Semua Bab Kamu Berulah, Waspadalah!: Bab 41 - Bab 50
224 Bab
Duel Maut. 41
DUEL MAUTPART 41Hawa tegang dan semakin memanas. Aku tetap memantau di tempatku, belum berpindah tempat. Masih kunikmati keadaan ini.Keadaan Mas Bima dan Bu Sukma yang berantem hebat. Sungguh aku menunggu saat-saat ini. Tak sabar melihat mereka duel maut hingga saling memutuskan. Jelas mantap sekali.Menunggu hancurnya dua sejoli, yang sama-sama tak punya malu. Yang sama-sama sudah putus urat malunya. Menjadi terasa semakin tak sabar, melihat adegan real pertengkaran mereka.Membayangkannya saja sudah menegangkan, apalagi asli tengkar hebatnya? Hemmm ... jelas bikin senam jantung."Berani kamu menamparku?" sungut Mas Bima. Ya, aku tahu lelaki itu, memang pantang di tampar oleh perempuan."Karena kamu memang pantas untuk di tampar! Dasar laki-laki brengs*k!" balas Bu Sukma tak kalah lantang."Kamu jangan gampang percaya gitu saja! Aku yakin ada yang menjebak kita!" ucap Mas Bima. Seolah ingin menenangkan Bu Sukma dan membela dirinya."Menjebak gimana? Jelas-jelas ini videomu sama si
Baca selengkapnya
Lanjutan Duel Maut. 42
LANJUTAN DUEL MAUTPART 42Aku tahu ini keadaan genting, tapi suasana hatiku? Ya Allah ... lumer ... seolah aku terbang ke angkasa, menyusuri indahnya kelok pelangi.Pak Maftuh terlihat melangkah untuk mendekati Bu Sukma dan calon mantan suamiku, aku tahu mereka itu nanti, akan terjadi ledakan nuklir selanjutnya. Tapi, kok, hati ini berbunga-bunga. Tak cemas jika nuklir itu di ledakan? Aneh. Astaga ... cinta memang aneh. Aku merasakan keanehan cinta itu.Aih, apa aku jatuh cinta lagi? Jatuh cinta di saat keadaan genting? Di saat keadaan hendak meledakan bom atom? Saat akan ada duel lanjutan?Entahlah. Cinta memang datang kapan saja dan dalam keadaan yang tak terduga. Bahkan dalam keadaan genting sekali pun, tetap terasa sweet sekali.Seperti aku ini, jatuh cinta di saat hendak duel maut dengan pasangan sejoli yang sama-sama tak tahu diri itu. Mau duel maut, tapi hati berbunga-bunga? Aneh kamu Ratih! Aneh! Semoga aku masih waras.Aku belum melangkahkan kaki, belum mengikuti jejak Pak M
Baca selengkapnya
Kedatangan Bu Putri. 43
Kedatangan Bu PutriPART 43Hati ini berdebar lebih hebat saat mengetahui Bu Putri datang. Lebih hebat d banding saat hendak duel dengan Bu Sukma dan pacarnya itu.Entahlah, aku lebay atau gimana, tapi memang itu yang aku rasakan. Teramat sangat mengkhawatirkan keadaan Bu Putri.Ya Allah lindungi Bu Putri! Segera berikan jalan untuk masalah ini.Pak Maftuh terlihat tergesa-gesa melangkahkan kakinya. Pun aku tak kalah bergegas dengan hati yang tak bisa aku dijelaskan.Keringat dingin seolah membanjiri. Pertanda aku memang sedang dalam keadaan tak baik. Karena hati terasa bergemuruh hebat.Semua karyawan nampak sangat antusias saat mendengar kedatangan Bu Putri."Beneran Bu Putri datang?" telinga ini mendengar kasak kusuk karyawan sedang berbicara."Iya katanya. Semoga, ya?! Nggak ada beliau perusahaan ini tinggal hancurnya! Kalau perusahaan ini hancur, kita jelas di PHK masal," jawab yang lainnya."Jangan dong ... cari kerjaan sekarang susah banget," celetuk yang lainnya.Kucerna ucapa
Baca selengkapnya
Perlawanan. 44
