All Chapters of Pakaian Bayi di Mobil Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30
33 Chapters
Rahasia Besar yang Mulai Terbongkar
Di perjalanan, ponselku berdering. Aku menatap layar. Dari Nur."Halo, Mbak. Mbak dimana?" "Di jalan Nur. Kenapa?"Diam sejenak. Aku menatap keluar mobil. Menunggu Nur berbicara. Dia biasanya berpikir dulu. "Ini, Mama nyuruh Nur nganterin makanan. Eh, Mbak gak ada di rumah."Punggungku langsung menegak. "Kamu gak jagain Mama di rumah sakit? Kok malah ke rumah Mbak, sih." Ah, harusnya Nur menelepon sejak tadi. Jangan sampai dia meninggalkan Mama di rumah sakit. Kacau. Ini benar-benar kacau. Nur tertawa di seberang sana. "Mama udah keluar dari rumah sakit, Mbak. Baru aja tadi subuh. Gak sempat kasih tau Mbak. Repot banget tadi." "Mama udah sehat?" "Udah, Mbak. Udah bisa jalan-jalan. Di rumah banyak yang jagain Mama. Apalagi satpam ada banyak. CCTV dimana-mana. Mbak tenang aja."Aku menghela napas lega. Itu kabar yang benar-benar bagus. "Mbak lagi perjalanan ke rumah Ibunya Mas Riko, Nur. Kamu pulang aja, Mbak masih lama pulangnya.""Oh, ya?" Nur diam sejenak. "Nur ikut, deh, Mba
Read more
Membongkar Siapa Kana Sebenarnya
"Apa itu, Mbak?" tanya Nur sambil melongokkan kepalanya. Dia ingin sekali melihat buku yang baru saja aku ambil. Belum sempat berbicara, pintu kamar diketuk. Pasti itu Ibu Mas Riko. Aku buru-buru mengambil tas, kemudian memasukkan buku ke dalamnya. Nur menoleh ke aku. Dia meminta izin untuk membuka pintu. Baiklah. Aku sudah siap. Yang penting, buku itu sudah ketemu. "Lho, kok belum mandi?" Pandangan Ibu mertuaku mengarah ke dalam ruangan. Aku menghela napas pelan, untung saja tadi sudah dibereskan. "Ngapain aja hampir berapa jam di dalam, tapi belum mandi?" Aku tersenyum, berusaha mencari alasan yang masuk akal. "Tadi Mama telepon, Bu. Agak lama jadinya."Ibu Mas Riko terdiam sejenak, kemudian mengangguk-angguk. "Cepetan mandi, ya. Kali ini, gak ada alasan lagi. Ibu tunggu di ruang makan."Buru-buru aku mengangguk. Kemudian menutup pintu kembali. "Sekarang, waktunya mandi, Nur. Gak ada lagi yang mau kita cari. Bendanya udah ketemu."Nur mengacungkan jempolnya. Aku tersenyum
Read more
Orang di Balik Kejadian Meninggalnya Papa
"Mau ngapain ke rumah Nenek Kana? Toh, gak ada apa-apa disana. Riko juga udah gak temenan lagi sama Kana. Masa kamu gak percaya sama Ibu." Sepertinya, Ibu mertuaku mulai curiga. Ah, aku salah strategi tadi. Buru-buru aku memasang senyum. "Siapa tahu saya dan Mas Riko bisa silaturahmi disana, Bu." Tetap saja tidak dikasih. Itu bisa dipikirkan nanti. Aku menganggukkan kepala. Awalnya, sebelum datang ke rumah Ibu Mas Riko, aku kira mertuaku itu akan memihak ke aku. Ternyata salah. Jauh sekali dari perkiraan. Ibu Mas Riko memang baik. Namun, itu hanya topeng. Aku menghela napas pelan. "Mbak, pulang, yuk. Udah sore."Aku menoleh ke Nur yang baru saja datang. Wajahnya terlihat biasa saja. Sepertinya, dia tidak mendapatkan apa pun. "Ah, iya. Udah sore banget. Nanti kemalaman sampai di rumah." Buru-buru aku berdiri, mengambil beberapa lembar uang berwarna merah di dalam tas. "Ini untuk Ibu. Makasih udah dijamu disini."Ibu Mas Riko langsung mengambil uang yang aku sodorkan. "Makasih
