Lahat ng Kabanata ng Hubungan Gelap Suami dan Adikku: Kabanata 51 - Kabanata 60
104 Kabanata
Bab 30.B
Karena kontrakan ini sangat sempit jadi tak memakan banyak waktu untuk membersihkannya, kusenderkan punggung ini ke tembok, sembari menikmati teriknya matahari yang menembus hingga ke dalam rumah."Sur, barang-barang lo udah di depan gang, ayok angkut sana," ucap Adi tiba-tiba dari balik pintu.Aku mendesah kesal, baru saja beristirahat raga ini, sudah ada pekerjaan lain yang menanti."Yaudah ayok." Aku bangkit lalu berjalan mengikuti Adi.Semua barang-barang sudah diangkut, rumah ini semakin sempit karena adanya barang-barang, Sonia terus saja meracau penuh emosi, tak sedikitpun ia iba dan mau membantuku yang sedang kepayahan.Istri macam apa begitu? mau enaknya saja!. Lama-lama aku jengah dengan sikapnya."Bro, gua balik ya!," pamit Adi."Ok, thanks ya, nih buat bayar sewa pick up dan buat beli rokok," ucapku sembari memberikan uang ke tangannya.Ia menerima uang itu dengan senyum mengembang.*Malam berkunjung, hanya mie instan yang tersaji untuk makan malam, Sonia masih saja cembe
Magbasa pa
Bab 31.A
(Pov Surya)"Bang, bangun udah siang."Samar terdengar Sonia menepuk-nepuk pipi, kelopak mata ini berat untuk mencelangakkan, hampir semalaman aku terjaga mengipasi tubuhnya yang kepanasan."Bentar lagi." Aku menggeliat lalu menarik selimut dan kembali terpejam."Yeh, malah tidur lagi, cepet cari kerjaan kalau Abang ga kerja-kerja bisa kelaparan kita, mana skincareku udah pada habis lagi," gerutunya sembari terus menggoyangkan tubuhku.Entah mengapa Sonia yang manis dan manja kini berubah menjadi sosok cerewet dan mengesalkan."Abang, bangun!" Suara cemprengnya terdengar memekik di telinga, terpaksa aku bangkit dan memaksa mata untuk terbuka."Cepetan mandi sana! Terus cari kerjaan, aku juga mau minta uang buat beli skincare, lipstick yang warna nude juga udah habis, parfum juga udah habis, dan aku juga laper belum sarapan, pagi ini aku mau sarapan nasi uduk," cerocosnya tiada henti."Ayok cepat!" Ia menarik tanganku. Terpaksa aku bangkit dan berjalan tergopoh-gopoh menuju kamar ma
Magbasa pa
Bab 31.B
."Sudahlah Sarah jangan bahas hal ini lagi, kita berdua juga hapy-hapy aja," jawab Zylan membela diri.Entah mengapa aku semakin yakin jika pelet itu salah sasaran."Betul kata Zylan, yang aneh tuh kamu surat perceraian kita aja belum keluar dari pengadilan, masa udah pacaran," cetusku menyindir untuk mengalihkan perhatian.Mulutku rasanya gatal sekali ingin memaki Sarah, bukankah ia masih dalam masa iddah mengapa sudah berani jalan dengan lelaki lain."Terserah aku dong, kok kamu sewot gitu sih, Bang. Kamu aja kemarin masih berstatus suamiku udah berani berzina dengan adikku sendiri, jadi ga usah ikut campur urusanku deh," jawab Sarah tak mau kalah.Skak matt! Aku sudah tak memiliki kata lagi untuk membalas perkataannya."Oh ya, Bang, Carla nanyain kamu terus, kalau bisa tengokin besok, itu juga kalau kamu mau, kalau engga ya terserah tapi konsekuensinya kamu akan kehilangan Carla, apalagi sebentar lagi akan ada orang yang menggantikanmu, kalau kamu masih abai siap-siap aja dilupaka
Magbasa pa
Bab 32.A
