All Chapters of Ketika Hati Lelaki Mendua : Chapter 31 - Chapter 40
65 Chapters
Part 31
Satpam memberikan saran agar mereka berdua menemui petugas yang berjaga pagi itu. Sebab mereka bukan kerabat dari pasien yang hendak di jenguk. Laki-laki tadi menunjukkan kantor di mana Andra bisa meminta keterangan. Kartu visitor diberikan satpam pada Andra dan Marina.Tepat jam besuk di buka, Andra dan Marina menemui seorang wanita setengah baya yang berjaga pagi itu. Mereka terpaksa bilang kalau kerabat jauh dari pasien yang bernama Karisa. Wanita itu sempat tak percaya, setelah Andra mencoba meyakinkan dan hanya akan melihat pasien dari kejauhan, akhirnya di izinkan.Dari petugas itu pula, Andra tahu kalau selama tiga tahun ini Karisa tak lagi di urusi oleh sepupunya. Dulu yang sering berkunjung adalah sepupu wanita itu. Dari Pak Yusa dirinya tahu kalau Karisa hanya hidup berdua dengan ibunya. Dua tahun setelah Karisa di rawat di RSJ, ibunya meninggal dunia.Seorang perawat di sana mengantarkan Andra dan Marina ke sebuah kamar di bagian belakang. Ketika ruangan itu di buka, tak ad
Read more
Part 32 Ingin Bertahan
Habis Salat Maghrib, Andra telah rapi dengan hem warna hitam. Baju yang ada di rumah mamanya. Dia akan mengajak Marina dan anak-anak makan makan malam sebelum kembali ke tempat kerjanya. Sebenarnya dia ingin mengajak anak-anak bertemu neneknya, tapi waktunya yang tidak ada. Apalagi malam ini papa mertuanya ingin mengajaknya bicara.Di ambilnya ponsel di atas meja kamar. Lantas menelepon Inaya. Kali ini panggilannya langsung di jawab. "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Sudah Salat Maghrib apa belum?""Sudah. Dokter bilang aku sudah boleh pulang, Mas.""Tapi jangan pulang dulu. Tunggu Mas sampai, ya.""Hu um. Oh ya, katanya Mas mau ngajak anak-anak makan malam. Belum berangkat, ya?""Ini mau berangkat. Kamu sudah makan?""Sebentar lagi. Ya udah, Mas buruan berangkat nanti di tunggu sama anak-anak.""Oke. Bertahan di situ dulu, Mas besok pasti pulang. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Setelah mematikan ponsel Andra segera bergegas keluar kamar. Di temuinya sang mama yang sedang m
Read more
Part 33
Marina mengantar suaminya sampai ke depan. Menunggu hingga mobil itu keluar pagar. Lalu ia duduk di kursi teras seperti kemarin malam, diam dan merenung lama di sana. Teringat percakapannya dengan Lia tadi sore. Obrolan yang harus terhenti karena mamanya tadi memanggil. Di ambilnya ponsel di saku celana dan kembali menghubungi sahabatnya."Halo.""Sorry, tadi sore panggilan ku akhiri tiba-tiba karena Mama memanggilku.""Nggak apa-apa.""Ini aku ganggu kamu, nggak?""Nggak. Anak-anak dah tidur. Suamiku lagi nonton TV. Ngelanjutin yang tadi kita obrolin. Beneran kamu serius mau hidup di madu gitu?"Marina menghembuskan nafas sambil memandang langit malam. "Perceraian juga bukan jalan yang menjamin aku bisa tenang. Keluargaku juga dalam masalah. Papa mamaku dalam keadaan seperti yang kuceritakan padamu tadi, Mas Mario juga di somasi sama rekan bisnisnya, Kakak keduaku malah nggak mau tahu masalahku, karena selama ini aku nggak pernah dengar nasehatnya. Ruwet pokoknya, Lia. Aku mau menjal
Read more
Part 34 Kebersamaan
