Semua Bab Jangan Beri Aku Uang Lagi : Bab 81 - Bab 90
98 Bab
tak
Pagi pun datang dengan nafas baru yang lebih menyegarkan, sinar matahari mulai menunjukkan warna keemasan dari balik cakrawala, membiarkan aku menikmati mereka sambil berdiri di taman bunga seraya menyirami tanaman-tanaman itu agar tumbuh dengan subur.Usai dengan urusan tanaman, aku masuk ke dalam ruma untuk melihat apakah ibu saima sudah bangun dan duduk di meja makan. Ternyata seperti biasa, beliau sudah bangun dan duduk dengan kopi di hadapannya. Melihat kedatanganku yang menghampiri wanita itu memberi pandangan yang seolah-olah menyimpan kemarahan."Kau terlihat tenang.""Iya, Bu. Mengapa ibu berkata begitu?""Setelah kekacauan terselubung semalam kau nampak sangat bahagia.""Apakah Haifa memberitahu ibu yang sebenarnya?""Dia bilang bahwa Hamdan hanya memakaikan cincin untuk melindungi martabatnya.""Iya, dia sudah ketahuan menipu Mas Hamdan."Ibu mertua lantas tertegur mendengar jawabanku. Dia mengernyit seakan tidak mengerti apa yang sedang aku sampaikan."Mas hamdan tidak t
Baca selengkapnya
seperti
Seperti yang kuduga, Ibu mertua mengadu pada suamiku, aku yang kebetulan melewati ruang kerja pribadi Mas Hamdan mendengar ibu mertua melaporkan perbuatanku pagi tadi. Pintu yang tertutup, tak membuatku terhalang untuk menyimak apa saja percakapan mereka."Dia sudah mulai keterlaluan," desis ibu mertua."Keterlaluan gimana Bu?""Dia mulai mengancamku, dia mulai berani menunjukkan perlawanan hanya karena aku menyetujui pernikahanmu dengan Haifa.""Seorang wanita mungkin wajar merasa cemburu, tolong maafkan dia.""Tidak bisa, harusnya dia yang lebih muda yang minta maaf pada Ibu, jangan keterlaluan macam itu. Tanpa restu dariku, kalian tak akan bisa menikah," jawabnya sengit."Aku akan bicara pada Yanti.""Beraninya ia bilang bahwa aku pilih kasih, kuberikan anakku padanya, kuberikan kasih sayang, tempat tinggal dan tak pernah membedakan perlakuanku pada anak anaknya, beraninya dia memprotes keputusan yang kubuat.""Baiklah, tenanglah Bu, kalau itu marah marah begini situasi akan memana
Baca selengkapnya
sudahlah
"sudahlah bunda, tidak apa apa, kami akan makan belakangan saja," ucap Erwin sambil melirik adiknya, mereka berdua bangkit dari meja makan lalu meninggalkan aku dan Ibu yang masih saling menatap dengan kekecewaan masing-masing."Tapi Nak.""Kami juga akan menuruti semua omongan Oma jadi kami harap bahwa Oma tidak memusuhi ibu kami. Bahkan kami rela tidak diberi makan," ucap Vito seraya melangkah pergi."Ah, kalian harusnya bekerja sama untuk saling memberi pengertian dan mengerti bahwa aturan yang kubuat di rumah ini tidak untuk main-main saja.""Anehnya aturan itu baru berlaku hari ini dan itu cukup mengejutkan karena selama ini kita makan yang selalu bersama-sama." Erwin memprotes dengan wajah kecewa, tapi ia tetap tersenyum pada ibu mertua sambil memberi isyarat pada adiknya agar mereka meninggalkan tempat itu."Lihat anakmu, terlalu diberi hati jadi tidak tahu diri," desis ibu mertua dengan geram."Ibu ... Tidak akan menunjukkan kekecewaan kalau mereka tidak kecewa ...""Apa pedul
Baca selengkapnya
protes anak
