Lahat ng Kabanata ng Kamu Berulah, Waspadalah!: Kabanata 61 - Kabanata 70
224 Kabanata
Melepas Sesak. 61
MELEPAS SESAKPART 61Azkia akhirnya sekarang bersamaku juga. Pulang bersama di rumah apartemen milik Bu Putri. Hati ini sungguh lega sekali. Bisa berkumpul dengan anak. Hati ini juga tenang, setidaknya ikut Bu Putri dengan segala penjagaannya.Entah berapa dana yang di keluarkan Bu Putri, untuk mendanai seluruh penjagaan ini. Tapi, mungkin sekelas Bu Putri, uang nomor sekian, yang terpenting dia aman.“Hai, cantik sekali kamu,” ucap Bu Putri memuji Azkia, yang di puji senyum-senyum polos. Kemudian nyengir memamerkan gigi ompongnya. Seolah terlihat senang sekali di puji cantik oleh Bu Putri.“Makasih, Tante,” balas Azkia lugu.Bu Putri terlihat mencubit gemes Pipi Azkia. Pak Maftuh habis mengantarkanku dan Azkia, beliau langsung pamit pulang. Mungkin ia ingin segera beristirahat, karena keadaan hari ini juga cukup melelahkan.Bertemu setiap hari dengan Pak Maftuh, juga semakin membuat hati ini nyaman. Seolah sudah merasakan ketergantungan. Hemm, tapi aku juga selalu mengingatkan diri
Magbasa pa
Persidangan. 62
PERSIDANGANBab 62*************Pagi ini, dengan memakai baju khas gaya Melisa, aku siap untuk menuju ke Pengadilan.Bismillahirrahmanirrahim ... semoga segala urusanku, di permudahkan hari ini.Azkia juga sudah siap. Biarkan ia bertemu dengan ayahnya. Mungkin dia rindu, tapi bisa jadi tak berani ia menyampaikan rasa rindunya."Kamu cantik sekali, Melisa," ledek Bu Putri, aku mengulas senyum tipis."Melisa memang cantik, kalau Ratih buruk rupa, ha ha ha," balasku. Bu Putri ikut menambahi tawa ini."Ratih juga cantik, cuma kurang dana saja. Kalau Melisa, sudah over dananya," ucap Bu Putri. Cukup membuatku manggut-manggut seraya menahan tawa yang ingin meledak lagi."Iya, ya, Bu. Cantik karena dana," ucapku."Semua perempuan dilahirkan cantik. Tergantung kita merawat kecantikan itu. Tapi, melihat kamu secantik ini, saya yakin, Pak Bima pasti menyesal, dan meminta untuk rujuk," ucap Bu Putri. Cukup membuatku tertawa lirih."Ah, Ibu ngomong apa? Mas Bima sudah kepincut dengan harta Bu Su
Magbasa pa
Lanjutan Perceraian. 63
Lanjutan PerceraianBAB 63Alhamdulillah, kami semua sudah keluar dalam ruang sidang.Benar kata Bu Putri, kalau Mas Bima terlihat menyesal. Bahkan terang-terangan meminta maaf dan memintaku untuk rujuk dengannya.Tapi aku memang sudah tak ingin lagi kembali dengannya. Hati ini sudah terlanjur sakit dan hancur berkeping-keping."Aku sudah memaafkanmu, Mas. Memaafkan hal yang mudah, tapi memperbaiki hati yang sudah terlanjur terluka, itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Kalaupun sudah tertata lagi hati ini, itu pun sudah tak seelok dulu. Kita memang sudah tak menjadi sepasang suami istri. Tapi, diantara kita masih ada ikatan anak yang sangat cantik. Azkia tetap anak kita. Sampai kapan pun itu tak bisa di putus. Ikatan pernikahan bisa putus, tapi ikatan anak dan orang tua, sampai kapan pun akan tetap terjalin. Selamat berpisah, semoga bahagia dengan kehidupan masing-masing."seperti itulah ucapanku di hadapan semua orang, dengan mata berkaca-kaca menghadap ke arah Mas Bima. Aku meman
Magbasa pa
Tak Sinkron. 64
