All Chapters of Jadi Istri Kedua CEO Dunia Monster: Chapter 21 - Chapter 30
59 Chapters
Syarat yang Mudah
Kedua tangan ini langsung mengepal, ketika mendengar kalimat 'Istri Kedua' yang terucap dari bibir pria itu. Ditambah, rasa kesal ini semakin bertambah kala pria itu menampilkan senyum sinis dan tatapan tak suka. Tak hanya pria itu yang menatap sinis, tapi juga Hunter lain di sekitar yang membentuk lingkaran, untuk berdiskusi ini. Ingin rasanya aku mencongkel bola mata mereka yang sangat tak sopan itu. Namun, aku berusaha meredamnya agar tak menjadi masalah. Jari-jemari yang tadi mengepal kesal di sisi tubuh ini mulai rileks, dan melepaskan genggamannya. Aku menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan sambil melihat ke arah orang-orang di sini."Aku menganggap kalimat itu sebagai penolakan!" tuturku memejamkan kedua mata. "Satu nasihat untuk kalian, lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain lebih dalam. Karena sekarang waktunya untuk mengkhawatirkan rekan kalian, yang mungkin tak bisa bertahan lebih lama lagi," sambungku membalikkan tubuh, mengambil langkah lebar untuk p
Read more
Mengapa Terlihat Begitu Persis?
Aku mengangguk dengan pasti dan mantap, sebagai jawaban dari pertanyaannya barusan. Sekaligus, menandakan bahwa ini adalah syarat yang tetap dariku, tak akan kutarik. Meskipun mereka menolaknya. Di saat yang bersamaan, aku cukup khawatir jika dia tak menerima syarat yang kuajukan barusan. "Itu adalah syarat yang mudah, jika Anda mau. Saya memiliki beberapa orang yang sepertinya bisa membantu syarat itu." Di luar dugaan sebelumnya, aku menghela napas lega di dalam hati. Namun, aku juga terdiam. Sebelumnya, para Hunter itu menolakku dengan kebencian. Memangnya, mereka mau dimintai bantuan? "Baiklah, tapi kita harus mengurusi mereka. Tak mungkin mereka bisa bertahan lebih lama. Apa ada orang yang memiliki skill buff?" tanyaku menunjuk ke arah lima orang Hunter, yang maju ke depan dan menciptakan Barrier. Pria ini menggelengkan kepalanya dengan ekspresi pasrah. "Hunter dengan efek buff untuk meningkatkan stamina, dan lain-lain itu sangat jarang ditemukan. Bahkan bisa dibilang langk
Read more
Bagaimana caranya?!
"Maaf, tapi kami tak lagi bisa bertahan lebih lama, Nyonya," tutur perempuan di depanku, salah satu dari lima orang yang membuat dan mempertahankan Barrier sampai saat ini.  Aku ingin menegurnya agar tidak memanggilku dengan gelar 'Nyonya' tapi dengan nama dari dunia asliku, yaitu Lania. Namun, itu tak bisa dikatakan sekarang, karena yang diprioritaskan adalah keadaan mereka. "Tolong tahan sebentar lagi, aku akan memberitahukan rekan-rekan kalian untuk segera bersiap di tempat mereka, melawan Fire Goblin!" perintahku pada mereka. Beberapa orang melirikku dengan ragu, tapi mereka saling bertatapan lalu mengangguk. "Mohon bantuannya, Nyonya!" seru mereka secara serentak yang hanya aku balas dengan anggukan. Aku kemudian membalikkan tubuh, melihat ke arah Hernandez yang sibuk untuk mengevakuasi Tamu Undangan keluar dari aula. "Tuan Hernandez, tolong persiapkan beberapa orang untuk segera maju, untuk melakukan seperti yang kita rencanakan tadi!" teri
Read more
Assasinator
"Satu-satunya cara adalah masuk, lalu mengalahkan Boss-nya!" jawab Hernandez menunjuk ke arah Portal Dungeon yang terbuka. Aku mencuri pandang ke arahnya, sambil mengepalkan kedua tangan.Aku lalu melirik ke arah panel misi. Misi utama dan misi barunya belum selesai sama sekali. Memejamkan mata dan menarik napas dalam, perlahan aku mulai rileks. "Kapan kita masuk?"Pertanyaan itu terlontar dari bibirku, tanpa melihat ke arah Hernandez yang berdiri di sisi.  "Semakin cepat semakin baik!" balas Hernandez berjalan lebih dahulu, melampirkan senyum smirk pada bibirnya. Menarik dan mengembuskan napas berulang kali, aku mulai menetapkan tekad. "Aku akan ikut denganmu, tunggu aku!" ucapku dengan sedikit keras, khawatir jika Hernandez tak mendengarnya. Aku pun segera mempercepat langkah berlari ke sisinya. Hernandez POV"Bagaimana cara kita melewati Monster Fire Goblin itu?" tanya perempuan bernama Lania ini. Saya menghentikan
Read more
Peringatan!