"Kami akan tinggal di rumah kami dulu untuk sementara dan baru pergi setelah bapak selesai ngurus surat-surat pindah di kantor desa. Bapak harap, Nak Andra, nggak keberatan."Akhirnya Andra mengangguk pelan tanpa kata-kata. Setelah termenung cukup lama, Andra bangkit dari duduknya. "Saya selesaikan pembayaran dulu, Pak.""Nggak usah. Uang yang Nak Andra tinggalkan kemarin sudah cukup untuk membayar biaya rumah sakit," cegah Pak Redjo."Saya akan menggantinya nanti," ucap Andra kemudian kembali duduk."Ayo, kita pulang. Agar sebelum Maghrib sudah sampai rumah!" ajak Pak Redjo sambil meraih pegangan tas. Andra mengambil satu koper lagi. Sedangkan Bu Siti mengandeng Inaya berjalan di belakang mereka.Sepanjang perjalanan mereka tidak banyak bicara. Dari spion, Andra kerap memandang istrinya yang duduk di bangku tengah. Sementara Inaya fokus memandang tepian jalan yang dilewati.Jam lima sore mereka sampai di rumah orang tua Inaya. Beberapa tetangga yang bersantai di teras rumah masing-ma
Read more
Part 35
Banyak berkas menumpuk di meja kerja yang harus di periksa. Namun Andra masih bertahan mendengarkan curhatan istrinya hingga selesai. Dirinya kalau sedang banyak masalah dipendam sendiri, tanpa Marina tahu. Sejak ditolak keluhannya, tak lagi Andra cerita mengenai pekerjaannya."Mas, kayaknya jatahku dari Papa nggak akan di kasih bulan ini. Mas Mario butuh uang banyak untuk mengurusi masalah dengan rekan bisnisnya.""Masih ada nafkah dari Mas, 'kan? Kenapa cemas? Untuk sementara stop dulu beli barang yang tidak perlu. Mas tahu kamu beli barang pakai uangmu sediri, tapi yang tak ada manfaatnya lebih baik tinggalkan dulu.""Hmm. Ya udah, aku nemui Mama dulu. Aku sudah pesan dodol garut kesukaanmu. Nanti kuambil kalau aku mau berangkat.""Oke, Terima kasih. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Andra menutup panggilan, kemudian mengirimkan pesan pada Inaya. Kalau siang ini akan ada gofood yang mengirim makan siang untuknya. Setelahnya ponsel di letakkan di meja. Dia mulai fokus dengan pek
Read more
Part 36 Tiga Hati
"Kamu yakin, Naya?"Inaya mengangguk yakin, meski debar di dadanya berdentum-dentum hebat. Untuk apa di tunda, sekarang atau pun nanti mereka akan tetap bertemu juga. Jika ini kesempatan yang baik, kenapa harus di hindari."Kamu ingat nggak apa yang pernah kita impikan saat remaja dulu? Waktu kita masih SMA." Tati bertanya dengan tatapan menerawang."Ingat kan saat semua siswi mengidolakan guru Fisika yang keren itu?""Iya, aku ingat," jawab Inaya sambil memandang Tati. Ingatannya terbang jauh menembus waktu bertahun-tahun lalu. Ingat saat guru yang masih bujangan itu sering mencuri pandang padanya di sela jam mengajar."Pak Hisyam sering memandangimu diam-diam. Dia jatuh cinta padamu. Karena kamu pegang komitmen nggak ingin pacaran selagi masih belajar, akhirnya perhatian beliau bertepuk sebelah tangan."Inaya tersenyum lebar. "Tapi dulu kamu sempat bilang, pria seperti Pak Hisyam itu yang kamu impikan menjadi pendamping hidup. Kamu nyadar nggak, kalau sosok Pak Hisyam itu juga mele
Read more
Part 37
Wanita berjilbab rapi itu menarik napas sejenak sebelum bicara. "Kedatangan saya juga karena ingin minta maaf pada Mbak Marina. Maafkan saya yang telah masuk kehidupan Mbak dan Mas Andra." Walaupun tangannya gemetar, tapi suara Inaya sangat jelas terdengar. Andra memandang istri keduanya, ingin dia menyela kalau itu bukan hanya salah Inaya. Kesalahan terbesar ada pada dirinya, bagaimana dia dulu yang sangat gencar menginginkan wanita berpostur mungil itu menikah dengannya.Marina tersenyum sinis. Meski tanpa memandang, Marina bisa menilai bagaimana sosok wanita yang telah merebut hati suaminya. Jauh beda dengan dirinya yang tinggi semampai, cantik, dan pandai berdandan.Siapa Inaya, perempuan gunung yang memakai bedak pun tak sempurna. Apa yang menarik sehingga suaminya sanggup menduakannya?"Kamu itu masih muda, kurasa kamu juga perempuan pandai. Pandai dalam arti berwawasan luas, bukan pandai mengambil suami orang. Tapi mau-maunya kamu dijadikan simpanan oleh Mas Andra. Hanya dijadi
