Semua Bab Saat Ponsel Suami Tertukar Dengan Ponsel Istri : Bab 51 - Bab 60
88 Bab
Karma Tak Pernah Salah Alamat!
Part 30 (Karma Tak Pernah Salah Alamat!) ****POV Reza. "Ayo kita pulang!" Dengan kasar aku menarik tangan Salma. Hatiku hancur berkeping-keping. Kudapati istriku dijamah pria lain, dan yang membuat dada ini semakin sesak, saat ia tak sama sekali melakukan perlawanan. Aku lupa, mereka suka sama suka. Tidak ada unsur paksaan. Salma rela menjajahkan tubuhnya demi uang. "Apaan sih kamu ini aku belum selesai, gimana kalau dia minta uangnya kembali!" Salma menolak saat aku mengajaknya pulang. Dan apa tadi? Ya Tuhan? Apa yang terjadi dengan hidupku ini. Kenapa aku terus dibuat menderita. Salma kembali melangkah menuju rumah itu. Namun, dengan cepat aku menahannya. Lihatlah dia, kemeja yang ia pakai bahkan tidak sempat di kancing. "Kamu mau ngapain lagi, urusan kita belum selesai!" Ubun-ubunku terasa panas, apa yang ia katakan menyulut emosiku. "Kamu pulang sana dulu! Setelah aku selesai layani dia kita bicara lagi!""Tidak bisa, aku ini suamimu! Aku tidak suka dibantah!""Dia membayar
Baca selengkapnya
Karma Tak Pernah Salah Alamat II
Part 30 (Karma Tak Pernah Salah Alamat II)***Dua puluh menit berada di jalan, akhirnya kami tiba di rumah. Buru-buru kutarik Salma masuk ke dalam rumah. Lalu kututup pintu kasar. Ia sempat melakukan perlawanan, lantaran kesal kudorong tubuhnya ke sofa. "Kamu ini apa-apaan sih Mas! Kamu kasar banget!""Kamu itu yang apa-apaan! Kamu itu punya suami! Masih pantas kamu berdua bersama dengan pria di luar sana!"Dadaku bergemuruh hebat, gigiku terdengar saling beradu saat kuucapkan itu padanya. "Memangnya kenapa hah?! Ini hidup aku, kamu siapa?"Embusan napas kasar keluar dari rongga hidungku. Salma beranjak bangkit, kulayangkan tamparan di pipinya. "Keterlaluan kamu! Seperti ini tampang aslimu!"Salma memegang pipinya yang panas. Mata itu menyala tajam beradu tatapan dengan mataku. "Dua kali kamu tampar aku, Mas!""Itu pantas kamu dapatkan, istri selingkuh sepertimu harus dikasih pelajaran!""Maling teriak maling! Hellow, ngaca dong Mas. Kamu juga selingkuh! Gak ingat kamu, apa yan
Baca selengkapnya
Di ujung Pencarian!
Part 31 (Di ujung Pencarian!) ****Pov AuthorBermodalkan alamat dari Jordan, Zeen mencari kediaman Ari Kusuma. Tepatnya di sebuah desa yang tak jauh dari hiruk-pikuk kota. Setelah bertanya pada salah satu warga yang kebetulan tinggal di sana, mereka berdua pun langsung menyambangi rumah itu."Kau yakin ini rumahnya, Bung?" Haris bertanya sambil mengedarkan pandangan, menatap halaman depan rumah yang diisi dengan berbagai macam tanaman. "Dari alamat yang diberikan Jordan dan keterangan Ibu tadi, harusnya benar ini rumahnya.""Ya sudah kalau begitu tunggu apa lagi, ayo," ajak Haris. Zeen menganggukkan kepala, kedua pria itu lantas berjalan menuju teras rumah. Diketuk pintu, menunggu sahutan dari dalam yang lumayan lama. "Kenapa lama sekali,""Sabar Bung, siapa tahu pemilik rumah ini sedang sibuk di dalam," ujar Haris. Zeen kembali mengetuk pintu, matanya meneliti sekitar. "Iya ... Tunggu sebentar." Tak lama kemudian terdengar suara dari dalam, lalu disusul dengan pintu yang dibuk
Baca selengkapnya
Ana, Will You Marry Me?
