Lahat ng Kabanata ng Hubungan Gelap Suami dan Adikku: Kabanata 41 - Kabanata 50
104 Kabanata
Bab 25B
"Ya ga tahu, bukan urusan Bapak yang jelas Bapak ga mau jadi wali nikahnya, Ibu kamu juga sudah ngaku kalau Sonia bukan anak Bapak tapi anak Si Suryadi s*alan itu," ungkap bapak kesal.Aku menatap wajah Bapak dengan lekat, garis-garis halus di wajahnya seolah mencerminkan deritanya selama ini.Tinggal satu atap bertahun-tahun dengan orang yang sudah berkhianat itu sangat menyakitkan, dan bapak pasti melalui hal itu tidak mudah.'Luar biasa kau, Pak bisa mengenyampigkan perasaanmu demi anak-anakmu' batinku.Dalam riwayat Ibnu Abbas, dinyatakan,ومن ادعى ولدا من غير رشدة فلا يرث ولا يورث“Siapa yang mengklaim anak dari hasil di luar nikah yang sah, maka dia tidak mewarisi anak biologis dan tidak mendapatkan warisan darinya.” (HR. Abu Dawud, kitab Ath-Thalaq, Bab Fi Iddi’a` Walad Az-Zina no. 2266)Dalil lain yang menegaskan hal itu adalah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abdullah bin Amr bin Ash, beliau mengatakan,قَضَى النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ مَنْ كَا
Magbasa pa
Bab 26.A
(POV SONIA)"Bu, Pak, saya ingin meminta izin untuk menikahi Sonia secepatnya, tolong restui kami yah," ucap Bang Surya dengan sungkan.Bapak juga ibu terdiam sejenak."Tapi Sonia 'kan baru aja kuret masa langsung nikah." Kini ibu yang bersuara."Iya tahu, Bu, saya ga akan minta nafkan batin kok sebelum waktunya, saya hanya ingin mengikatnya supaya ga terjadi perzinahan lagi diantara kami," jawab Bang Surya tegas.Ibu diam, begitu pun dengan Bapak."Sama Sarah aja belum resmi bercerai sekarang mau nikah lagi dengan adiknya, apa kamu masih waras?" cetus Bapak seraya mematikan rokok ke dalam asbak.Hatiku harus tahan banting ketika mendengar ucapan pedas lelaki tua itu, rasanya sudah tak sabar ingin segera meninggalkan tempat ini sejauh mungkin."Saya 'kan udah talak Sarah, Pak, waktu itu dan sekarang tinggal nunggu surat cerainya aja dari pengadilan," jawab Bang Surya"Emang kamu tahu dari mana kalau Sarah ngurus surat-surat cerainya?" tanya bapak dengan tatapan mengejek.Aku mulai ger
Magbasa pa
Bab 26.B
(POV SONIA)"Iya, besok kita pindahan ya, aku ga betah lama-lama disini," ungkapku."Iya," jawabnya singkat.Kemudian kami terlelap dalam mimpi masing-masing, tak ada malam pertama yang spesial, Bang Surya sangat mengerti akan diriku.*Pagi berkunjung, aku berpamitan pada ibu, barang-barang sudah kukemasi sejak subuh tadi."Bu, kita pamit ya daoakan supaya kami selamat sampai tujuan," ucapku.Wanita yang melahirkanku itu memelukku dengan erat seraya berbisik. "Hati-hati ya Sonia, maafkan Bapakmu, maafin Ibu juga."Kami saling melepas pelukan, lalu ujung jariku menyeka tetesan bening yang menitik di pipi ibu."Gapapa, Bu Bapak benar untuk apa dia hadir disini aku memaklumi kok, aku udah maafkan Bapak dan juga Ibu," ungkapku seraya tersenyum.Kini kami mulai meninggalkan rumah itu secara perlahan, mobil yang kutumpangi sudah melaju di jalanan utama."Bang, kok kamu diem kamu marah ya karena tadi malam ga dapet jatah," ucapku memulai obrolan.Namun wajah itu tetap menegang, seakan mengk
Magbasa pa
Bab 27.A
(Pov Sarah)"Bagaimana, Bu keadan Diana?" tanyaku pada Ibunya Diana.Kali ini sudah 2 kali aku menjenguknya yang sedang terbaring di ruang ICU.Ada rasa bersalah yang terbesit di hati, seandainya aku bisa menjaga lisan ini, pasti Diana tak sampai terkena serangan jantung."Diana itu lemah jantung sejak kecil, Nak Sarah."Ia berkata seraya menitikkan air matanya, wanita yang kuperkirakan berusia 55 Tahun itu duduk seorang diri di bangku tunggu depan ruang ICU."Suaminya sudah kesini, Bu?" tanyaku peduli.Ia menggelengkan kepala, tentu saja Bang Surya sedang menikmati bulan madunya bersama Sonia, mana mungkin ia ingat dengan istri simpanannya ini.Aku tak mengerti dengan perasaan ini, harusnya aku membenci Diana karena ia istri simpanan Bang Surya namun, justru sebaliknya aku malah merasa iba."Keluarga, Bu Diana?" tanya seorang Dokter yang baru keluar dari ruang ICU."Iya, ada apa dengan anak saya?" Ibunya Diana menghampiri."Mohon maaf kami tidak bisa menyelamatkan pasien, ini sudah k
Magbasa pa
Bab 27.B
Kuputuskan untuk melangkah ke dalam menemui Ibunya Diana yang sedang di rundung Duka."Ibu yang sabar ya, maaf Sarah ga bisa lama-lama disini," ujarku lalu memeluknya untuk memberikan kekuatan."Iya, Neng, terimakasih ya sudah takziah kesini," lirihnya.Bang Surya menyadari keberadaanku lalu ia menengok dan menatapku, ia tercengang ketika pandangan mata kami beradu, setelah itu aku beranjak meninggalkam rumah duka dan membawa luka dalam hati.selama perjalanan pulang, terus aku merutukki diri sendiri, seandainya lisan ini dapat kujaga pasti Diana masih bernyawa, seandainya aku berpura-pura tak tahu waktu.Namun rasa sesal ini tiada guna, karena Yang Maha Kuasa sudah berkehendak sesuai kehendaknya.*Pagi berkunjung, terdengar teriakkan seorang wanita menggema di seluruh ruangan.Aku yang sedang menyantap sarapan pagi bergegas menghampiri asal suara tersebut."Sonia, ga sopan kamu ya teriak-teriak di rumah orang, ini masih pagi," ucapku sinis"Eh pelakor, puas kamu semalaman tidur sama
Magbasa pa
Bab 28.A
Bab 28.A HU(Pov Surya)Deerrrt! Derrrt!Ponselku berdering sejak tadi."Halo.""Halo, Nak Surya ini Ibu, Diana masuk rumah sakit, dia kena serangan jantung, kamu cepet kesini ya," pinta Ibu mertuaku di sebrang sana."Gimana ya, Bu aku lagi sibuk, tapi nanti aku usahain ya, sementara ini aku minta tolong Ibu jagain Diana, kalau urusanku selesai nanti langsung ke rumah sakit," jawabku berbohong.Mengganggu saja! disini aku sedang berbahagia karena sebentar lagi akan menikah dengan Sonia."Oh gitu ya, Nak. Yasudah kamu cepet urusin kerjaannya ya, Ibu tunggu," jawabnya kembali."Iya, Bu sabar ya," pintaku lalu telpon ku matikan.Ada-ada saja istri simpananku itu kerjaannya bikin repot setiap waktu, lihat saja jika aku sudah resmi menikah dengan Sonia akan kuceraikan kamu Diana!.Sekarang aku akan memiliki Sonia dan Diana sudah tak dibutuhkan lagi kehadirannya di hidupku, jahat? ah masa bodoh yang penting aku senang dan puas.Selama hidup bersama Sarah memang aku memiliki istri simpanan,
Magbasa pa
Bab 28.B
(POV Surya)Saat tengah meratapi jenazah Diana, aku tercengang mendengar suara wanita yang sudah tak asing lagi. Sarah, untuk apa ia di sini? ia memeluk erat mertuaku dengan akrabnya, netraku tak henti memandangi sosok wanita yang memakai pakaian serba hitam itu.Pandangan kami sempat beradu namun, aku tak bisa untuk menyapa.*Pagi berkunjung, aku ikut serta dalam pemakaman Diana. Semalam suntuk mata ini belum juga terpejam.Berkali-kali Sonia menghubungi namun, tak satu pun aku menjawabnya, entahlah aku sedang tak ingin berdebat dengannya kali ini.Setelah proses pemakaman Diana selesai, aku duduk di bangku teras di temani secangkir kopi hitam, duduk termenung memikirkan langkah apa yang harus ku tuju ke depannya."Nak Surya jangan melamun, sudah ikhlaskan saja Diana," sapa mertuaku yang tiba-tiba menghampiri.Padahal aku melamun tidak sedang memikirkan Diana, begitu baiknya mertuaku itu."Iya, Bu insyaallah Surya ikhlas," jawabku."Nak Surya sebenarnya, Diana itu punya banyak huta