(Pov Sarah)Sebentar lagi perceraianku akan di resmikan, rasa lega dan kecewa bercampur menjadi satu."Ma, kapan Papa pulangnya?" tanya Carla membuyarkan lamunan."Katanya besok, Sayang," jawabku lembut, lekas ia duduk di sampingku."Ma, beneran ya Papa sama Mama udah cerai?"Aku menelan saliva mendengarnya, dari mana ia mengetahui kata itu?."Emang Carla tau dari mana?" jawabku setenang mungkin."Dari Jenny, Ma dia juga tahu dari Mamanya," ungkap Carla dengan polosnya.Aku diam, memikirkan kata yang pas untuk menjawab tanya Carla, jangan sampai lidah ini salah dalam menyampaikan.Aku jadi kesal pada Mbak Meta_tetangga sebelah, mengapa hal semacam ini bisa di sampaikan pada anak kecil, dasar tukang gosip! Bukan hanya ibu-ibu komplek saja yang ia ajak berghibah namun, anaknya juga ia ajak."Ma, emang bener ya?" tanya Carla sembari menatap wajahku, tatapan wajahnya seolah menuntut jawaban dariku."Emm ... iya cerai tapi ... walaupun cerai Mama sama Papa akan tetep jadi orang tua Carla,
Magbasa pa
Bab 32. b
"Waalaikumsalam, tumben, Dan malam-malam datang kesini?" "Tadi kebetulan lewat sini jadi, sekalian mampir." Ia menjawab sambil menggaruk kepalanya."Carla ayo salim sama Om Daniel," pintaku, ia pun menurut walau gurat kecewa di wajahnya belum menghilang."Duduk, Dan di luar aja ya, soalnya di dalam ga ada siapa-siapa ART sudah pulang tadi sore."Aku menyuruh Daniel duduk di kursi teras, bagaimanapun juga aku tak berani memasukkan tamu laki-laki, apalagi hari sudah malam dan statusku sedang menunggu masa iddah."Iya ga apa, kalian cuma berdua di rumah sebesar ini? tanya Daniel keheranan."Iya tapi, nanti Bapakku mau tinggal di sini katanya khawatir, paling lusa dia kesini," jawabku gugup.Entah mengapa aku mendadak gugup begini berhadapan dengan Daniel, apalagi penampilannya begitu keren malam ini, aroma tubuhnya pun begitu wangi."Oh bagus kalau gitu, kamu ada yang ngelindungin, aku jadi ga khawatir.""Hah!." aku terheran dengan ucapannya."Emang ga boleh aku khawatir sama temen send
Magbasa pa
Bab 33.A
"Sarah, kok manyun bibirnya, kamu cemburu yaa," ujar Daniel sambil terkikik.Aku menghela napas, berusaha mengurai kembali rasa agar pria itu tak curiga. Rasanya terlalu dini jika aku jatuh cinta kembali, sakit yang dulu saja belum terobati, tak mungkin saat ini aku kembali merajut cinta suci."Siapa yang cemburu sih, Dan. Emang tadi siapa? pacar kamu?" tanyaku mengintrogasi."Tuh 'kan kamu curiga." Ia terkekeh.Rupanya aku salah lagi, mengapa juga harus bertanya hal seperti itu."Pasti pacar kamu! Yasudah cepet jalan aku ngantuk," jawabku kesal.Akhir-akhir ini Daniel memang selalu bertingkah menyebalkan, ia selalu membuat rasaku terbang melayang, lalu dengan seketika ia hempaskan kembali rasa ini ke muka bumi dengan guyonannya."Ciee ngambek, dia itu bukan siapa-siapa kok, cuma temen," ujarnya membuat dadaku terasa lega.Dalam hati aku berdoa. 'Semoga aku tak jatuh cinta pada pria ini'."Sarah, kok diem?" ia bertanya memecah keheningan."Masa harus loncat-loncat!" jawabku datar.Ia
Magbasa pa
Bab 33.B
Aku menerka-nerka, apakah ini ada hubungannya dengan perubahan Zylan tempo hari yang tiba-tiba nyosor saat melihat Bang Surya.Tak masuk akal jika Zylan tulus mencintai Bang Surya, mengingat ia adalah orang pertama yang membongkar perselingkuhan Bang Surya dengan Sonia."Terus sekarang gimana keadaanya, Tante?" tanyaku khawatir."Ya gitu deh, dia ngelamun aja ga mau diajak bicara, makan juga ga mau kalau ga di paksa," jawab Tante Lita putus asa."Boleh kita lihat ke kamarnya, Tan?" tanya Daniel kini ia mulai bersuara.Tante Lita mengiyakan, dia mengantarkan kami ke kamar Zylan.Saat membuka pintu tatapan mataku tertuju padanya yang sedang duduk melamun di atas ranjang, tatapannya kosong, rambutnya kusut juga wajahnya terlihat pucat.Aku dan Daniel mendekatinya dengan perlahan."Zy, kamu kenapa?" tanyaku ramah seraya duduk di tepi ranjang.Dia melirikku dengan pandangan mengerikan, lalu setelah ia berteriak histeris."Sarah! Surya ada di mana? kenapa nomornya ga aktif terus? apa salahk