Part 32 (Ana, Will You Marry Me?)****"Kita itu mau ke mana sih Ma, dari tadi kok muter-muter terus?" Nana bertanya pada Mama Reni, pasalnya sudah setengah jam mereka berada di jalan. Mantan mertuanya itu belum juga mengatakan tempat mana yang akan mereka tuju."Kita ke Mall yuk Na," usul Mama Reni. "Mau ngapain? Belanja lagi?" tanya Nana seraya menurunkan kecepatan mobil. "Kita beli baju, atau kita beli tas baru gitu," ujarnya. Nana meliriknya sekilas, lalu fokus mengemudi. "Bajuku sudah banyak Ma, yang baru juga belum sempat aku pakai. Masa mau beli lagi?""Kita ke cafe, ngopi?""Aku gak suka kopi Ma."Diembuskan napas pelan, wanita bersanggul itu membalas tatapan Nana memelas. "Terus kita ke mana dong?" tanya Mama Reni. "Kok Mama malah tanya aku, bukannya Mama kan yang tadi ajak aku keluar.""Gimana kalau kita beli kue?""Bukannya Mama udah bikin kue tadi pagi.""Gak tahu ah Mama pusing." Mama Reni melengos membuat Nana geleng-geleng kepala. "Gimana kalau kita ke kantor Pap
Baca selengkapnya
Ana, Will You Marry Me II ?
Part 32 (Ana, Will You Marry Me?)***Matahari sudah lama terbenam, langit biru cerah kini digantikan dengan gelapnya malam tanpa taburan bintang, hanya ada bulan sabit yang muncul malu-malu dari ufuk timur. Udara di luar pun tak terasa sudah dingin.Gemerlapnya lampu menerangi sepanjang jalan. Nana melempar tatapan keluar jendela, menatap bangunan bertingkat itu dari sana. Sejak pukul 4 sore sampai sekarang jam 7 malam, orang tua Zeen itu mengajaknya pergi ke berbagai tempat. Apa daya Nana, ia tidak bisa menolak. Alhasil ia mengikuti ke mana pun mereka pergi. Mulai dari makan di restoran, sampai ke toko perhiasan. "Sebentar lagi kita sampai rumah," tutur Papa Erick. Hening, tidak ada jawaban. Nana meresponnya hanya dengan anggukan kepala."Mama jadi merasa bersalah ini.""Gak pa-pa, Ma, aku senang kok bisa jalan-jalan sama kalian," jawab Nana. Sepuluh menit berlalu mobil yang dikemudikan Papa Erick akhirnya tiba di halaman rumah. Zeen sudah memberi kabar jika dirinya sekarang ber
Baca selengkapnya
Rasa Dengki Yang Mendarah Daging
Part 33 (Rasa Dengki Yang Mendarah Daging)****"Ana, Will you marry me?" Berulang kali Nana mengerjapkan mata, buliran bening yang menumpuk di sana tak terasa sudah meleleh. Disekanya detik itu juga. Tak bisa Nana bohongi, ia terharu sekaligus bahagia. Terharu dengan ucapan Zeen barusan. Dan bahagia, akhirnya Zeen mau mengungkapkan perasaannya. "Zeen, apa ini mimpi?" Nana kembali bertanya. Sosok pria yang kini berdiri di hadapannya itu adalah Atarik. Di temani gelapnya malam, Zeen memberikan sebuah kejutan yang tidak pernah Nana duga sebelumnya. Pria itu menghias kamarnya dengan balon, dan jangan lupakan puluhan boneka dan mawar yang ada di sana."Ini bukan mimpi Ana, ini nyata," jawabnya. Ia bahkan memanggil namaku seperti dulu. Senyuman tipis terukir di sudut bibir Zeen. Ia masih berjongkok menunggu jawaban dari Nana. Irama jantung pria itu berdetak cepat. Dipandangi Nana dengan cemas. Ia harus siap dengan apa pun keputusan Nana. Ia tidak boleh egois, patah berkali-kali membuatn
Baca selengkapnya
Iri? Bilang Bos!
Part 34 (Iri? Bilang Bos!) ****POV Nana. [Duh Jeng Reni. Nana sama Zeen memang cocok. Titip salam buat Nana. Semoga setelah menikah nanti mereka berdua cepat dapat momongan. Dan mudah-mudahan ini yang terakhir.]Kujatuhkan pantatku di kursi. Asyik menggulir layar ponselku, menemukan postingan Mama di sana. Iseng, kulihat kolom komentar. [Duh Jeng, kayaknya Reza itu cuman jagain jodoh Abangnya doang.] [Akhirnya kapal Zena berlayar juga, wkwkwk.] Berbagai macam komentar mewarnai postingan Mama di aplikasi biru itu. Namun, tak lama, setelah kugeser ke bawah. Kutemukan salah satu komentar yang begitu menohok. Singkat, padat, namun terasa begitu menyakitkan.[Basi. Jijik, dasar mur*han.] Begitulah komentarnya.Komentar itu dari akun bernama Ira Fratiwi. Yang kuyakini itu akun Ibuku. Aku tersenyum hambar. Apa Ibu tidak pernah merindukanku? Bertahun-tahun ia menelantarkanku. Apa tidak ada sedikit pun niatan untuk memelukku walau hanya sebentar? Di sini aku sedang terluka, tidak ada
Baca selengkapnya
Alasannya?