TAK SINKRONBAB 64"Pak kita harus gimana?" tanyaku kepada Pak Maftuh. Keadaan semakin riuh. Para karyawan berhamburan. Bahkan lebih padat saat hadirnya Bu Putri dulu itu.Masya Allah ... aura Pak Aksa memang luar biasa. Walau perusahaan Marendra sudah ia limpahkan sepenuhnya kepada Bu Putri Marendra, tapi kedatangannya memang masih sangat di tunggu.Itu membuktikan, kalau Pak Putra Aksa Marendra, memang orang yang baik. Banyak ia meninggalkan jasa baik, kepada orang-orang di sekitarnya.Semoga kelak jika Allah memberiku lancarnya rejeki, aku bisa seperti beliau. Aamiin."Pak Aksa sehat? Katanya lumpuh?" suara berisik karyawan saling bersahutan. Banyak tanda tanya yang mereka lontarkan.Ya, jelas banyak sekali tanda tanya yang bermunculan. Karena aku juga seperti itu awalnya.Sungguh, sangat berani Pak Aksa mengambil suatu rencana demi membongkar busuknya hati orang-orang di sekitarnya.Benar kata Pak Aksa. Saat kita jaya dan sehat, orang pasti akan banyak yang mendekat. Tapi, saat ki
Magbasa pa
Tragis. 65
TRAGISBAB 65***************"Kita mau kemana?" tanyaku"Kemana saja, yang penting bisa segera menemukan mereka," Jawab Pak Maftuh. Kaki ini masih terus melangkah menyusuri tiap lorong kantor ini."Kemana lagi? Mereka tak ada di ruangannya," tanyaku lagi. Napas ini sudah terasa ngos-ngosan. Tenggorokan juga sudah lumayan merasakan kering.Aku lihat Pak Maftuh juga sama. Keringat juga terlihat di wajahnya. Padahal kantor ini berAC.Karena yang bikin panas bukan hanya suhu tubuh saja, tapi juga suhu hati dan pikiran.Tiba-tiba Pak Maftuh menghentikan langkah kakinya. Karena yang aku ikuti berhenti, aku juga ikut berhenti."Ada apa?" tanyaku.Pak Maftuh diam, tak menanggapi, tapi tatapan matanya mengarah ke suatu tempat.Karena penasaran, aku mengikuti pandangan mata Pak Maftuh.Aku melihat ada dua orang lelaki berpakaian OB. Seragam OB perusahaan Marendra."Kenapa? Ada yang salahkah dengan dua OB itu?" tanyaku penasaran. Pak Maftuh belum menjawab, matanya masih fokus ke OB itu.Aku lih
Magbasa pa
Keadaan Ratih. 66
KEADAAN RATIHBAB 66"Bertahanlah! Bertahanlah!" hanya itu yang bisa aku katakan. Mbak Ratih pingsan. Mau tak mau aku menggendongnya. Karena aku tak akan mungkin membiarkannya sendirian."Berhenti!" teriakan itu terus menggema. Aku terus berlari dengan menggendong Mbak Ratih. Sekuatku, memampuku.Aku hanya ingin perempuan dalam gendonganku ini selamat. Tak ada yang lain.Ya Allah ... aku tak bisa memaafkan diri ini, jika sampai terjadi apa-apa sama wanita ini. Aku mohon! Jangan ambil dia! Aku mohon selamatkan dia!Dalam keadaan yang terasa mencekam seperti ini, rasanya berlari untuk keluar dari lorong ini terasa sangat jauh."Sialan ada Polisi! Kita tak mungkin melanjutkan pengejaran!" teriak mereka."Mundur!" teriak mereka lagi. Aku sudah tak memperdulikan mereka. Tapi, kalau mereka memilih mudur, aku sangat bersyukur. Karena setidaknya aku selamat. Untunglah Polisi segera datang. Jadi mereka memilih mundur dengan sendirinya.Ya, mata ini sudah melihat Polisi mendekat. Mata ini juga
Magbasa pa
Kabar Ratih. 67
KABAR RATIHBAB 67“Bagaimana keadaan adik saya?” tanya Bu Putri gugup. Ya Allah, aku melihat ketulusan cinta dan kasih sayang dari Bu Putri Marendra. Mata itu mengarah fokus ke dokter yang menangani Mbak Ratih.Menunggu jawaban dari dokter terasa sangat lama. Kuperhatikan dokter itu juga sangat berat menyampaikan kabar.“Maaf, pasien dalam kondisi koma, karena darah terus mengalir. Cukup dalam pisau itu mengenai tulang belakangnya, jadi kami harus segera memindahkannya ke ruang ICU,” ucap dokter itu. Cukup membuat kami tercengang.“Lakukan yang terbaik buat adik saya!” perintah Bu Putri. Dokter itu mengangguk dengan napas yang terdengar berat.“Tapi, anak saya bisa selamatkan, dok?” tanya Emak dengan bibir yang bergetar. Dokter itu terlihat meneguk ludah dan menundukan kepala pelan.“Saya tak bisa memberikan janji apapun. Saya hanya bisa berusaha semaksimal mungkin, sebisa saya. Selebihnya, kita pasrahkan saja kepada Sang Pemberi Hidup,” ucap dokter, nada suaranya terdengar berat.“