Magbasa pa
Bab 34.A
(Pov Surya)"Sayang, ini surat perceraian resmi Abang dengan Sarah sudah keluar, kapan kita nikah resmi?" tanyaku penuh harap.Ia hanya melirik sekilas surat itu, lalu fokus kembali pada layar ponselnya."Nanti ajalah, kalau Abang sudah punya kerjaan bagus, gaji gede, punya rumah mewah baru kita nikah resmi," jawabnya masih fokus pada layar ponsel.3 Bulan lebih aku menikahinya. Namun, tak juga Sonia mau berubah, bahkan semakin hari semakin acuh kepadaku.Semua ini gara-gara Zylan Si jand* gatal itu, ia sudah berjanji akan memberikan pekerjaan sebagai sekretaris. Namun, nyatanya aku malah di pekerjakan sebagai OB di kantor itu, karena tak ada pekerjaan lain lagi terpaksa aku menerima tawaran kerja itu.Dasar wanita kurang ajar! Apa salahku padanya, hingga ia habis-habisan mengerjaiku.Ia juga sudah berubah tak seperti dulu, tak pernah lagi menghubungi ataupun mencariku, mungkin pelet dari Ki Joko telah luntur dari dirinya."Kamu ini kenapa sih, bukannya dulu ngebet banget pengen nikah
Magbasa pa
Bab 34 B
"Sarah, aku minta maaf, aku minta nomor handhpone kamu ya, aku ganti kartu baru dan ga punya nomor kamu, gimanapun juga kita orang tuanya Carla harus tetap menjaga komunikasi," imbuhku memohon.Sebenarnya kartu lamaku di patahkan Sonia, ia juga meriset ponselku, hingga tak ada satu pun kontak yang tersisa."Kalau kamu ada perlu dengan Carla, ke rumah aja, aku masih tinggal di rumah itu, yah kalau Carla masih mau nerima kamu, aku sih ga yakin Carla itu sudah terlanjur kecewa sama kamu," jawabnya tegas."Sarah, aku minta maaf sebenarnya aku pengen jenguk Carla tapi ... aku belum punya rezeki lebih," jawabku berterus terang, biarlah sepertinya rasa maluku telah hilang."Jangan minta maaf ke aku! Minta maaf sama anakmu sana! Ayo, Dan," hardik Sarah sambil melotot lalu merangkul tangan Daniel.Seketika hatiku memanas, apa maksudnya Sarah bergandengan tangan dengan lelaki lain di hadapanku."Tunggu, Sarah! apa-apaan kamu gandengan tangan dengan lelaki lain? dia siapa kamu? pacar kamu? suami
Magbasa pa
Bab 35.A
[Sarah, pulang kerja bisa kita ketemuan dulu? ada hal penting yang ingin aku bicarakan]Satu pesan masuk dari Daniel, tak menunggu lama kubalas pesannya dengan senyum mengembang, hatiku selalu berbuga-bunga kala ia mengirimkan pesan.[Ketemu dimana?]Balasku.[Di Cafe Arista]Balasnya kembali.[Ok, nanti jam 5 aku OTW][Ok, cantik]Balasnya disertai emotikon cium.Aku tertawa geli melihatnya, akhir-akhir ini ia memang selalu bersikap humoris dan romantis.Saat ingin melanjutkan kerja, tiba-tiba Ibunya Bang Surya menelpon, gegas aku menekan tombol warna hijau."Assalamualaikum, Bu.""Waalaikumsalam, Sarah sekarang Surya ada di rumah sakit sudah 2 Hari, biasa penyakit vertigo-Nya kumat lagi, dia nanyain Carla kamu bisa ga bawa dia kesini?" pinta Ibu dengan ramah."Duh, gimana ya masa bawa anak kecil ke rumah sakit, Bu," jawabku bimbang."Cuma sebentar saja, pakein masker sama sarung tangan kalau perlu, kasihan Surya kemarin malam sempat ga sadarkan diri, cuma sebentar kok, Sarah," ucap
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status