Part 35 (Alasannya?)**** POV Zeen "Zeen, apa adikmu itu tidak jijik dengan Salma? Istrinya itu kan sering open B*? Apa dia tidak takut kalau sewaktu-waktu kena penyakit kelamin?" tanya Nana sembari menggekoriku ke kamar. Terdengar suara Mama yang masih berusaha mengusir Reza. Mereka bersikeras untuk tinggal di sini. Astaga, entah mimpi apa aku semalam. Kehadiran Reza membuatku tidak tenang. Aku takut Nana kembali menempel pada kutu itu. "Reza udah pasti jijik Na, tapi ego dan gengsinya tinggi," jawabku tanpa meliriknya. Aku mengenal betul watak adikku itu seperti apa. Ia anti menjilat ludah sendiri. Padahal sudah jelas, Salma tidak pantas untuk ia pertahankan. "Maksudnya? Dia bertahan karena gengsi?" Alis Nana bertaut, ia mengikutiku kenapa pun kaki ini melangkah. "Iya. Kamu lihat sendiri kan tadi. Dia lebih memilih bertahan, karena kalau dia bercerai, dia merasa menjadi bahan olok-olokan."Nana manggut-manggut mendengar penjelasanku, ia menarik napas, kemudian menghembuskannya
Baca selengkapnya
Ancaman!
Part 36 (Ancaman!)****"Bukti yang kemarin kau bawa itu kau kumpulkan jadi satu, taruh ditempat yang aman, jangan sampai ada orang yang mengambilnya. Karena setelah kita ketemu dengan pelakunya, semua bukti akan kita lempar ke polisi." Aku berujar pada Haris. Setelah selesai berbicara dengan Pak Teguh kami meninggalkan restoran. Cerita dari Pak Teguh tadi setidaknya mengurangi rasa penasaranku. Aku tak lagi bertanya-tanya tentang alasan Idro membenci Nana, karena sudah kutemukan jawabannya. Dendam di masa lalu yang membuat Nana menjadi korban keganasan orang tuanya. Aku kini tinggal memburu pelaku yang mesabotase mobilku. Ia bisa menjadi sanksi kuat untuk menjebloskan Idro ke penjara. Ia juga satu-satunya orang yang bisa membuat Idro tak berkutik. Karena Idro lah yang membayarnya seperti halnya yang Idro lakukan pada Pak Ari Kusuma.Sejauh ini aku sudah mengantongi identitasnya, berupa nama, dan sebuah foto yang kudapatkan dari Jordan. Tinggal melacak keberadaan orang tersebut, dan
Baca selengkapnya
Kenyataan Pahit
Part 37 (Kenyataan Pahit) *****POV Nana.Sejak mimpi buruk itu, aku sama sekali tidak bisa tenang. Berbagai prasangka turut mengisi benak ini. Dalam mimpiku, aku melihat Zeen berbaring di rumah sakit dengan ditopang alat-alat medis. Rasa khawatir dan cemas selalu datang menghantuiku, terlebih saat aku sedang jauh darinya. Seperti hari ini. Aku bahkan sampai nekat menyusul Zeen ke kantor demi mengobati rasa cemasku yang berlebihan itu. Aku tidak mau hal buruk terjadi padanya. "Kamu antar makan siang Zeen?" tanya Mama setelah menghempaskan tubuhnya ke sofa. Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban, lalu meletakkan susu kotak yang habis kuseruput itu di meja, lantas mengusap sudut bibirku yang sedikit belepotan. "Berarti kamu masak tadi itu buat Zeen?" tanya Mama Reni lagi. Tatapan matanya penuh selidik. Aku tersenyum canggung sembari mengangguk malu-malu. "Iya, Ma.""Ada apa kalian datang ke sini?" Zeen menyela, ia menatap pasangan suami istri itu bergantian. "Papa mau bicara pen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status