Read more
Seseorang yang Mengetahui Kehidupan Kana
"Sayangnya, mukanya benar-benar asing, Mbak." Aku mengangguk, memperbesar tangkapan layar yang dikirimkan oleh Nur. Foto pria itu sama sekali tidak kami kenali. "Rencananya, Nur sama Mama mau buat laporan ke kepolisian besok, Mbak. Biar langsung diproses laporannya."Ide bagus. Aku mengusap dahi. "Besok Mbak ikut, deh."Nur mengiyakan perkataanku. Dia mematikan telepon setelahnya. Masih banyak rahasia. Namun, aku yakin semuanya akan terbongkar segera. Ya, aku bisa pastikan. Sebelum hakim mengetuk palu di sidang perceraianku nanti, semua rahasia terbuka. ***"Mama mau pergi lagi?" Aku tersenyum, saat menoleh. Andre meletakkan tasnya ke atas kursi, menatapku. Anakku memang masih terlihat kecil, tapi pemikirannya sudah dewasa. Bahkan, Andre sangat berprestasi di sekolah. Harapanku nanti, Andre tidak terlalu bersedih dan membuat nilainya menurun, saat aku sudah berpisah dari Mas Riko. "Pagi, Di, Andre." Mas Riko mencium kening Andre, kemudian ikut duduk di kursi. "Mama mau keman
Read more
Terbongkar Status Kana yang Sebenarnya
Kami menunggu beberapa saat. Setelah mobil Mas Riko berjalan, aku baru mengajak Nur turun. "Assalammualaikum, Bu." Ibu penjaga warung itu menoleh, kemudian tersenyum. Sebelum berbicara serius, kami sempat memesan makanan. "Jadi, saya dan adik saya kesini, ada tujuan utamanya, Bu." Aku mulai berbicara. "Iya. Mau tanya apa?" Aku berdeham, memperbaiki posisi duduk. 'Wanita ini benar-benar anak ibu, 'kan?" tanyaku sambil menyodorkan ponsel..Beberapa menit, ibu penjaga warung itu akhirnya mengangguk. Aku tersenyum senang. "Ada yang mau saya tanya soal anak Ibu. Semoga, Ibu benar-benar jujur ke saya."Kami sama-sama diam. Nur menggenggam tanganku, mengangguk. "Anak Ibu ini sudah menikah?" Ibu itu menghela napas pelan. "Ibu sebenarnya gak tahu siapa kamu, Nak. Kenapa kamu bisa tahu anak Ibu. Bahkan, Ibu juga heran, kenapa kamu menanyakan hal itu. Padahal, kita baru bertemu."Warung ini agak sepi. Hanya terlihat satu orang yang duduk. Entah kenapa, aku merasa, banyak orang yang tid
Read more
Kejutan untuk Membongkar Kejahatan
Mobil berhenti tepat di depan rumah. Aku berterima kasih pada Nur, kemudian keluar dari mobil. "Kamu darimana?" tanya Mas Riko saat aku masuk ke dalam rumah. "Abis dari tempat teman. Mas beneran gak enak badan?" tanyaku sambil mendekatinya."Eh, kamu mandi dulu. Habis pergi, gak boleh langsung pegang-pegang."Sebenarnya, aku tahu. Mas Riko tidak sakit sama sekali. Dia hanya beralasan. Aku mengangguk. "Diah mandi dulu, Mas. Habis ini, mau ke rumah Kana. Dia mau pengajian, 'kan?" Baru saja aku ingat, kalau Kana akan pengajian malam ini. Mas Riko yang bilang sendiri tadi pagi. Ah, kebetulan yang sangat menyenangkan. Aku ada kesempatan untuk mengetahui foto itu sebenarnya. "Masak apa, Bi?" tanyaku sambil mendekati Bi Sari yang sedang masak di dapur. "Masak ikan lele, Bu. Oh iya, tadi Ibu dapat paket. Saya taruh di kamarnya Den Andre."Aku mengangkat jempol. Bi Sari ingat, kalau ada Mas Riko, harus meletakkan paket di kamar anakku. Mas Riko itu orangnya suka penasaran. Dia tidak se
