LOGINKupermalukan di akad nikahnya, dia pria yang sudah hampir delapan belas tahun kudampingi dalam suka dan duka. Teganya setelah mendapatkan pangkat dan jabatan tinggi dia duakan aku dengan wanita yang dulu mengemis bantuan di kakiku. Aku sungguh akan membalasnya. Jangan Lupa Like Komen dan Vote ya Teman tersayang ❤️❤️
View Moreヒューマンドール。
それは――命を宿した人形。 そして、主人の命令ならどんなことでも従う、不思議な存在。だが、ヒューマンドールには心がない。
最初はただの人形。動く気配すらない球体関節人形にすぎなかった。
しかし、ある技術者の手によって、それは人間と見分けがつかないほどの存在へと進化を遂げる。 見た目は周囲の人間とほとんど変わらない。 ただ一つの違い【主君契約】を結ばなければ、決して動かないということ。【主君契約】とは、ヒューマンドールと人間のあいだで交わされる特別な契約。
契約を果たした者は“主人”となり、ドールを自らの意のままに扱うことができる。 使い道は人それぞれだ。忠実な従者として仕えさせるもよし。
寂しさを紛らわすため、恋人や伴侶として暮らすもよし。 あるいは、怒りやストレスのはけ口として暴力を振るう者もいる。 繁殖はできないが、欲を満たすための行為も可能だった。もう一度言おう――ドールには、心がない。
これは、そんな世界に生まれたひとつの命の物語。
……いいえ。 二つの命の物語。◻︎◻︎◻︎◻︎
《痛い……やめて……なんで僕だけが、こんな目に遭わなきゃいけないんだ……。僕が何をしたっていうの……!》
彼の髪は薄黒く、少し癖があるせいか、ところどころ重力に逆らって跳ねている。
背は高くも低くもなく、体型もごく平均的。いい意味でも、悪い意味でも“普通”だった。白い肌に覇気のない目。どこか頼りなく映るその姿は、彼をいじめの標的にするには十分だったのだろう。
制服は泥で汚れ、袖口や裾は擦れてほつれている。まるで「抵抗する気力なんて残っていない」と語っているかのように。暗くて狭い部屋。
湿気を帯びた空気が肌にまとわりつく。部屋の中央には、今にも崩れそうな木製の机が四台。
それらは向かい合わせにくっつけられ、ひとつの島のように並んでいた。 椅子も同じく古びた木製で、座るたびにギシギシと悲鳴を上げる。「おいボンクラ、そこさっさと片せ」「まーだ終わってねぇのか、この役立たずが」
罵声を浴びせ続けるのは彼の同僚四人。
彼らもまた、あちこち破れた服を身にまとい、顔や手は煤で黒く汚れていた。 洗っていない髪は皮脂でべったりと光り、異臭すら漂う。――そして、そんな連中から毎日いじめを受け、それをただ、黙って耐えるしかなかった。
なぜやり返さないのか。
なぜ、ただ耐えるのか。理由は、明確だ。
辞めてしまえば金がなくなる。 食べ物も買えなくなる。 ……そして、いずれは死ぬ。だから彼は、どれだけ理不尽でも耐えるしかなかった。
そう思えば思うほど、心は削られ、息をすることさえ苦痛になっていく。「もう……嫌だ……」
そんな生き甲斐のない日々を送るある朝。
通勤の途中、ふと目に留まった一枚のポスターが彼の足を止めた。「ヒューマンドール……?」
◻︎◻︎◻︎◻︎
ヒューマンドール製作所〈命の宿り木〉。
『僕の創る生きたドールが、あなたの心に空いた穴を埋めてくれることでしょう。
信じたあなたの“幸せ”を保証いたします。――では。』 ◻︎◻︎◻︎◻︎ひび割れたコンクリートの壁。
そこに、剥がれかけながらもしつこく張り付いている。『ヒューマンドール製作所〈命の宿り木〉』
その言葉に、彼は知らず知らずのうちに惹き込まれていく。
「……行く、か」
半信半疑のまま、それでもほんの少しの希望を胸に、彼は〈|命の宿り木《そこ》〉へ向かった。
◻︎◻︎◻︎◻︎
「ここで……ヒューマンドールが創られてるのか……」
看板もなければ、案内もない。
木造の建物は周囲のコンクリート壁と不釣り合いに古びていて、ひび割れた外壁がやけに目につく。 一見すれば、まるで廃墟だ。彼はゆっくりと扉に手をかける。
錆びついた金具がギギィと鳴り、乾いた音が湿った空気の中でいやに響いた。中へ足を踏み入れると、床の奥に小さな物置用の扉が見えた。
その中央に小さく、けれどはっきりと、文字が刻まれている。――ここだよ。
と、それだけ。
その短い言葉を見て、彼はほんの少しだけ安堵した。
だが、胸の奥に巣食う不気味な気配が、じわりと恐怖を植え付けていく。全身がこわばるが、それでも彼は勇気を振り絞り、ゆっくりと扉を開けた。
中には地下へと続く階段。
壁には|蝋燭《ろうそく》が等間隔に並んでいるものの、光は弱く、辺りはほとんど闇に沈んでいた。彼は壁に手を添え、蝋燭の灯だけを頼りに、ひと段ずつ降りていく。
足音が湿った空気に吸い込まれ、どこか遠くで反響した。「……あ、開けてる」
やがて、階段の先に開けた空間が現れた。
降り切るとそこには広場になっていた。 灯りが届くのはほんの数メートル先までで、奥のほうは闇に溶けて見えない。――だが、彼の視線を釘付けにしたのは、別のものだった。
「デ……デカすぎるだろ……」
そこにあったのは、巨大な扉。
縦に並べた彼が十人は入りそうなほどの高さだ。言葉を失ったまま、彼はそっと手を伸ばす。
両手に力を込め、押し開こうとするが――「あっ……開か、ないっ!」
押しても、びくともしない。
冷たい金属の感触だけが、彼の掌に重く残ったしばらく押しては休み、また押して。
そんなことを何度か繰り返していたときだった。彼は気づかなかった。
巨大な扉の右下に、もうひとつ小さな扉があることに。――カチリ。
金属音を立てて、その小さな扉がゆっくりと開いた。「……そういうことね」
肩から力が抜け、疲労がどっと押し寄せる。
ため息をひとつ落としながら、彼はその扉の奥を見つめた。そこには、奥へとまっすぐ伸びる長い通路。
両脇には、人ほどの大きさの人形たちが整然と並んでいた。 首を傾げ、女の子座りをし、手をだらりと下げている。 まるで、糸を切られたマリオネットのように。「すごい……なんて数だ……」
一体ずつ数えるのを諦めるほど、圧倒的な数の人形。
顎のあたりから、口角へかけ線が走り、関節は精巧に作られている。《まさに“人形”って感じだな……。でも、もし本当に動くのなら……その動力源は、どこに?》
そんな疑問が彼の頭を占めていた。
考えながらも、足は止まらない。 両脇を無数の人形に挟まれながら、彼は慎重に進む。「って、この通路……どこまで続いてるんだ――」
「ワッ!」 「うわっ!?に、人形が……動いた!?」突然、通路の端に並んでいた一体が横から飛び出してきた。
彼は悲鳴を上げ、腰を抜かして尻もちをつく。「あははっ、いいリアクションだねぇ!待ってたよ? いや、待ちくたびれたくらいかなぁ。君って臆病なんだねぇ、うんうん。ようこそ、《命の宿り木》へ」
