku lapar, aku mau makan dulu." Sadia beralasan."Bawa saja makananmu ke sini. Makanlah denganku." Dengan cepat Husam berbicara."Iya, bawa makananmu ke sini. Kau harus tidur di sini juga." Bi Sum menimpali. Wajah Bi
Read more
Bab 28 Tidur Bersama
Husam mengayunkan tangannya ke kanan dan ke kiri di depan wajah Sadia, membuat wanita itu seketika tersadar dari lamunannya."Apa yang kau pikirkan?" Tanya Husam."Tidak ada! Menyingkirlah! Kau bisa-bisa mematahkan tanganku sekarang!" Jawab Sadia ketus.Husam segera melepaskan pegangannya di tangan Sadia. Begitu tangannya terbebas, Sadia mendorong Husam, namun tangan itu justru menyentuh dada bidangnya. Untungnya, Husam memakai kemeja sehingga Sadia tak perlu melihat dada dan ototnya lagi yang membuat jantungnya berdebar aneh."Kau melupakan sesuatu.." Husam memperingatkan. Sadia terdiam sambil mengernyitkan dahinya.Husam mendengus pelan lalu menyeringai. "Tentang tiga permintaanku." "Tiga permintaan apa?" Tanya Sadia pura-pura tak mengerti."Jangan bermain-main denganku." Husam menunjukan wajah marahnya."Aku tak tahu apa yang kau bicarakan." Sadia memalingkan wajahnya mencoba mencari apa pun yang bisa membantunya untuk pergi melarikan diri tanpa membuat Husam terluka."Jadi, kau t
Read more
Bab 29 Pembelaan
Beberapa jam kemudian, mereka telah sudah duduk siap di dalam mobil. Mereka akan kembali ke rumah lama mereka. Rumah itu tak begitu jauh dari rumah Daniel. Ken mengemudikan mobil itu, sementara Husam duduk di sebelahnya, dan Sadia duduk di kursi belakang.Husam terlihat seolah menghindari Sadia, ia sama sekali tak menoleh ke belakang untuk melihatnya. Sadia merasa bingung, ia bertanya-tanya kesalahan apa yang sudah ia buat sehingga Husam tak mau melihatnya. Sadia mulai gelisah memikirkannya.Dua jam lebih telah berlalu, akhirnya rumah itu tercapai juga. Rumah itu terlihat begitu besar, dan tua. Para penjaga membukakan gerbang untuk menyambut mereka, dan Ken dengan segera memarkirnya mobilnya di dalam. Anak-anak buah Husam menyambutnya dengan hormat.Husam masih tidak melirik Sadia. Husam yang lucu itu sekarang sudah tidak ada lagi, pikir Sadia. Husam terlihat merenung sepanjang waktu, entah apa yang dipikirkannya. Sikap dinginnya membuat Sadia merasa seolah-olah selama ini ketika Hu
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status