PERLAWANANPART 44***********Semua telah berhambur, kembali ke ruangan masing-masing. Untuk melanjutkan kembali pekerjaan mereka.Tantangan apa juga tak di jelaskan oleh Bu Putri. Karena selepasnya Bu Putri hanya menyampaikan permintaan maaf saja. Permintaan maaf, atas ketidak nyamanan selama ia pergi. Termasuk molor terima gaji.Aku dan Pak Maftuh juga sudah berada di dalam ruangan. Mau mendekati Bu Putri juga belum berani.Bu Putri masih bersama Pak Bisri. Jelas banyak sekali masalah keuangan yang harus di bahas. Karena kabarnya, keuangan perusahaan Marendra ini, menjadi nggak jelas keluar masuknya uang, selama hilangnya Bu Putri.Semoga Bu Putri bisa menyelesaikan masalah ini semua. Dan Pak Aksa segera di temukan kabarnya. Jadi penasaran siapa yang menculik Pak Aksa. Ya allah ... Pak Aksa itu sudah lumpuh, tapi masih menjadi incaran dan di manfaatkan oknum-oknum yang tak bertanggungjawab. Kasihan sekali."Pak.""Iya?""Aku ingin bertemu Bu Putri. Penasaran," ucapku. Menyampaikan
Baca selengkapnya
Perlawanan Lanjutan. 45
PERLAWANAN LANJUTANPART 45Reflek aku meraih tangan Pak Maftuh, karena melihat Bu Putri murka, hati ini berdebar tak jelas.Pak Maftuh nampak diam saja, saat aku sentuh tangannya. Matanya masih mengarah ke mereka. Fokus dan tajam."Pak Maftuh, Bu Melisa silahkan masuk!" pinta Bu Putri.Hemm, Bu Putri langsung memanggilku dengan nama samaran. Aku dan Pak Maftuh hampir bersamaan mengangguk.Pak Maftuh melangkah, langsung aku ikuti. Kami berjalan beriringan, seraya ku lepas pelan tautan tangan ini. Karena merasa tak enak sendiri, walau di dalam sini berdegub tak karu-karuan.Pak Revando ikut menoleh ke arah kami. Lebih tepatnya ia memandang ke arah Pak Maftuh. Sorot mata dendam yang aku lihat."Silahkan duduk!" pinta Bu Putri, Pak Maftuh terlihat mengangguk dan aku hanya bisa meneguk ludah dengan hati yang semakin bergemuruh hebat.Sesekali kutekan dada ini. Agar sedikit tenang."Bu Melisa ini, saya yang menariknya ke sini. Ia bukan orang Pak Maftuh," ucap Bu Putri, dengan menatap ke ar
Baca selengkapnya
Akal Licik. 46
AKAL LICIKPART 46"Kita harus ambil tindakan sesegera mungkin. Saya tak Sudi menggaji seorang pengkhianat seperti Pak Revando!" sungut Bu Putri dengan napas yang naik turun.Aku, Pak Maftuh dan Bi Putri sekarang berada di apartemen milik Bu Putri. Dengan penjagaan ketat dari Polisi.Ya, Bu Putri sudah berani keluar, karena ia sudah memiliki kekuatan lagi. Ia sudah memegang uang sekarang. Karena dalam keadaan seperti ini, uang memang berkuasa.Dulu ia bersembunyi, karena semua di sita oleh Bu Sukma. Termasuk gawai dan semua kartu-kartu nya. Jadi Bu Putri tak bisa bergerak. Bahkan mau menghubungi Pak Maftuh atau Pak Bisri beliau tak bisa. Belum lagi ancaman, mereka akan membunuh papanya.Ya Allah .... astagfirullah ... sesak sekali jika berada di Posisi Bu Putri. Astagfirullah.Sekarang aku baru tahu, betapa berpengaruhnya Bu Putri Marendra. Bahkan ia bisa di bilang memiliki kekuatan dahsyat dalam dunia bisnis.Beliau di segani. Walau darahnya bukan darah dari keluarga Marendra, tapi j
Baca selengkapnya
Sebuah Jawaban. 47
SEBUAH JAWABANPART 47Masih setia menunggu jawaban Bu Putri. Tapi nampaknya yang di tunggu, masih enggan memberikan jawabannya. Terlihat dari ekspresi wajahnya.Aku dan Pak Maftuh saling beradu pandang, kemudian saling menghela napas. Karena Bu Putri nampaknya memang masih berat untuk menjawab dua pertayaan dariku tadi.Entahlah, kalau sang pemberi jawaban tak mau menjawab, aku bisa apa? Secara aku juga tak berani memaksa seorang Bu Putri untuk menjawab pertanyaanku."Maaf, saya mau istirahat dulu. Saya janji pasti akan saya ceritakan, jika keadaan hati saya sudah membaik," ucap Bu Putri akhirnya.Mau tak mau, harus puas dengan jawaban itu. Aku hanya bisa memaksa untuk mengangguk, dengan menahan semua rasa penasaran ini.Kuperhatikan Pak Maftuh, nampaknya ia juga sama keadaannya denganku. Sama-sama menahan rasa penasaran akut ini.Bu Putri terlihat beranjak dari tempatnya. Kemudian berlalu ke kamarnya."Sabar ... sabar ... ini ujian ...." ucapku asal."He'em, memang harus sabar," bal