その声は、奇妙に明るく、どこか人間らしかった。
彼はごくりと唾を飲み込む。
「ここが……」
――この出会いが、彼の瞳に、わずかながら“希望”の光を灯すことになる。
Ketika mereka membalikkan badan, Kartika dan pria itu terkejut, bukan main kaget, sampai salha tingkah, sedang aku langsung menutup mulut dengan kedua tangan, menyembunyikan rasa terpana yang tidak terkira. Aku tak tahu apa harus marah atau menangis dengan pemandangan miris di depan sana, bersamaan dengan rasa iba pada Mas Yadi."Astaghfirullah, apa-apaan kamu Kartika?!' Mas yadi menggeram, mengepalkan tangan dan mendekat, ia maju dan bersiap memukul pria yang jadi pasangan selingkuh Kartika."Beraninya kau menggoda istriku," ujar Mas Yadi sambil melayangkan pukulan."Kau juga sedang bersama istriku, kau telah mempengaruhinya!" Balas pria yang jijik kusebut suami itu."Keterlaluan kau Didit, apa hubunganmu dengan istriku?""Tidakkah harusnya aku yang bertanya apa hubungan yang kau bangun dengan kantan istrimu?!" Mas Yadi membalikkan badan dan terkejut melihatku di belakangnya."Sakinah .....""Apa kau mau mengelak sekarang?" Pria jahat itu terkekeh sinis."Kartika teganya kamu, buru b
"Jadi kau izinkan aku pergi?""Begini saja, pergilah kau sendiri menemui istrimu aku akan memindahkan anak-anak bersama si Bibi ke perkebunan, anak buah Bendi akan mengawal mereka dan memastikan mereka selamat. Kurasa itu adalah jalan terbaik daripada harus mengikuti kau kesana kemari sementara mereka juga harus menjalani aktivitas belajar dan ujian mereka.""Kurasa masuk akal juga apa yang kau katakan, aku akan pergi kalau begitu," ujar pria itu sambil mengambil tasnya.Sebelum sempat keluar dari kamar, ia mendekat dan tanpa aba-aba dia mendaratkan sebuah kecupan hangat di keningku."Terima kasih masih menyimpan pakaianku," bisiknya lembut.Detik berikutnya, pria itu meninggalkanku begitu saja di dalam kamar ini, kamar yang dulu begitu penuh cinta dan aroma kerinduan. Aku jatuh terduduk di atas ranjang, meremas sprei yang dulu pernah menjadi saksi, betapa kami saling mencintai."Pada akhirnya sebagai suami, dia harus tetap bertanggung jawab kepada wanita yang sudah dia terima nika
Sesampainya di depan rumah berlantai dua milik kami, Bendi memasukkan mobilnya ke garasi dan langsung menurunkan rolling door garasi dengan rapat.Aku dan Mas Didit saling pandang namun tak berani banyak bertanya, dia lalu meminta Imel untuk menarik cat mobil yang merupakan tempelan untuk membantunya sehingga mobil yang tadi berwarna biru gelap sudah berubah menjadi putih.Setelah selesai ia mengganti pakaiannya dan masuk kembali ke mobil."Kamu gak mampir dulu?" tanya Imel."Aku harus pergi, sebelum polisi tahu bahwa kekacauan di tol tadi adalah perbuatanku," balasnya."Kau akan baik-baik saja?" untuk pertama kalinya pria itu terlihat mengkhawatirkan orang."Iya, Pak, saya akan baik baik saja.""Oh, aku lupa kau punya banyak pengawal," balas Mas Yadi.Pria itu hanya menggeleng pelan sambil tersenyum lalu berpamitan denganku dan anak perempuanku."Hati-hati ya," ujar Imel."Kenapa kau tidak menambahkan kata sayang di belakang kalimat hati-hati?" tanya pemuda itu mengulum senyum mem