*Kubawakan baki makanan ke paviliun tempat anak anak tinggal. Sudah sejak awal kalau mereka tidak tinggal satu rumah dengan rumah induk. Mereka dipisahkan agar tidak mengganggu kenyamanan ibu mertua serta demi keleluasaan anak-anak yang sudah beranjak dewasa. Kusadari sekarang, setelah berdiri di ambang pintu utama paviliun. Alasannya memisahkan anak-anakku bukan demi kenyamanan mereka tapi karena ibu mertua tidak menganggapnya sebagai anggota keluarga. Baginya Erwin dan Vito tetap adalah anak pembantu, mereka hanya tinggal di paviliun tanpa membaur dengan kami. Episode baru yang terjadi hari ini kemudian memberikan mereka jarak agar semakin jauh dari Nisa dan Mas Hamdan. Ibu mertua sudah membatasi anak anak untuk tidak masuk lagi ke dalam rumah.Ya, ya selama ini mereka masuk untuk makan, jadi, Jadi kalau sudah dilarang makan bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain maka mereka tidak punya alasan lagi untuk masuk ke rumah utama. Jika hal itu terjadi maka kami akan semakin sa
Baca selengkapnya
kunci
Tak berhenti sampai di sana rupanya kebencian ibu mertua terhadap kedua anakku yang konon kata beliau adalah anak-anak benalu yang numpang hidup.Biasanya sopir akan mengantarkan Erwin dan Vito ke tempat kuliah dan sekolah mereka tapi kali ini Ibu Syaimah malah melarangnya."Sopir datang kepadaku ke dapur, menyapa dengan sopan dan sedikit membungkuk.""Maaf Bu, saya tidak bisa mengantarkan anak-anak karena nyonya meminta saya untuk tidak mengantarnya," ujar Pak Udin."Kenapa?""Katanya beliau mau pergi ke suatu tempat jadi saya tidak boleh mengantarkan anak-anak?""Kalau begitu tolong berikan saja mereka kunci motor yang ada di dalam garasi biar anak-anak yang berangkat sendiri," pintaku sambil tersenyum, berusaha memahami bahwa mertuaku hari ini sedang membutuhkan sopir, tidak perlu terlalu banyak negatif thinking."Uhmm, begini bu semua kunci mobil dan motor yang ada di garasi sudah dipegang oleh Nyonya besar, beliau bilang tidak ada yang boleh menggunakan kendaraan tanpa izin belia
Baca selengkapnya
sedih
"Ibu saya akan menghargai jika Ibu bersikap lebih lembut dan jika Ibu sopan kami pun akan segan. Ada apa dengan Ibu, dengan cara seperti ini Ibu memaksa kami untuk tidak berani menggunakan apapun yang merupakan fasilitas keluarga ibu.""Kalau kau memang malu maka, tahu diri lah sedikit, mobil motor dan apa yang ada di situ semuanya tidak akan berada di sini tanpa izin dan doa-doa dariku, sebagian juga merupakan usaha dan hasil keringat suamiku. Kau yang baru datang kemarin sore jangan bermimpi untuk segera menguasainya apalagi sampai berusaha menimbulkan jarak antara aku dan Hamdan," tuding beliau dengan ekspresi yang sangat marah, anak-anak tertegun dan merasa tegang. Mereka gelisah sambil memandangi arloji yang berada di pergelangan tangan mereka."Ibu maaf sebelumnya kami mau berangkat sekolah dulu," ucap Erwin sambil meraih tanganku dan mengecupnya berikut juga dengan Vito. Tadinya anak-anak juga ingin menyalami oma mereka, tapi karena Ibu sedang membuang muka dan memperlihatkan e
Baca selengkapnya
mengalah demi suami
Usai merebut kunci dari tanganku, ibu mertua menjauh, dengan penuh kekesalan dia menghela napas lalu masuk ke dalam rumah dengan cara membanting pintu. Aku terkesiap, terkejut karena baru pertama kalinya ibu mertua memperlakukanku sekasar itu, itupun di depan supir dan anak anak.Sebenarnya, aku tidak masalah jika dia memusuhiku tapi mengapa juga ia harus menunjukkan di depan mereka, itu akan mempengaruhi mental anak anak dan bagaimana mereka akan tidak nyaman berada di rumah ini. Bayangkan, ini rumah ayah tirinya, dan orang tua dari ayah dirinya tidak menyukai mereka, tentu perasaan anakku akan tersisih dan hancur sekali.Aku punya dua pilihan untuk mengatasi hal ini. Pergi minta maaf pada ibu mertua, lalu mengalah dan pura pura jadi menantu baik dengan mengorbankan suamiku jadi milik wanita lain. Ataukah, aku melawan, ikut main cantik, membalas dengan cerdik serta acuh tak acuh aja dengan wanita tua yang sebentar lagi akan meninggal itu?Astaghfirullah.Aku bisa bertahan pada pil
Baca selengkapnya
semdu
Kurasa orang yang selalu membasahi lidahnya dengan dzikir pasti akan punya hati yang luas untuk memaafkan. Akan jadi hal yang aneh jika Ibu terus meminta pengampunan dan menyebut-nyebut nama Tuhan tapi dia tidak mau memberikan maaf dan memaklumi diriku."Ibu..." Aku berlutut di sampingnya sambil menggenggam tangannya yang kini memegang tasbih. Aku mencium tangan itu dengan penuh rasa hormat dan takzim."Ibu, maafkan aku.""Apakah kau mengharapkan rasa maaf dariku karena takut pada Hamdan?""Tidak juga.""Kau takut diceraikan jika aku mengadu padanya?""Tidak bukan begitu ibu aku minta maaf karena mencintai ibu dan menghormati Ibu seperti Ibuku sendiri.""Jangan jual rayuan dan kata-kata manismu karena aku tidak akan mempercayainya. katakan saja modusmu, kenapa kau datang kemari dan minta maaf padaku sampai harus berlutut seperti itu?!""Aku sedang memohon pengampunan ibu.""Demi apa?""Demi ridho dan kasih sayang.""Apakah penting bagimu ridho dan kasih sayangku?""Ya, ibu adalah mert
Baca selengkapnya
cincin
Sungguh sebuah pilihan sulit saat ibu memintaku untuk memilih antara cinta dan masa depan anak anak. Jika kupilih cinta maka ibu akan memusuhiku dan mengintimidasi anak anak, namun jika kuturuti semua keinginannya,maka dia akan bersikap baik dan ujungnya aku yang akan makan hati berulam jantung.Bisa kubayangkan bagaimana Haifa dan Mas Hamdan nanti, di depanku mereka akan melenggang sebagai pasangan baru, aku akan lebih sering menyaksikan kebersamaan mereka dan menahan perasaanku yang hancur, sungguh akan sangat iri dan pedih hati ini. Membayangkan bahwa wanita jalang itu juga akan diboyong kemari membuatku putus asa dan pusing kepala, ya Tuhan ….“Kau terlihat berpikir keras, ada masalah apa Sayang?” Tak kusadari suamiku sudah kembali, begitu lamanya aku mengambil kesempatan untuk berpikir sehingga tdk sadar bahwa hari bergulir siang dan Mas hamdan pulang makan.“Sudah salat Mas? salatlah dulu, aku akan siapkan meja makan,” ujarku sambil mengulas senyum.“Kamu terliihat sembap, habi
Baca selengkapnya
Haifa senang
"Hamdan, yang terjadi di belakang kami tidaklah penting karena yang diketahui orang lain adalah kalian sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah. Yang diketahui orang adalah kau lelaki baik yang akan meminang Haifa sementara Haifa adalah wanita cantik berprestasi yang akan menjadi madu dari istrimu yang berhati mulia. Itu yang terlihat. Aku tidak mau citra yang kita bangun hancur dan mempermalukan semua orang, karena itu, aku ingin kalian melanjutkan pertunangan."Mendengar ucapan ibu tentu saja Mas Hamdan langsung berdiri dari tempat duduknya memandang dengan satu tarikan nafas dalam di dadanya. "Ibu, Kenapa Ibu tega mengambil keputusan sepihak seperti ini?""Membatalkan pertunangan tanpa persetujuan kedua belah pihak adalah perbuatan yang zalim Hamdan, lagi pula apakah kau tidak menimbang perasaan haifa yang kemudian akan mendapatkan penghakiman jika orang-orang tahu bahwa kau dan dia hanya bertunangan dengan palsu?!""Tapi apakah ibu tahu apa masalahnya, hingga aku memutus
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status