Semua Bab Mari Berpisah, Mas: Bab 51 - Bab 60
79 Bab
bab 51
Ibunya Beni yang mendengar anaknya berada di rumah sakit karena terkena tembakan saat ingin melarikan diri, akhirnya dengan dibantu salah satu tetangga, datang melihat kondisi anaknya.Hati Ibu mana yang tidak hancur ketika melihat anaknya terbujur dengan mata terpejam, walau dia bukan anak kandung, tetapi dirinya sangat menyayangi Beni seperti anaknya sendiri.Sejahat apapun Beni, dia tetap anaknya dan kasih sayang itu tidak akan pernah pudar. Apalagi perlakuan lelaki itu selalu baik padanya.Hati wanita itu menjerit, rasanya tulang belulang itu sudah rapuh, berdiri saja ia sudah tak sanggup, hatinya teramat sakit, ingin masuk tapi masih belum bisa karena kondisi Beni katanya masih kritis.Dalam diam di tengah tangisnya, ia pejamkan mata, memohon pada yang memberi hidup untuk menyelamatkan anaknya dan memberi kesempatan untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik.Seketika ingatannya terbayang ketika Beni masih kecil, waktu di mana lelaki itu menggigil kedinginan karena demam yang tak
Baca selengkapnya
bab 52
Hari berganti hari, bulan pun juga sudah berlalu. Kini usia kehamilan Tania sudah menginjak sembilan bulan dan tinggal menunggu hari saja untuk bisa melihat anaknya terlahir ke dunia.Hanif sendiri tidak bisa meninggalkan istrinya terlalu lama. Di setiap kesempatan, pasti ia akan menelfon istrinya dan menanyakan keadaan.Ia khawatir jika waktu istrinya merasakan tanda-tanda kelahiran, ia telat mengetahuinya, walaupun saat ini ada ibunya yang sementara waktu tinggal di rumahnya, tetapi ia tidak mau gagal menjadi suami siaga untuk istrinya.***Pukul setengah tiga pagi, Tania merasakan mulas seperti ingin buang air besar, tetapi saat dikeluarkan maka tidak akan keluar. Ia mengira tengah sembelit.Apalagi mulas itu semakin lama semakin terasa, akhirnya karena sudah tak tahan, ia pun membangunkan suaminya."Mas," panggil Tania pelan. Satu kali goncangan, suaminya itu belum membuka mata. Mungkin karena kecapean kerja makanya tidurnya terlalu pulas."Mas, bangun. Perutku sakit," ucap Tania
Baca selengkapnya
bab 53
Keesokan harinya tepatnya di ruangan Tania dirawat, semuanya pada heboh karena bayi kecil itu baru saja dimandikan. Terlebih Hanif yang sangat antusias menggendong anaknya. Semalaman bayi kecil itu terjaga, walaupun tidak menangis, tetapi bayi kecil itu tidak mau tidur. "Anak Papa sudah wangi," ucap Hanif sambil menggendong anaknya, saat ini ia sedikit bersikap egois dan tidak mau digantikan menggendong putri tercintanya."Ya memang papanya, jam segini belum mandi," jawab ibunya. Ia sengaja berkata demikian agar Hanif segera beranjak mandi dan ganti dia yang menggendong cucu.Maklum saja, dia hanya mempunyai satu anak dan itu pun laki-laki. Jadi ketika cucunya terlahir dan diketahui berjenis kelamin perempuan, maka ia sangat bahagia. Ingin merasakan merawat anak perempuan, walaupun itu cucunya. "Nanti saja, ya? Walaupun nggak mandi, tapi mamanya masih suka nempel sama Papa," jawab Hanif dan langsung mendapatkan cubitan dari istrinya karena memang posisinya bersebelahan dengan Tani
Baca selengkapnya
bab 54