Read more
Part 38
Inaya memandang Andra. Pria itu menggeser duduknya mendekati sang istri. "Maafkan Mas, tidak bisa membawamu pada situasi yang tenang."Senyum getir terbit di bibir Inaya. "Nggak apa-apa, Mas. Wajar kalau Mbak Marina marah. Aku pulang saja ya. Bentar, aku pesan taksi online dulu." Inaya hendak mengambil ponsel dari dalam tasnya, tapi di tahan oleh Andra. "Mas akan ngantar kamu.""Nggak usah, biar aku pulang sendiri. Mbak Marina butuh teman.""Tunggu sebentar!" Andra berdiri dan masuk kamar. Di dalam Marina duduk menatap cermin meja rias. Memperhatikan wajahnya yang terpantul di kaca. Perempuan di luar sana tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya, lantas apa yang membuat Andra menyukai perempuan kampung itu?Andra mendekati dan memegang bahu Marina. Mereka berpandangan dalam pantulan cermin. "Mas akan ngantar pulang Inaya dulu.""Dia bisa pulang sendiri. Tadi datang juga sendiri," jawab Marina datar."Ini sudah malam, Rin," jawab Andra sambil melihat ke arah jam tangannya."Aku pulang
Read more
Part 39
"Bangun dulu, habis Salat Subuh kamu bisa tidur lagi." Andra membangunkan Marina untuk kali kedua saat iqomah sudah terdengar dari masjid. Wanita itu menggeliat sambil menahan selimut yang menutupi tubuh polosnya. Sepulang dari mengantar Inaya semalam, Marina memang sengaja menggoda suaminya. Jika Andra menolak, berarti telah sempat bersama Inaya saat mengantar wanita itu dalam waktu yang cukup lama. Ternyata Andra meladeni apa yang di inginkannya."Ayo!" Dengan gerakan pelan Andra membuat tubuh istrinya duduk dengan tegak. Menunggui wanita itu hingga tersadar sempurna."Mandi dulu, kita Salat Subuh berjamaah."Setelah menggendong Marina dan membawanya ke kamar mandi, Andra menunggu sambil duduk di atas sajadah. Diurungkan keinginannya untuk mengirim pesan pada Inaya, hanya untuk bertanya sudah Salat Subuh apa belum. Dia hanya memandang benda pipih itu teronggok dingin di atas nakas.Seminggu terlewati. Marina makin posesif terhadap suaminya. Setiap waktu akan menelepon Andra dan meng
Read more
Part 40 Rela
One year later ....Andra memandang video yang baru saja di terimanya. Seorang bocah umur tujuh bulan sedang duduk dan bermain. Dia tersenyum sendiri di ruang kamar yang di fungsikan sebagai tempat kerjanya. Laptop di atas meja depannya masih menyala.Dia ingat tujuh bulan yang lalu, ketika itu hujan deras jam sepuluh malam. Andra baru saja merebahkan tubuh setelah menemani Amel dan Kiki belajar lalu menidurkan mereka. Sejak diajak pindah, dua anak itu lebih suka tidur di temani sang papa.Sebuah pesan masuk dari Inaya.[Mas, Amir sudah lahir.] Andra terlonjak dan segera bangun dari pembaringan. Untung Marina yang baru saja terlelap tidak terbangun. Amir. Berarti Inaya telah melahirkan bayi laki-laki. Waktu itu Andra pernah bilang kalau anaknya laki-laki akan di beri nama Alfarezel Amir Andriansyah. Padahal HPL-nya masih tiga hari lagi. Mata Andra berkaca-kaca saat memandang gambar bayi yang telah di bedong rapi dan di peluk Inaya. Andra keluar kamar, terus keluar dan duduk di teras.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status