Aku pun segera mempercepat langkah menyusul dia. Hingga secara bersamaan, kami mulai melangkah masuk ke dalam. Namun, langkah ini terhenti karena lorong menuju bagian samping panggung tadi ditutupi oleh reruntuhan lantai dua. Ini seperti yang Hernandez katakan tadi, kalau akan ada sedikit pemberisahan di jalan menuju Portal Dungeon. "Menjauhlah sedikit, saya akan menyingkirkan reruntuhan-reruntuhan ini dengan skill yang saya miliki!" Hernandez mengucapkannya dengan nada serius.Mengikuti apa yang dia katakan, aku melangkah mundur dan mengambil posisi yang lebih jauh dari tempat Hernandez berdiri. Pria itu mengangkat tangan kanan, sejajar bersama bahu.Cahaya berwarna biru dengan elemen listrik pun muncul merambat dari bahu menuju telapak tangan. Sebuah lingkaran sihir muncul dan menciptakan siluet sebuah pedang besar, seperti yang sebelumnya Hernandez gunakan untuk menyerang para Fire Goblin. Walaupun serangan dan tebasannya tidak berhasil mem
Read more
Kultivasi
"Apa kau sudah siap?" di saat aku sedang membaca jawaban yang tertera pada layar hologram ini, Hernandez tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan. Aku pun melihat ke arahnya.Senyum smirk terukir pada bibir ini dengan sedikit anggukan. Jantung mulai berdebar tak karuan. "Tentu saja aku siap." Kalimat itu terucap dengan keringat dingin dan adrenalin yang mulai terpacu dalam diriku.Hernandez kemudian tersenyum smirk, dan itu diarahkan untukku. "Kita hanya perlu menyelinap. Namun, bila kita ketahuan oleh mereka. Maka siap-siap keluarkan senjata andalan milik masing-masing," jawabnya yang aku angguki dengan mantap. Kami berdua pun mulai berjalan mengendap-endap secara perlahan, tapi Hernandez berjalan lebih dulu di depanku. Langkahnya terlihat sangat berhati-hati. Entah mengapa, aku teringat tentang Fero.Jika mengingat masa lalu, tak sekali dua kali aku dan Fero mengendap-endap seperti ini. Terutama untuk bolos pada jam pelajaran guru killer. Sudah tak
Read more
Potion Healing (S)
Kata-kata yang tertera di panel hologram transparan itu membuatku membelalakkan kedua mata tak percaya. "Dari mana Anda mendapatkan informasi itu?" suara Hernandez kemudian terlontar, membuyarkan semua lamunanku yang sedang menatap layar hologram di depan mata. Aku mengalihkan pandangan. Menatap Hernandez dengan tubuh yang membeku di tempat sehabis mendengar pertanyaannya. Bagaimana cara aku menjawab pertanyaan itu? Masa iya harus membeberkan kalau sebenarnya diberitahu oleh sistem?Waktu semakin sempit. "Aku tak akan pernah menjawab pertanyaan itu. Lebih baik kita fokus untuk mengeluarkan semua kekuatan, seperti yang tadi kamu bilang," balasku menghindari pertanyaannya sambil menatap ke arah para Fire Goblin.Makhluk hijau yang hampir satu jenis dengan tuyul itu benar-benar terfokus pada kami. "Baiklah, tak ada cara lain untuk menghindar selain melawan makhluk itu," balas Hernandez seraya menghela napas. Dia melangkah tepat ke samp
Read more
Hernandez?!