Baca selengkapnya
Siapa yang bersama Revando? 48
Siapa Yang Bersama Revando?PART 48Aku mengikuti langkah kaki Pak Maftuh. Entah mau kemana, tapi memang tak mengarah ke rumah yang terlihat kumuh itu."Kita mau kemana?" tanyaku karena napas ini sudah ngos-ngosan."Ikut saja! Kita harus mendapatkan informasi," jawab Pak Maftuh.Kuteguk ludah ini sejenak, sudah terasa kering."Iya, kemana?" tanyaku lagi."Bentar lagi sampai, bersabarlah!" jelasnya."Baiklah!" balasku dengan penuh rasa penasaran. Bagaimana tidak? Rasa penasaran siapa laki-laki bersama Pak Revando itu belum terjawab, kini harus penasaran lagi, kemana kaki akan melangkah.Kami berjalan beriringan, terkadang aku juga ketinggalan."Itu rumahnya," ucap Pak Maftuh seraya menunjuk."Rumah siapa? Kenapa nggak naik mobil saja?" tanyaku double."Kamu nggak lihat, ini jalannya nggak bisa buat lewat mobil?" tanya balik Pak Maftuh. Kuedarkan pandang. Baru menyadari kalau jalannya sempit."Eh, iya juga, ya! Lalu itu rumah siapa?" tanyaku lagi."Rumah Mang Rojak," jawabnya."Dia siap
Baca selengkapnya
Jawaban dari suatu tantangan. 49
JAWABAN DARI SUATU TANTANGAN.PART 49"Mang Rojak tadi siapa? Kok nampaknya tahu seluk beluk Pak Revando dan Bapak," tanyaku, kami sudah ada di warung makan. Mengisi perut karena sudah semakin keroncongan."Dia dulu yang menunggu rumah lama Pak Revando," jawab Pak Maftuh singkat.Kutarik tissue dan mengelap bibir yang terasa basah. Sudah selesai makan, pun Pak Maftuh. Ia juga terlihat menarik tissue, melakukan hal yang sama denganku."Owh, pantas, terlihat akrab," ucapku.Pak Maftuh terlihat manggut-manggut. Kemudian menyeruput kopi yang ia pesan. Aku menyedot es teh. Karena bagiku, apapun makanannya minumnya tetaplah es teh. Tak ada yang lain."Iya, jelas kami akrab dengan Mang Rojak, karena saya dulu juga akrab dengan Pak Revando, hampir setiap hari mendatangi rumah lama itu. Jadi sering ketemu dengan Mang Rojak," jelas Pak Maftuh."Apakah Mang Rojak bisa di percaya?" tanyaku memastikan. Pak Maftuh terlihat mengangguk."Saya yakin dengan Mang Rojak. Beliau insyallah setia dengan Pak
Baca selengkapnya
Perintah. 50
PERINTAHPART 50"Siapa?" tanya Bu Putri. Pak Maftuh masih terlihat memikirkan sesuatu. Terlihat dari sorot matanya yang seolah sedang membayangkan sesuatu."Iya, Pak, siapa?" tanyaku lagi, karena aku juga sangat amat penasaran. Siapa orang yang mengirimkan pesan itu."Saya belum bisa menjawab, saya akan pastikan dulu. Yang jelas, yang memberikan tantangan ini, orang baik. Terlihat dari tulisannya, bahwa ia sedang membakar semangat Ibu, bukan?" ucap Pak Maftuh.Emm, iya juga sih, aku pun menilai, kalau yang mengirim kan pesan lewat DM bukanlah orang jahat. Melainkan ingin memberikan semangat, dan membuka jalan pikir, Bu Putri, untuk melawan rasa takut yang membebani selama ini.Bu Putri terlihat mengangguk pelan. Kemudian menghela napasnya panjang."Pak Maftuh benar, karena DM itulah, terbuka jalan pikiran saya, yang selama ini buntu. Kalau dulu saya takut Papa akan di bunuh Tante Sukma, sekarang apa lagi yang akan saya takutkan? Papa sudah tak berada di tangan Tante Sukma," balas Bu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
23
DMCA.com Protection Status