Hanif yang mendengar keributan di luar langsung datang melihat, sedangkan Tania sendiri belum bisa beranjak karena anaknya sedang minum dan lambat laun tertidur.Dari atas Hanif melihat dua orang yang selama ini sangat dibencinya, berdiri diambang pintu sambil menatap ibunya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Setelah beberapa detik berdiri, ia pun langsung turun ke bawah dan menghampiri mereka."Mau apa ke sini?" tanya Hanif, bahkan ia menatap keduanya dengan tatapan tajam, menunjukkan kalau ia tak mengharapkan kehadiran mereka.Cukup waktu dulu mereka membuatnya bertengkar dengan istrinya, cukup bagi mereka untuk merusak rumah tangganya, ia pastikan hal ini tidak akan pernah terjadi lagi."Aku mau melihat anakmu, Mas. Sekalian ibuku mau minta maaf pada Tania," jawab Murni dengan lembut. Terlihat dari penampilannya saat ini kalau wanita itu jauh lebih baik dari sebelumnya."Tania tidak ada waktu untuk meladeni kalian," ketus Hanif. "Mas, aku mohon. Kami datang bukan untuk me
Baca selengkapnya
bab 55
Dengan kesepakatan berdua, mereka memberi nama putri pertama mereka dengan nama Ainara Hanita. Nama dengan gabungan antara Papa dan mamanya. "Besok Mbak Sri datang ke sini, Mas," ucap Tania saat keduanya tengah bersantai di teras rumah. Anak mereka sedang bersama neneknya, sedangkan kakaknya sudah pulang dari kemarin sore.Walaupun begitu, rumah ini terlihat ramai karena Hanita sering kali menangis. Suara tangisannya pun sangat kencang, apalagi suaminya sering kali tidak membiarkan anaknya itu tidur dengan pulas."Sama Adam?""Katanya iya, Mas."Hanif mengangguk, kini ia mengambil tangan istrinya dan digenggam tangan itu."Kenapa, Mas?" tanya Tania sambil menatap ke arah suaminya."Nggak ada, suka aja kalau jemari kita saling bertautan kaya gini. Andaikan kita dipertemukan sejak masih sekolah, sudah kupastikan aku yang akan menjagamu waktu itu," jawab Hanif. "Gombal, udah nikah aja kaya gitu, nggak yakin kalau masih sekolah mau ngejaga aku.""Itu karena pertemuan kita terlambat, co
Baca selengkapnya
bab 56
Kehidupan berjalan sebagaimana mestinya, begitupun kehidupan Murni dan juga Randi. Mereka tidak tinggal di Blitar, melainkan tetap tinggal di Jakarta karena pekerjaan Randi yang menjanjikan berada di Jakarta.Di usia pernikahan yang ke dua tahun, mereka dikaruniai dua anak laki-laki kembar. Murni pun setiap harinya disibukkan dengan anak kembarnya tersebut, dengan bantuan Ibu dan juga adiknya, ia pun bisa mengurus anak dan juga rumah dengan baik.Sedangkan Randi sendiri terlalu sibuk dalam kerjaannya, bahkan sering kali lelaki itu pulang larut.Seperti hal nya hari ini, tetapi entah kenapa, akhir-akhir ini Murni sering kali marah kalau suaminya belum juga pulang. Berulang kali ia mengirimkan pesan tetapi tidak dibalas, dilihat pun juga tidak. Karena tak tahan, ia pun mencoba menelfon suaminya, terhubung tetapi juga tak diangkat.Murni memasang raut wajah kesal. Kini ia pun melempar ponsel itu di sembarang tempat, mood nya benar-benar anjlok."Murni, ini anakmu nangis lo, coba kamu kas
Baca selengkapnya
bab 57
Tanpa banyak bicara, lelaki itu keluar kamar dengan segenap amarah yang membuncah. Ia tak mau satu ruangan dengan istrinya, ia takut tidak bisa mengontrol emosi dan yang akhirnya akan membuat pertengkaran. Dirinya tak mau sampai turun tangan dan menyebabkan istrinya terluka.Sedangkan Murni sendiri menatap dalam diam kepergian suaminya, ada perasaan menyesal kenapa ia tak bisa mengontrol emosinya. Menangis pun percuma, mau minta maaf juga kepalang tanggung. Kini ia hanya bisa duduk di tepi ranjang dengan segenap penyesalan yang ada.Di luar Randi merebahkan tubuhnya di atas sofa. Seharian bekerja tanpa mengenal lelah mampu membuat matanya terpejam sampai tak lama kemudian sayup-sayup suara adzan subuh berkumandang.Ia merasa baru saja tertidur tetapi sudah pagi saja."Loh, Ran, kenapa tidur di luar?" tanya Ibu mertuanya menghampiri."Tidak bisa tidur di kamar, Bu," bohong Randi. Ia tak mau permasalahannya dengan Murni sampai diketahui orang lain walaupun itu Ibu mertuanya sendiri."
Baca selengkapnya
bab 58
Randi mencoba memberi penjelasan pada istrinya tersebut, ia tidak mau kesalahpahaman ini terus berlanjut. Apalagi ia tidak merasa melakukan apapun, bahkan orang yang mengirim pesan pun ia juga tidak tahu siapa orangnya. Ia hanya mengira kalau orang itu salah kirim saja dan tidak berpikir jauh tentang hal itu."Kalau ada sesuatu yang kurang dalam diriku, harusnya kamu bilang, Mas, bukan malah bermain di belakangku seperti ini," ucap Murni saat Randi tengah menggenggam jemarinya."Aku tidak selingkuh, aku pun juga sama seperti kamu, tidak kenal siapa pemilik nomor itu." Randi mencoba menjelaskan, tetapi bukannya mau mendengar, Murni malah menangis terisak dan hal itu kebetulan diketahui oleh ibunya."Kamu kenapa, Murni?" tanya sang Ibu mendekat. Sedangkan Randi sendiri merasa tidak nyaman dengan kedatangan mertuanya. Ia sudah menduga, akan kemana permasalahan ini berlanjut, pasti mertuanya akan ikut campur dan dirinya akan dipermasalahkan."Mas Randi selingkuh," jawab Murni. "Kamu seli
Baca selengkapnya
bab 60
"Maaf, Mbak, tadi suaminya jatuh dari motor saat mengantar saya," ucap wanita tersebut saat tiba di ambang pintu. Ia berhenti saat melihat Murni menatapnya dengan tatapan tajam."Sampai di sini saja, ya, Mas?" ucap wanita tersebut. Dia merasa tak enak sendiri terhadap Murni, ia tak mau terjadi kesalahpahaman antara mereka berdua. Setelah itu wanita tersebut pergi, tak lupa ia pamit pada Murni walaupun respon yang ditunjukkan Murni biasa-biasa saja bahkan terkesan dingin.Selepas kepergian wanita tersebut, Randi pun langsung melangkah ke dalam. Ia tak mengucapkan sepatah katapun pada istrinya tersebut dan hanya melewati Murni begitu saja. Sedangkan Murni sendiri langsung menyusul suaminya."Dari mana kamu seharian ini, Mas?" tanya Murni ketika ia mendapati suaminya duduk di sisi ranjang, bahkan tanpa bertanya keadaan suaminya, ia langsung menodong dengan pertanyaan seperti itu.Sedangkan Randi sendiri lebih memilih bungkam, jujur saja saat ini ia masih merasa kecewa."Jawab, Mas! Kamu
Baca selengkapnya
bab 61
"Hallo, Tania," ucap seorang wanita yang datang menghampiri ketika dirinya sedang momong Hanita di taman. Tak hanya Tania, Hanif sendiri juga berada di sana, tetapi suaminya itu tengah menerima telepon dari temannya yang menawarkan tanah di Sumatera."Kamu, kamu Via 'kan?" Tania sedikit lupa-lupa ingat."Iya," jawab wanita tersebut sembari tersenyum."Anakmu sudah besar," ucapnya lagi seolah mereka adalah teman dekat yang lama tidak bertemu. Tania tersenyum, walaupun mereka tidak pernah ada masalah tetapi yang ia ketahui Via pernah masuk penjara karena dilaporkan seseorang."Kamu masih bersama Beni?" tanya Tania. Ia sama sekali bingung mau memulai obrolan dari mana, tapi ingatannya langsung tertuju pada Beni, lelaki kejam yang pernah ia temui. Ya, walaupun selama ini dia tidak pernah menyakitinya, tetapi ia merasa takut kalau lelaki itu akan menyakiti salah satu keluarganya."Masih," jawab Via dengan wajah sendu. Raut wajahnya tak bisa dibohongi, ketika mengingat suaminya itu, Via me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status