Melihat kalimat yang tertera pada sistem, aku langsung menganggukkan kepala. "Unghh!" bibir ini langsung meringis menahan sakit luar biasa setelah menganggukkan kepala dengan gerakan kecil.Sangking sakitnya, aku ingin berteriak dengan sangat keras dan berminat untuk menjambak seseorang kuat-kuat. Namun, suaraku tercekat dengan jari-jemari yang sangat sulit untuk bisa digerakkan. Nasib oh nasib. [Notifikasi! Karena Anda tidak mampu bergerak, maka sistem yang akan menggerakkan botolnya agar bisa diminum!]Sebuah botol berwarna hijau keunguan pun muncul di depan mulutku dengan tutup yang terbuka. Botol itu bergerak mempertemukan bagian bibir botol dengan bibirku. Sedikit-demi sedikit, cairan potion-nya masuk ke dalam mulut dan aku telan secara perlahan.Pahit dan pekat seperti kopi mentah tanpa ada gula atau susu. Aku ingin memuntahkannya keluar, tapi demi sembuh dengan cepat terpaksa harus kuteguk semua. "Nyonya?" suara dari Henandez pun
Read more
Pedang
Dia mengangkat pedang tinggi-tinggi, lalu mengayunkannya padaku. "Ghoaar!" teriakan para Fire Goblin dari kelompok empat yang merupakan hasil dari perkawinan silang itu menggema di ruangan. Berusaha mengarahkan kepala untuk melihat. Mereka mulai menembakkan gumpalan putih di ujung kaki laba-laba yang menancap di punggung mereka itu. Entah kebetulan atau bukan, gumpalan putih yang mereka lontarkan itu mengenai pedang besar milik Hernandez. Sontak saja, pedang yang dia ayunkan menuju leherku tadi langsung meleset, dan malah membelah batu yang tepat berada di atas bahuku. Bunyi angin bekas tebasannya pun mengalun sampai ke telingaku. Pikiranku langsung membayangkan bagaimana jika pedang itu benar-benar menancap pada leher. Seketika itu juga, leher ini akan langsung berpisah dan ditemani oleh darah. Tanpa peringatan, perasaan nyaman seperti diselimuti oleh selimut hangat pada saat berada di tengah badai salju menyelimuti tubuh. [Notifikasi! Efek samping berupa perasaan nyaman, sedang m
Read more
Kebencian Riana Padaku
[Notifikasi! Sistem tak bisa menjawab pertanyaan Anda.] Aku tak lagi bertanya dan melirik ke arah Angklung-angklung yang melayang di belakang punggungku. Benda tradisional dari Indonesia, khususnya dari Jawa Barat ini menyesuaikan letak mereka sesuai gerakan postur tubuhku. Semasa digendong oleh Hernandez di lorong-lorong menuju tempat ini. Angklung itu melayang dan bergerak ke depanku berjejeran sesuai angka. Angka satu yang berarti do sedang di bagian kiri, berjejer sampai ke angka satu dengan titik di atasnya. Biasa, angka satu dengan titik di atasnya itu disebut do tinggi. Kemudian, di saat aku sedang terbaring dengan tubuh yang retaknya luar biasa. Angklung-angklung ini malah mengelilingi tubuhku, tapi tetap melayang sekitar lima sentimeter dari tanah. Aku mengulurkan tangan untuk meraih Angklung dengan beberapa angka favoritku dan Fero. Aku kebetulan teringat akan misi yang disuruh untuk membuat para tamu undangan, juga Fire Goblin mendengar melodi Angklung ini. Dadaku tera
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status