"Itu Papa!" Seru anakku gembira dia membuka mobil dan langsung berlari ke arah papanya.Anak gadisku begitu gembira dan langsung menghambur memeluk papanya, pria itu juga bahagia dan langsung memeluk putrinya."Akhirnya Papa kelur juga, aku rindu," kata Imel, "tapi kenapa tangan dan kaki papa? Kenapa Papa jalannya pincang?"Tanya Imel yang mengomentari gerakan tubuh Mas Yadi, untungnya dia tak tahu bahwa pria itu habis tertembak dua minggu lalu."Apa kabar, Mas?" Sapaku sambil mengulurkan tangan menyalaminya, tanpa kuduga ia memelukku lalu menepuk belakang punggungku perlahan."Alhamdulillah aku baik sekarang," jawabnya tersenyum, sedang aku terbengong dengan sikapnya."Oh be-begitu ya, ba-baguslah." Sial, aku gugup dan canggung, sementara Bendi dan Imel saling melirik dan tersenyum."Kalo begitu ayo kita pulang," ajak Bendi."Lho, kamu siapa?" tanya Mas Yadi pada Bendi."Dia adalah orang yang sudah menolongku dan Imel dari penyekapan Mas, dia juga sering menjengukku ke rumah sakit d
Setelah mengambil semua surat menyurat yang sudah dibuat ulang dari kantor kuasa hukum kami, aku segera mengajak Bendi untuk pergi menjemput Mas Suryadi ke gerbang Rutan Pondok kopi.Mobil kami meluncur di jalan aspal yang mulus lalu berputar di lingkar Selatan dan menuju pinggir kota dimana pusat lembaga pemasyarakatan itu berada."Kamu yakin bahwa papa akan keluar jam 1 siang?""Iya mah begitu informasi yang aku dengar dari Pak Efendy dan petugas sipir yang menelponku," balasnya."Mudah-mudahan lancar ya," gumamku sembari berharap semoga berita tentang kebebasan Mas Yadi bukan hanya lobi semata antara polisi dan TNI, sementara pada kenyataannya hal itu tidak pernah terjadi."Apa semuanya akan aman bendi?""Kita harus tetap waspada nyonya, anda pun sekarang berada dalam incaran," balasnya."Apa? Apa maksudnya?""Lihat mobil Chevrolet hitam yang sedang mengikuti di belakang kita? Sejak dari rumah sakit tadi mobil itu terus mengikuti dan mengawasi, aku rasa mereka memang sudah mengi
Kubenahi rambut dan wajahku yang berantakan, aku merutuk karena pria itu menyakiti rahangku, demi Tuhan aku akan bersumpah bahwa dia akan membayarnya.Kini aku harus mencatat daftar panjang orang-orang yang akan aku tuntut dengan pembalasan. Ada William, Didit, Heri, dan sinoembuat masalah Kartika. Mereka bertiga sahabat yang harus dihancurkan.Tiba tiba muncul sesuatu dalam benakku, ide untuk mengadu domba mereka semua dan membuat mereka saling berselisih paham dan saling mencurigai. Perlahan kepercayaan satu sama lain akan tergerus dan hancur tak bersisa, lalu setelahnya, kuhancurkan mereka semua secara hukum juga.Tapi sejujurnya aku pun belum tahu akan memulai dari mana, sulit menentukan mana orang yang benar-benar bisa dipercaya dan mana yang tidak, mana yang tulus dan mana yang hanya modus, mana yang kawan mana yang berpura-pura menjadi kawan lalu menusuk."Aku harus segera menghubungi pengacaraku," batinku sambil meraih ponselku.Tak lama sambungan terhubung, pria yang sudah






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments