Semua Bab Hubungan Gelap Suami dan Adikku: Bab 31 - Bab 40
104 Bab
Bab 20.B
Bab 20.BKepalaku terasa berat, semua orang membuatku kesal hari ini. Uangku sudah mau habis bagaimana caranya untuk membayar biaya Rumahsakit."Aduh kok bisa kepeleset sih, Bu makanya kamar mandi tuh harus rajin di sikat biar ga licin," sindirku kesal."Kamu tuh ya malah nyalah-nyalahin ibu ... yang salah tuh kamu ngapain pake ngehamilin anak saya ... jangan banyak omong cepetan kesini," jawab ibu ketus.Baru kali ini Ibu mertua memarahiku, biasanya ia selalu bersikap hormat ketika aku dan Sarah mengunjungi rumahnya."Iya, tungguin aja nanti malam nyampe," balasku kemudian telpon kumatikan.Mobil kulajukan, sembari menyetir otakku terus berputar bagaimana caranya agar mendapatkan uang untuk biaya Rumahsakit Sonia, aku sangat yakin Ibu tak akan mau membayar biaya Rumahsakit Sonia , apalagi Bapak ia terang-terangan tak menyukai Sonia, karena menurutnya Sonia adalah anak hasil dari selingkuhan istrinya.Aku mendapat ide untuk mengambil perhiasan milik Sarah, aku sangat tahu betul dimana
Baca selengkapnya
Bab 21. A
Bab 21.A(Pov Sarah)Pagi-pagi sekali Bang Surya bertandang ke Kantor, kukira ada hal penting yang ingin ia sampaikan tapi ternyata ia hanya mencari-cari perhatianku saja.Brownies cokelat yang dibawa oleh Surya nampaknya enak, kebetulan juga perutku belum terisi sejak pagi."Bu, ada pengacara yang mau ketemu ibu," ujar Sekretarisku."Suruh masuk aja."Kue brownies kembali aku tutup kemasannya."Selamat Pagi, Bu Sarah," sapa Pengacara yang bernama Bu Novia"Pagi, Bu, oh ya ini berkas-berkas penceraiannya, saya percayakan semuanya pada Ibu, saya ga akan hadir di persidangan nanti.""Saya cek dulu ya." Ia mengecek satu persatu berkas yang kuberikan."Semuanya lengkap ya, Bu Sarah, kalau Ibu ga mau hadir gapapa, itu akan mempercepat proses perceraiannya," ujarnya seraya membetulkan kacamata.Aku menganggukan kepala seraya menyunggingkan senyum."Kalau gitu saya permisi ya, Bu."Bu Novia keluar dari ruang kerjaku, entah mengapa jiwaku berontak ingin segera memakan kue brownies pemberian B
Baca selengkapnya
Bab 21.B
Bab 21. B"Tunggu, Zy! ... kamu cinta Surya? sejak kapan?" aku bertanya seraya menelisik wajahnya kembali."Se-sejak ... aku ga tau pokoknya aku cinta Surya, kamu jangan pernah mencoba menyakitinya atau pun memisahkan kami berdua," jawabnya tegas kemudian beranjak kembali ke ruangannya.Aku menggaruk kepala yang tertutup hijab seraya menatapnya tubuhnya yang sudah menjauh, ada apa dengan Zylan?."Rah!"Terperanjat, Daniel menepuk pundakku."Zylan kenapa sih, kok aneh gitu? yang bener aja masa cinta sama Surya," ungkapnya sembari cengengesan.Daniel pun sama herannya denganku."Kita samperin ke ruangannya yuk," ajak DanielKami berdua melangkah menuju ruang kerja Zylan, lalu mengintipnya dibalik pintu, memang tak ada yang aneh ia sedang sibuk bergelut dengan laptopnya, dan aku memutuskan untuk masuk seorang diri."Ada apa, Rah?" ia bertanya."Gapapa, aku masih bingung emang bener kamu cinta Surya?" tanyaku sembari duduk dihadapan meja kerjanya.Ia diam lalu menghembuskan nafasnya."Aku
Baca selengkapnya
Bab 22.A