Magbasa pa
Tertangkap. 68
TERTANGKAPBAB 68****************Kukuatkan hati ini, untuk masuk ke ruangan ICU di mana Mbak Ratih di rawat. Kulihat wajah cantiknya itu. Terlihat sangat pucat. Mata indahnya itu terlihat masih menutup.Dengan tangan gemetar, aku memberanikan diri untuk meraih tangannya. Tangan itu masih terasa hangat. Keletakan tangan itu di pipi. Kemudian ke ciumi berkali-kali.Sungguh, aku takut jika harus kehilangan lagi. Tujuh tahun yang lalu, aku juga mendampingi Alexa di ruang ICU. Karena ia tak langsung meninggal. Masih sempat bertahan dua hari.Ya Allah ... berikan kesempatan wanita ini, untuk bertahan lebih lama lagi. Karena aku ingin sekali membahagiakan dia. Tolong kali ini, kabulkanlah doaku! Dengarkanlah doaku!Kuamati monitor yang memberikan kode berapa persen detak jantungnya. Tujuh puluh persen. Mata ini melihat angka itu di layar monitor.Astagfirullah ... sesak sekali dada ini melihatnya. Tetap berharap agar tetap naik detak jantung itu.“Mbak Ratih! Aku mohon bertahanlah! Jangan
Magbasa pa
Pak Aksa Murka ke Bu Sukma. 69
Pak Aksa Murka Ke Bu SukmaBAB 69“Bu, saya ijin menemui Pak Bisri,” ucapku kepada Bu Putri. Bu Putri terlihat terdiam sejenak, kemudian menoleh pelan ke arahku.“Ada apa?” tanya balik Pu Putri. Kuatur dulu napas yang terasa tersumbat ini.“Baru saja mendapatkan kabar, kalau Bu Sukma sudah tertangkap. Tapi, yang lainnya belum, mereka masih dalam pencarian Polisi. Nampaknya saya tahu di mana Pak Revando,” jelasku.Bu Putri melipat kening sejenak. Nampaknya beliau sedang berpikir.“Ada apa dia ada di ....” Bu Putri menggantungkan ucapannya. Nampaknya Bu Putri sedang menerka. Karena walau bagaimana Pak Revando dulu juga orang kepercayaan Bu Putri. Jelas Bu Putri juga tahu banyak seluk beluk Pak Revando.“Di mana, Bu? Apakah satu pemikiran dengan saya?” tanyaku memastikan. Bu Putri terlihat meneguk ludah sejenak, kemudian tangan itu terlihat memijit pelipis kepalanya.“Kalau Ibu tak mau menjawab juga tak apa-apa. Saya permisi dulu! Saya titip Mbak Ratih. Kalau ada apa-apa, tolong langsung
Magbasa pa
Penangkapan. 70
PENANGKAPANBAB 70Bismillah ....Bayangan Mbak Ratih kritis sangat menghantui pikiranku. Tapi, justru itu aku berani dan bertekad untuk mencari Pak Revando dan Pak Haikal. Pokoknya mereka harus ketemu, entah bagaimana caranya.Kaki ini terus melangkah menuju masuk gerbang panti jompo Harapan. Melangkah seorang diri, dengan komunikasi yang sudah terhubung ke Pak Aksa. Sudah ada pengawalan ketat di luar sana. Aku yakin semua pasti akan baik-baik saja.“Mencari siapa, Pak?” tanya perempuan muda, dengan memakai seragam panti jompo Harapan ini. Mungkin ia salah satu pekerja panti jompo ini. Ia terlihat mengulas senyum tipis. Mungkin yang melihat aku celingukan menimbulkan penasaran baginya.Ya, aku celingukan karena memang mencari keberadaan Pak Revando dan ibunya. Tapi, mata ini belum menemukan mereka.“Emm, atas nama Bu Jumarni, apa masih di sini?” tanyaku. Perempuan muda itu, terlihat melipat kening sejenak.“Maaf, Bapak ini siapa?” tanyanya lagi. Mungkin dia pekerja baru, karena dulu
Magbasa pa
PREV
1
...
56789
...
23
DMCA.com Protection Status