Lahat ng Kabanata ng Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya : Kabanata 51 - Kabanata 60
131 Kabanata
menuju sidang
Ya, proses terus bergulir, setiap perkembangan yang terjadi, Didit selalu mengabarkanku. Ia juga banyak membantuku dalam mengarahkan cara memberikan keterangan terhadap pertanyaan pertanyaan polisi yang menjebak dan bisa membuat aku yang jadinya akan dihukum.Aku sangat beruntung, sahabatku itu hadir di saat terbaik dan meringankan langkahku, setidaknya setelah orang orang tahu aku terhubung dengannya, gangguan dan teror sedikit berkurang.Selagi duduk santai di sofa ruang tamu, tiba-tiba telepon berdering dan aku segera bangkit untuk mengambil ponselku dan menggeser tombol hijau."Halo, Assalamualaikum," sapaku."Waalaikumsalam Apa kabar Sakinah?" tanya suara khas dari seberang sana."Oh, Pak Polisi rupanya," gumamku sambil tersenyum kecil."Kenapa tiba-tiba kau berkata formal aku jadi merinding," ujarnya sambil tertawa."Aku senang karena kamu selalu membuatku tertawa, aku sungguh butuh hiburan akhir akhir ini," balasku. "Oh ya, ada kabar apa menelponku?""Begini, kami susah berkoo
Magbasa pa
sidang dimulai
Kami beranjak melewati rombongan mertua dan Mas Yadi yang masih terbelalak melihat gestur percaya diri kami berdua. Sesampainya di kursi, Didit mempersilakan aku duduk sembari menunggu pembawa acara sidang mempersilakan kami masuk.Sidang pun dimulai dengan mempersilakan majelis hakim masuk, diikuti oleh kami dengan kuasa hukum masing-masing. Lalu Hakim anggota membacakan pendapat dan mencoba memberikan saran agar kami sebagai pihak tergugat dan penggugat saling damai dalam agenda mediasi mengingat kami pernah saling mencintai, memiliki dua oran anak dan mereka mengingatkan kembali makna dan hakikat sesungguhnya membina pernikahan."Saudara penggugat, Nyonya Sakinah, Apakah anda sudah yakin tetap ingin bercerai," tanya Hakim Ketua."Ya, saya yakin.""Dan kepada Anda Saudara Suryadi selaku pihak tergugat, sudahkah Anda menerima salinan berkas gugatan yang kami kirimkan ke alamat Anda?""Sudah."Setelah bertanya panjang lebar bagaimana pendapat kami masing-masing sebagai suami istri
Magbasa pa
mertua
Mertuaku menelponku untuk memberitahu bahwa mereka dan rombongannya akan datang sore nanti, aku akan membuat kesepakatan dan menandatangani apa yang kami bicarakan.Sementara menunggunya aku akan memanfaatkan hal itu untuk pergi menemui Kolonel William, ketua majelis hakim yang menangani sidang perkara Mas Yadi.Kuparkirkan mobil di depan pintu gerbang rumah yang cukup mewah ini untuk ketiga kalinya. Kupencet bel dan penjaga datang, kuminta ia memberitahu bosnya bahwa aku datang untuk menemuinya dan itu penting.Tak lama kemudian satpam kembali dan mempersilakan aku masuk dan menungu di ruang tamu."Jadi katakan, ada apa?""Mohon izin sebelumnya jika boleh tahu, apakah anak dan menantu Bapak tinggal di sini?""Apakah ini tentang mereka?" tanya pria paruh baya itu dnegan nada tegas."Mohon izin, sebenarnya tentang saya, namun, ini berkaitan juga dengan mereka, saya ingininta tolong Pak William," ungkapku berhati-hati."Kalo begitu silakan," ujarnya sambil menyenderkan badan.Sebenarnya
Magbasa pa
jarak
"Kau ini bicara apa?""Hanya bercanda," jawabnya sambil tergelak dan masuk ke mobilnya.Mobil membelah jalanan ramai, udara sore yang sedikit sejuk di tambah sinar mentari yang masih cerah sesaat membuat hati ini sedikit bahagia, namun kebahagiaan itu sedikit kurang sempurna dengan adanya kegelisahan akibat masalah rumah tanggaku. Jika bisa, aku ingin hidup tentram dan damai, aku ingin mendapatkan ketenangan batinku dan menyempurnakan hidup yang berharga ini dengan meraih semua mimpiku dan msmgantar kedua putriku menuju kesuksesan, hanya itu yang aku inginkan."Mudah-mudahan setelah masalah ini berakhir aku bisa hidup tenang," batinku sambil menghela napas pelan."Ada apa kamu?" tanya sahabatku itu."Tidak ada, sedang berfikir saja," jawabku."Apa yang sedang kamu pikirkan memangnya?""Diri sendiri."Sesaat ia mengernyit pelan, "Ada apa?" tanyanya."Tidak ada, aku hanya berdoa, semoga setelah semua ini selesai aku bisa membuka lembaran baru dan membenahi hidupku.""Amin," jawabnya s
Magbasa pa
tak tau serius atau tidak
Satu setengah bulan berlalu,Kujalani hidupku seperti semula dengan damai. Atas inisiatif ingin menenangkan diri aku membeli sebuah rumah yang agak jauh dari pusat kota agar aku bisa tenang dan tidak lagi terkenang pada kehidupan pernikahanku sebelumnya.Kedua anakku juga terlihat lebih bahagia seiring berjalannya waktu. Hidup kami nyaris sempurna karena kini kami lebih punya banyak waktu luang untuk bersama. Biasanya di akhir pekan kami akan pergi jalan-jalan dan menghabiskan quality time dengan belanja dan makan dan kedua anakku selalu antusias untuk itu.Seperti sore ini, setelah puas berjalan jalan kami menikmati angin laut yang bertiup menyejukkan di bangku cafe sembari menikmati senja."Mama, aku senang karena saat ini Mama lebih ceria dan bahagia, kuharap kita sungguh berada dalam damai saat ini.""Amin, ya Allah, kita akan saling mendukung ya, Nak," ujarku."Oh ya, Ma, Om Didit sahabat Mama baik juga ya," ujar Imel."Iya, dia memang baik, " balasku sambil tersenyum."M
Magbasa pa
tiga serangkai
Ketika asyik duduk menikmati suasana malam sambil mendengarkan musik dan membaca majalah, tiba-tiba pintu rumah diketuk."Masuk," suruhku tanpa beranjak dari kursi.Seorang wanita berperawakan sedang datang, duduk di hadapanku sambil mengusap sudut mata."Apa yang terjadi?""Aku minta maaf, aku ingin memohon ampun atas semua kesalahan saya karena membela Letkol Yadi.""Oh, ya, memangnya apa yang terjadi?""Suami saya terancam dipecat karena saya terlibat pada masalah Ibu," jawabnya."Lalu apa yag bisa saya lakukan? Semuanya sudah terjadi dan tidak bisa diperbaiki, meski saya mengampuni kamu proses peradilan tetap berjalan, dan Dika suamimu, tetap akan mendapat hukuma karena perbuatan istrinya," jawabku."Mohon bantu saya, apapun yang terjadi minimal dia jangan dipecat, kami punya anak yang harus kami hidupi," balasnya."Aku tak berwenang atas itu, Novita. Lagipula jika itu sungguh terjadi, maka itu di luar kendaliku. Kamu juga salah,itu akibat perbuatanmu mengkhianati orang yang tul
Magbasa pa
tentang aku
Sepulangnya dari persidangan Mas Yadi, aku langsung masuk ke dalam rumah, lalu merebahkan diri di kamar dan melepas penat.Aku menerawang sambil berbaring pada dinding dan langit-langit kamar lantas memindai keadaan ruangan ini yang masih sama seperti dulu, masih ada foto pernikahan kami dan foto ketika mendampinginya sesudah acara kenaikan pangkat.Entah kenapa aku belum menyingkirkan bingkai itu dari dinding, mungkin karena terlalu sibuk atau belum sempat melakukannya namun aku merasa lucu mendapati gambar mengamabadikan momen kebahagiaan usang kami.Kuhela napasku berkali-kali hingga di dalam dada merasa sedikit lebih baik. "Inikah suratan takdir yang Kau gariskan untukku ya Allah. Aku tak menyangka," desahku pelan.Siapa yang mengira pernikahan langgeng dan mesra kami akan berakhir begitu saja oleh orang ketiga. Kupikir kami sudah punya pondasi yang kuat berupa cinta dan kepercayaan satu sama lain tapi ternyata itu semua hanya ilusi semata. Dan pada akhirnya aku harus melepas
Magbasa pa
ada yang pergi
Hari Minggu yang cerah ketika sinar mentari berpendar dengan begitu hangatnya.seusai berolahraga dan membantu meringankan tugas si Bibi sejenak, kami lalu menikmati sarapan dan bersantai di taman belakang."Selamat pagi," sapa suara yang familiar kudengar akhir akhir ini."Oh, Kompol Didit selamat pagi," sapaku sambil tersenyum.Kami sekeluarga lantas menyambut Pak Wakapolres bersama putrinya dan mempersilakan ia duduk di kursi yang tersedia."Kelihatannya kalian sedang bersantai," ucapnya ketika sudah di posisi duduk."Iya, nih, kalian dari mana?""Aku dan Bella habis berolahraga dan menikmati udara pagi, karena merasa dekat aku jadi mampir kemari. Jadi bagaimana kabar kalian anak-anak.""Baik, Om. Bella gimana kabarnya?" tanya Imel pada anak Sahabatku itu."Baik, Kak." Gadis itu terlihat pendiam dan agak pemalu."Sebaiknya kamu aja Bella masuk dan kalian bisa mengobrol dengan gembira di depan TV," suruhku."Oh, oke, Ma." Mereka pun bangkit dan pergi mengobrol ke dalam rumah sambil
Magbasa pa
masih sewot
Saat iringan jenasah di bawah ke tanah pemakaman aku masih melihat sudut mata Mas Yadi sembab. Sejak menyaksikan tubuh ayahnya yang terbaring kaku, tidak ada satu katapun yang mampu terucap dari bibirnya selain hanya diam sembari menyeka air mata dengan kedua ujung jari.Jenazah diturunkan ke liang lahat, kedua anakku berdiri diikuti oleh anak anak mantan mertuaku yang ikut mengantarkan prosesi pemakaman dan menunaikan bakti untuk terakhir kalinya kepada ayah mereka.Taburan bunga, lantunan doa tercurah untuk Mayor Siswanto dan aku turut serta menaburkan bunga sebagai penghormatan terakhir.Ketika membungkuk kerudungku terjatuh dan Kompol Didit membantu membenahinya ke atas kepalaku. Adegan demikian membuat letkol Suryadi amat geram dan mendelik kesal.Mungkin dia berpikir sempat sempatnya aku menunjukkan kedekatan di momen orang lain sedang berduka. Namun, aku tahu persis bahwa niatku tidak begitu.Ketika prosesi selesai dan satu persatu mulai meninggalkan tanah pekuburan, Mas Yadi y
Magbasa pa
andai
"Kenapa diam aja?""Canggung," jawabku dnegan wajah yang memanas."Hahaha, kau jujur sekali, aku suka," balasnya sambil menjawil kecil pipiku."Sudahlah, nanti aku akan berubah pikiran, ayo jalan."Ia tersenyum dan tanpa banyak bicara lagi ia mengantarku pulang ke rumah.**Sore hari yang damai,Aku duduk di teras belakang menikmati angin sepoi-sepoi, segelas jus dingin sembari menatap cincin yang melingkar cantik di jariku."Tidak kusangka, akan begini," gumamku sambil tersenyum menatap benda itu yah memendarkan cahaya ungu kemerahan itu.Masih dalam ketidak-percayaan bahwa sahabatku melamarku dengan caranya, ia memaksa dan membuatku tak mampu menjawab apa-apa.Bagaimana bisa menolak jika pesona dan kebaikannya sudah menyita perhatianku. Seolah kini dia adalah pusat semesta, tanpa kusadari perlahan tumbuh sebuah rasa untuknya dan ia tanpa sadar juga ia sudah mengalihkan semua pikiranku.Selagi menikmati waktu santaiku, tiba-tiba seseorang berdiri di belakangku, dan langsung mengambil
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status