Bab 22.A(Pov Sonia)"Sarah, kata Ibu, kamu mau mendonorkan darah buat Sonia, bener ga?" tanya bapak"Engga jadi, Pak.""Syukurlah, Bapak ga rela kamu mendonorkan darahmu walau setetes pun pada Sonia."Samar kudengar suara riuhnya orang mengobrol, perlahan kelopak mata ini kubuka, masih sedikit terasa pusing tapi yang membuatku resah ialah janin yang ada dalam rahimku.Kutatap wajah orang yang mengelilingiku satu persatu. Ibu, bapak, bang Surya juga Sarah.Untuk apa wanita itu ada disini? apa ia ingin menertawakan nasibku?"Kamu udah sadar, Sayang?" tanya Bang Surya.Bagaikan terbang di udara raga ini mendengarnya memanggilku 'Sayang' di hadapan Sarah. Syukurin dia pasti terbakar cemburu!."He-em."Aku mengaggukkan kepala tanda jawaban."Anak kita gimana?" tanyaku lesu."Anak kita gapapa, dia kuat kok," jawabnya seraya tersenyum.Ah, aku jadi makin cinta. Apalagi Bang Surya berjanji akan membelikanku sebuah rumah dan juga mau buka usaha sendiri. Lengkap sudah kebahagiaanku."Kalu anak
Baca selengkapnya
Bab 22.B
Bab 22.BDua Hari kemudian Dokter membolehkanku untuk pulang, Bang Surya dan ibu begitu semangat menyambut kepulanganku, tetapi ada saja yang membuatku kesal, rupanya Sarah menginap di rumah ibu.Saat hendak memasuki kamar tiba-tiba"Eh jangan masuk, di kamar itu ada Sarah," ucap Bapak mencegahku.Aku menghentakkan kaki saking kesalnya, padahal tubuhku masih lemah butuh istirahat, selalu saja dia membela Sarah si anak emas itu. "Udah gapapa kamu ngalah aja, kita duduk di kursi yuk," ajak Bang Surya, sambil menuntunku duduk di ruang tengah Tiba-tiba ada segerombolan ibu-ibu tetanggaku bertandang ke rumah, entah apa tujuan mereka datang kemari."Eh Ibu-ibu, mau jenguk Sonia ya?" tanya ibu seraya menghampiri."Engga kami mau ketemu Sarah, dia belum balik 'kan?"Amarahku mulai menguap mendengar nama itu, mengapa selalu Sarah dan Sarah yang di banggakan orang-orang."Eh ada apa ya cari-cari aku?" tiba-tiba Sarah keluar dari kamar.So kecentilan!Kemudian mereka masuk ke rumah tanpa disur
Baca selengkapnya
Bab 23.A
(Pov Sarah)"Sarah, tunggu!"Terdengar suara bang Surya memanggil."Sudah biarkan saja lelaki brengsek itu," ucap bapak."Sarah!"Kembali ia berteriak, kali ini ia sudah berada tepat di hadapanku dengan nafas terengah-engah, dengan tatapan nyalang bapak memarahinya."Ngapain kamu nyusul-nyusul anak saya? urusin tuh selingkuhan kamu sama calon bayinya," cetus bapak."Ayok, Sarah jangan diladenin."Bapak menarik pergelangan tanganku, tapi seketika Bang Surya menahannya."Tunggu, Sarah, aku mau bicara sebentar," ungkapnya mengiba."Ya sudah cepat!"Kali ini bapak mengalah dan mempersilakan bang Surya berbicara."Aku ingin bicara berdua saja, bolehkan?""Tak boleh!"Secepat kilat bapak menjawab, Bang Surya menghela nafas ia terlihat putus asa."A-aku ga punya uang buat bayar biaya rumah sakit, aku boleh emm, minjam uang dulu ga?" ia bertanya dengan gugup.Ingin sekali aku menertawakannya, tapi terlebih dulu bapak menyela dengan kata-kata pedasnya."Dasar ga tahu malu, selama ini sudah num
Baca selengkapnya
Bab 23.B
"Kurang ajar kamu anak h*ram!, berani-beraninya kamu melemparkan sesuatu ke wajah Sarah ... dasar wanita ga tau malu, ga tau diuntung sudah merusak rumah tangga anakku sekarang kamu sakiti dirinya," teriak Bapak dengan nyalang. Semua ibu-ibu menghampiriku untuk mengetahui apa yang terjadi, mereka semua merasa kasihan terhadapku. "Bapaak," lirih Sonia seraya memegang pipinya. "Ya Allah, Sonia kenapa kamu berbuat kasar sama kakakmu sendiri, lihat Sarah keningnya sampe biru begini." Ibu pun merasa iba setelah melihat keningku yang membiru dan sedikit menonjol. "Lebih baik kamu pergi dari rumah ini! ... kamu menyakiti Sarah maka kamu juga menyakitiku!, selama ini aku mendiamkanmu tapi tetep aja kamu kurang ajar," teriak bapak seraya menunjuk-nunjuk wajah Sonia. "A-aku ga maksud ngelempar ka Sarah, Pak," jawab Sonia membela dirinya. "Aku sudah muak melihatmu disini, lebih baik kamu pergii!" Amarah bapak begitu menggelora, ia memang sangat menyayangiku bahkan bisa dikatakan jika aku
