All Chapters of Ketika Hati Lelaki Mendua : Chapter 11 - Chapter 20
65 Chapters
Part 11
Pintu rumah kembali di buka. Mereka masuk. Inaya cepat-cepat masuk kamar dan mandi, agar tidak ketinggalan waktu salat Maghrib. Sementara Andra ke dapur untuk membuatkan teh untuk istrinya."Mas, nggak usah repot-repot. Lain kali biar aku buat sendiri," protes Inaya sambil duduk di ruang keluarga, di samping suaminya. Setelah menyesap teh, Inaya berdiri. "Akan ku siapkan makan malam dulu, Mas."Andra mengekori istrinya ke belakang. Inaya mengeluarkan lauk dari lemari kaca. Ada kare ayam dan kering tempe. Mereka langsung makan malam tanpa menghangatkan lauk terlebih dahulu. Andra tidak suka lauk yang dipanaskan. "Mas, makan sedikit banget. Mau kutambahi." Inaya mengambil centong nasi dan hendak membuka magic jar. Namun Arya mencegahnya. "Tidak usah, Naya. Perut Mas lagi tak enak.""Nah, pasti gara-gara Mas telat makan. Sebentar aku ambilkan obat." Inaya bergegas ke kotak P3K yang menempel di dinding dekat kulkas. Dia sudah hafal kebiasaan Andra. Kalau banyak pikiran dan telat makan, m
Read more
Part 12 Di Persimpangan
Ponsel di dasbor berdering, segera Andra menyambarnya. Berharap ada kabar mengenai Inaya. Rupanya Tony yang sedang menelepon."Halo.""Kamu di mana? Inaya nggak ada di rumah sakit. Kutanyakan pada petugas, mereka bilang sudah di bawa pulang keluarganya?""Ya, aku sudah tahu. Tapi di rumahnya juga nggak ada. Aku mau nemui temannya dulu, barangkali dia tahu.""Pulang saja dulu, urusi Marina. Biar kucarikan kabar mengenai Inaya. Aku yakin orang tuanya punya alasan yang kuat untuk membawa Inaya pergi. Padahal dia dalam keadaan butuh perawatan.""Ton, kamu yang ngabari orang tua Inaya tadi?""Bukan. Mesi panik dan menghubungi Tita. Kurasa Tita yang ngabari bapak dan ibunya Naya. Sudahlah kamu pulang dulu. Biar aku cari info di mana Inaya. Tenangkan dulu Marina, dia bisa nekat berbuat apa saja.""Ya, aku harus tahu kalau Inaya baik-baik saja. Kata perawat Inaya sedang hamil.""Memangnya kamu belum tahu?""Inaya belum memberitahuku.""Kemungkinan dia baru hamil sekitar sebulan, kata dokter y
Read more
Part 13
Kembali ditariknya napas panjang, lantas melanjutkan bicara. "Kamu pikir aku hanya butuh urusan ranjang saja? Aku butuh teman bicara, aku butuh ada orang yang bisa mendampingiku di sini. Kita pernah duduk berdua membahas ini dua tahun yang lalu. Bahkan sejak dulu aku sering mengajakmu bicara untuk mencari solusi agar kita tak lagi satu atap dengan orang tuamu. Tapi kamu selalu menjawab 'gampang.' Sepuluh tahun kita bersama. Ini pencapaian yang luar biasa dalam pernikahan kita yang selalu beriak. Kita pernah sangat bahagia saat lahir anak-anak kita. Aku pernah bilang, jika pulang kerja ingin bertemu anak-anak dan bercanda dengan kalian. Saat kupinta kalian tinggal di kota ini, apa jawabanmu. 'Kamu bisa nelepon kan, Mas'. Kamu tidak berusaha memahami bagaimana perasaanku. Apakah ini yang di namakan cinta?"Mereka saling pandang. "Maafkan aku. Aku memang salah, Rin. Tapi dari cara yang salah ini aku bisa merasakan bagaimana menjadi suami yang dihargai dan di butuhkan." Andra tidak lagi m
Read more
Part 14 Rumit
Andra menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu berplitur cokelat, dengan permukaan berukiran klasik. Pintu ruang kerja setinggi tiga meter dengan pegangan kuning keemasan. Dua kali ketukan, terdengar papa mertua menyuruhnya masuk.Pintu terdorong, di kursi kebesarannya lelaki berusia enam puluh lima tahun itu duduk dengan angkuhnya. Andra melangkah dengan tenang menghampiri mertuanya."Duduklah!" perintah lelaki yang di kenal dengan nama Cakra Kusuma. Andra menarik kursi dan duduk."Bagaimana pekerjaanmu?""Alhamdulillah, lancar, Pa.""Kapan rencana pindah ke kantor pusat?""Saya tidak tahu."Pak Cakra manggut-manggut. Lebih baik Andra menahan diri agar tidak banyak bicara. Dengan begitu dia bisa membaca gelagat mertuanya. Dia juga tidak ingin berurusan dengan hal yang rumit dengan mertua. Terlebih jika akan berakhibat fatal pada Inaya."Apa dulu antara kamu dan Pak Yusa nggak ada perjanjian mengenai tugas kamu di sana? Misalnya hanya beberapa tahun saja gitu.""Tidak ada, Pa.
Read more
Part 15
Anak-anak sangat riang diajak jalan-jalan dan membeli apa yang mereka mau. Andra sangat bahagia mereka bisa seceria itu. Sedangkan di lengan kirinya, Marina bergelayut manja. Andra melangkah di sepanjang koridor dengan perasaan hampa. Tadi sempat menelepon Tati sewaktu pulang dari kantor Pak Yusa, tapi jawaban perempuan itu sama seperti jawaban Tony. Kantor tempat mereka bekerja juga tidak menerima surat izin dari Inaya. Dan keberadaan perempuan bermata bening itu jadi bahan pertanyaan bagi rekan-rekan yang mengenalnya.Kiki ngotot ingin masuk kids zone. Amel sebenarnya tidak mau, tapi akhirnya harus mengalah demi sang adik. Andra dan Marina duduk menunggu di bangku besi depan tempat bermain itu."Apakah pertemuan Mas dengan Pak Yusa tadi untuk membicarakan kepindahan Mas kembali ke sini?" tanya Marina setelah diam cukup lama."Kami bicara mengenai pekerjaan.""Itu saja?""Ya."Marina kecewa. Ternyata laki-laki yang beberapa waktu lalu di temui papanya tidak mengindahkan permintaan sa
Read more
Part 16 Ketika Hujan
Ketika langkah kaki sudah terbentur jalan buntu, satu-satunya jalan keluar hanyalah balik arah. Dan ini yang akan di rencanakan Marina. Memulai lagi hubungan yang tak lagi sama seperti dulu. Selama ini Andra selalu mendengarkan apa kata ibunya, dengan mendekati wanita itu, pasti Andra akan kembali luluh."Mas, nggak ke kantor lagi hari ini?" tanya Marina setelah Andra masuk kamar, baru kembali dari mengantar anak-anak ke sekolah. "Tidak. Kenapa?""Nggak ada apa-apa." Padahal jika Andra tidak di rumah, Marina akan menemui ibu mertuanya hari ini juga. Lebih cepat akan lebih baik, sebelum Andra kembali lagi ke tempat kerjanya.Marina kembali menyusun pakaiannya di dalam koper. Walaupun masih tiga hari lagi Andra akan kembali, dirinya sudah bersiap lebih awal karena akan ikut serta. Dia tidak akan memberi celah pada Andra untuk kembali dekat dengan istri keduanya. Andra hanya memperhatikan apa yang dilakukan Marina. Dia tidak mempermasalahkan istrinya ikut. Juga tidak takut kalau kehadi
Read more
Part 17
Andra kembali menyalakan layar ponselnya. Di hubunginya Tony. "Halo, Assalamu'alaikum." Suara Mesi di seberang."Wa'alaikumsalam, Tony ada?""Ada, masih di kamar mandi. Apa nanti saja Mas Andra telepon lagi?""Jangan ditutup dulu. Aku mau nanya sama kamu, bagaimana keadaan terakhir Naya waktu itu?""Dia ... dia minta agar aku menyampaikan permintaan maafnya pada Mas dan Mbak Marina. Itu saja yang sempat diucapkan sebelum dia nggak sadarkan diri dalam perjalanan. Tapi maaf, aku belum bisa menyampaikan ini pada kalian. Situasinya belum memungkinkan, aku khawatir saja malah di maki-maki sama Mbak Marina.""Ya, tidak apa-apa. Aku minta maaf karena melibatkan kamu dalam urusan ini.""Nggak apa-apa, Mas. Selama ini aku dan Mas Tony nggak mencampuri juga urusan kalian. Kami hanya berteman baik pada siapa saja. Siapalah kami ini jika harus menghakimi permasalahan orang lain. Walaupun kita berteman. Mungkin jika aku nggak mengalah ikut Mas Tony. Bisa saja hal yang sama akan terjadi. Berdoa sa
Read more
Part 18 Permintaan Marina
"Assalamu'alaikum." Marina mengucap salam dari ambang pintu."Wa'alaikumsalam," jawab Bu Safitri yang sibuk menata masakan di atas meja. Wanita itu menoleh pada sumber suara. Beliau melihat menantunya tersenyum sambil melepaskan wedges-nya."Marina, masuk, Nak. Mana Andra dan anak-anak." Bu Safitri menerima uluran tangan menantunya sambil memandang ke luar. Tidak ada siapa-siapa di sana.Wanita itu kemudian mengajak menantunya duduk di meja makan yang masih satu ruangan dengan dapur bersih. Di ambilnya teko dan menjerang air untuk membuatkan teh buat menantunya."Ma, nggak usah repot-repot bikin teh.""Nggak apa-apa."Bu Safitri tetap membuatkan teh untuk Marina. Di ambilnya cangkir keramik dengan hiasan bunga mawar di permukaannya. Bau wangi teh aroma melati menguap dari cangkir cantik itu. Wanita penuh wibawa juga menyuguhkan irisan buah semangka dan pir di piring. "Ayo, di minum. Buahnya baru saja Mama potong tadi." Cangkir di taruh di meja depan Marina.Marina meraih gagang cangki
Read more
Part 19
Wanita itu ingat bagaimana Inaya melayani dan bersikap pada Andra. Itu saja sudah menjadi sihir ampuh tanpa butuh ke dukun untuk minta mantra. Bu Safitri juga menasehati agar Marina lebih rajin berdoa biar diberikan jalan terbaik untuk mencari jalan keluar dalam menghadapi kemelut rumah tangga mereka. Menantu yang di nasehati hanya mengangguk.Marina segera pamitan setelah di rasa cukup bicara dengan mertuanya. Hasilnya tidak sesuai harapan. Bu Safitri mengantarkan sang menantu hingga wanita itu pergi dengan mobilnya.Urusan hati tidak bisa di campuri. Bu Safitri tidak bisa menyuruh Andra untuk memilih. Beliau hanya memberikan nasehat dan pandangan, setiap punya kesempatan berbincang dengan sang putra. Beliau juga ingat kata-kata Izam yang bicara dengan istrinya kemarin. Waktu itu beliau sedang memangku cucunya yang masih bayi. Sementara putrinya sedang menemani suaminya makan siang."Inaya itu orangnya gimana, Mas?""Baik menurutku, Dek. Sopan, sabar, dan ramah. Dia telaten ngerawat
Read more
Part 20 Titik Terang
Meski di landa penasaran dengan apa yang ingin di katakan oleh Tony, tapi Andra tetap profesional menjalani pekerjaannya. Rapat berjalan lancar. Tak ada basa-basi berlebihan dari para supplier yang datang siang itu. Mereka bercanda setelah usai meeting di jam yang menepati waktu makan siang."Aku sudah pesan makanan dari kantin agar di antar ke ruanganmu. Kita bicara di sana saja nanti," kata Tony saat mereka melangkah beriringan di lorong kantor. Ruangan meeting terletak di bangunan terpisah dengan ruangan Andra."Oke."Andra meminta Tony untuk duluan ke ruangannya, karena ada telepon masuk dari Marina."Halo.""Mas, pulang jam berapa nanti.""Jam empat dari kantor. Kamu sudah makan siang apa belum?""Baru saja selesai. Aku mau keluar jalan-jalan ya. Nggak jauh, kok. Depan tuh ada mall. Daripada di dalam kamar saja, aku suntuk ini.""Tidak usah jauh-jauh perginya. Kamu belum hafal kota ini.""Iya, aku tahu. Kalau begitu aku pergi dulu. Bye."Panggilan di akhiri Marina. Andra mematung
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status