Magbasa pa
Bab 29.A
(Pov Surya)"Pak! Halo!"." I-iya, Bu saya akan bayar secepatnya, emm nanti saya anterin uangnya ke rumah ya," jawabku gelagapan."Ok kalau gitu saya tunggu ya, Pak kalau bisa secepatnya soalnya saya lagi butuh."Telpon di matikan.Mobil kulajukan dengan kecepatan tinggi, rasa kesal yang menyeruak membuat rasa takutku menjadi hilang.Tiba di rumah aku disambut oleh wajah Sonia dengan tatapan bengis, ia pasti sudah menyimpan beribu-ribu pertanyaan yang siap menghujaniku."Sayang," sapaku seramah mungkin.Bukannya tersenyum malah semakin tajam tatapan itu, seolah ia ingin memakanku hidup-hidup."Jawab jujur semalaman Abang ada dimana?!" teriaknya dengan nyalang.Beberapa orang yang lalu lalang sempat melirik sekilas menyaksikan pertengkaran kami, dengan sigap aku menarik tangan Sonia dan membawanya masuk ke dalam rumah."katanya mau jenguk Carla yang lagi sakit, tahunya kamu lagi di rumah istri simpanan kamu 'kan?" kembali ia bertanya.Baru kali ini aku diperlakukan serendah ini oleh se
Magbasa pa
Bab 29.B
Membosankan! sosok Sonia yang asyik dan menyenangkan kini telah lenyap berganti dengan sosok bengis dan matrealistis, uang terus yang ada dalam otaknya."Permisi!"Suara seseorang memecah perdebatan di antara kami, ternyata Bu Rani pemilik rumah ini yang bertandang, kami pun menyudahi sarapan ini dan bergegas mengangkat barang-barang yang sudah di packing rapih sejak semalam ke dalam mobil."Pak Surya jadi ngontraknya ga di terusin ya, mana kunci rumah?" tanya Bu Rani menghampiri, sesekali ia celingukan melihat-lihat ke penjuru rumah ini."Iya, Bu saya ga sanggup bayar kemahalan, padahal rumahnya kecil," sindirku seraya menyerahkan kunci rumah ke tangannya.Bu Rani nampak tersinggung dengan ucapanku, ah masa bodoh memang itu kenyataannya.Semua barang-barang sudah di angkut ke dalam mobil, kini aku dan Sonia mulai meninggalkan tempat ini.Sepanjang perjalanan kami tak bertegur sapa, hanya ada keheningan menyelimuti, tatapan Sonia fokus ke arah jalan dan sesekali ke layar ponselnya.Be
Magbasa pa
Bab 30.A
.(Pov Surya)"Bang, Ojek!" teriakku pada seorang pengendara motor yang berjaket hijau, aku yakin ia adalah tukang ojek online."Order dulu lewat aplikasi, Mas," jawabnya seraya melirik ke belakang."Kelamaan, ponsel saya ketinggalan, buruan jalan nanti saya bayar dua kali lipat," pungkasku seraya naik ke atas motor.Abang tukang ojek itu mendengus lalu melajukan motornya, sepanjang jalan perasaan khawatir terus mendera, berbagai fikiran buruk berkecamuk.Takut jika Sonia kecelakaan di jalan, karena ia belum terlalu pandai menyetir mobil, aku takut mobilnya rusak parah.Aneh! kok aku malah mencemaskan mobilnya ya, bukannya mencemaskan istri sendiri."Bang, nih duitnya," ucapku seraya menyerahkan uang selembar dua puluh ribu"Mas tunggu! ... katanya mau bayar dua kali lipat gimana sih!" jawab tukang ojek keberatan.Terpaksa aku merogoh saku celana tapi, tak ada uang sepeserpun yang kutemukan, alamat di omelin tukang ojek nih!."Maaf ya, Bang emmm ... duitnya kagak ada lagi," tuturku se
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status