Baca selengkapnya
Bab 24.A
Bab 24.A HU"Sarah, aku mohon. Kamu jangan egois, selama lima tahun aku mengurus perusahaan kamu, tolong kali ini saja bantu aku."*"Kamu bisa jual mobil itu, tanpa harus merendahkan diri dihadapan orang yang kamu sakiti!" tegasku dengan tubuh bergetar.Mata ini menatapnya penuh kebencian, jika ini bukan di rumah sakit sudah pasti aku akan berteriak sekencang mungkin."Sarah, jual mobil itu ga kaya jual gorengan yang langsung laku seketika," jawabnya memelas.Tanpa mengucap kata, aku beranjak dari hadapannya, tapi wajah menjijikan itu terus saja mengikutiku hingga parkiran mobil."Sarah! Sarah! buka pintunya!"Ia terus mengetuk-ngetuk pintu, tapi netraku tak sedetik pun menatapnya, secepat mungkin mobil melaju meninggalkan Bang Surya yang sedang termenung putus asa.*"Sarah mau pulang sekarang, Pak."Aku berkata seraya mengemas barang-barang."Yang sabar, Sarah, Bapak juga pernah di posisimu, cuman waktu itu Bapak memilih bertahan dan bersabar karena memikirkan nasib kalian."Bapak
Baca selengkapnya
Bab 24B
.Rasa penasaran menyelimuti, aku dan kak Shanaz gegas menemui tamu itu.Dari ruang tamu aku memandangnya, seorang perempuan muda dengan gaya yang modis membelakangi. Rambut lurus itu tergerai dengan indah."Siapa itu?" tanya kak Shanaz.Aku menggelengkan kepala."Mbak, cari siapa ya?" tanyaku.Kini posisiku berada tepat di belakangnya, wanita itu membalikkan badan seraya melepas kacamata hitamnya."Aku, Diana tujuanku kesini mau merebut kembali hak suamiku," ucapnya dengan tegas.Aku mengerutkan dahi seraya menatapnya heran, apakah wanita ini salah alamat?."Suami? siapa suami, Mbak?"Wanita itu terlihat menghela nafas seraya memandangi tubuhku dari ujung kaki hingga ujung rambut denga tatapan mengejek."Kamu 'kan yang ngerampas perusahaan milik bang Surya? sekarang aku minta balikin semua harta milik Surya," jawabnya ketus.Entah siapa lagi wanita ini, apakah selingkuhan baru bang Surya? atau istri simpanannya?.Hatiku terus bertanya-tanya."Mbak ini ga salah alamat 'kan? ... Surya
Baca selengkapnya
Bab 25A
Ternyata wanita Itu.Ya, Allah siapa lagi wanita itu?. Apakah ia juga istri bang Surya? atau pacarnya yang ingin meminta pertanggung jawaban bang Surya?.*"Assalamualaikum, Kak," ucapnya lembut.Namun lidahku terasa kelu seakan berat untuk menjawab ucapan salamnya."Kak, Sarah!"Wanita itu kembali memanggil namun jiwa ini serasa kosong belum pulih sepenuhnya, hingga tak menyadari jika sosok itu mengenaliku."Kak! kok diem, lupa ya aku Anisa temennya Sonia," ucapnya seraya menatapku tiada henti.Seketika aku terkesiap ternyata wanita ini bukan kekasih atau pun istri simpanan Bang Surya."Oh, Anisa aku sampe ga ngenalin, abis kamu beda banget sekarang," jawabku gelagapan."Aku sekarang gendut ya?" tanyanya cemberut"Iya subur," candaku sambil terkikik."Ih, Kakak," jawabnya manja."Ya wajar gendut 'kan lagi hamil, dulu juga Kakak gitu," balasku.Hadirnya Anisa sedikit membuatku merasa lega dan obrolan kami pun berlanjut hingga tak terasa waktu begitu cepat berlalu.*1 minggu kemudian
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status