Read more
Kana Keceplosan
Aku berbalik. Berjalan cepat keluar rumah Kana. Aku sudah lelah dengan semuanya. Untung saja, stok kesabaran masih ada. "Mama habis darimana?" tanya Andre, saat aku sampai di ruang tamu Kana. "Kamar mandi, Sayang. Pulang, yuk." "Eh, kok udah mau pulang aja? Belum makan, lho."Buru-buru aku memasang senyum, ketika melihat Ibu Kana, kemudian menggeleng. "Saya sama Andre langsung pulang aja, Bu."Sebelum pergi, Ibu Kana lebih dulu menahanku. Dia menatapku sebentar. Kemudian mendekatkan kepalanya ke aku. "Ibu tahu. Kamu dengar sesuatu di dalam kamar Kana tadi. Maafkan anak Ibu, ya, Nak."Sebenarnya, aku sudah muak mendengar perkataan Ibu Kana. Bagaimana bisa aku memaafkan orang seperti Kana?Aku tersenyum tipis. "Saya pulang, ya, Bu." Jujur saja, aku ingin menghindar. Tidak semudah itu memaafkan seseorang. Apalagi Kana. Ponselku berdering. Kesempatan yang bagus. Aku buru-buru menggandeng tangan Andre. Kami sekalian pulang ke rumah. Ah, ternyata dari Adnan. Aku menggeser tombol ber
Read more
Salah Satu Tetangga yang Tau!
Kana langsung menutup mulutnya. Dia baru saja melakukan kesalahan paling fatal. Aku melirik Mas Riko. Wajahnya sempat terkejut, tetapi langsung berubah. Dia terlihat biasa saja. Agar orang-orang tidak curiga. "Kamu simpanannya suami orang, Bu Kana? Ya ampun, akhirnya setelah isu buruk beredar, Ibu sendiri yang bilang fakta itu ke kita."Ibu-ibu perumahan melihat Kana marah. Sepertinya masih belum menyangka. Apa yang terjadi, ketika mereka tahu, kalau Kana itu istri kedua Mas Riko?"Gak malu, Bu Kana? Sayang sekali, Bu RT gak ada disini. Pas banget moment nya. Usir sekalian. Jauh-jauh dari perumahan ini. Meresahkan."Aku menahan tawa. Membayangkan Kana diusir dari perumahan ini. Mas Riko tampak gelisah. Sebenarnya, ketahuan sekali kalau dia pelakunya. Ah, mana ada yang memperhatikan sekarang. "Sebaiknya gitu, Bu. Gak baik, kalau dia terus-terusan ada disini."Semua ibu-ibu yang hadir, setuju. Aku menunggu apa yang akan mereka lakukan."Tidak usah dilanjutkan acaranya. Ini pengajia
Read more
Pembalikan Aset dan Surat Perceraian
"Maaf, Sayang."Aku memeluk Andre. Menciumi kepalanya. Ketakutan terbesarku adalah Andre tahu tentang masalah orang tuanya. Padahal, aku sudah menyembunyikannya. "Darimana Andre mendapatkan foto ini, Nak?" tanyaku sambil melepaskan pelukan, menatap matanya. "Paket yang ada di kamar Andre, Ma. Maaf, Andre buka paketnya duluan sebelum Mama."Sedikit terkejut mendengar perkataannya. Aku buru-buru berdiri, berjalan ke tempat penyimpanan paket itu. Dengan hati-hati, aku membuka kotak paket. Menutup mulut, ketika melihat banyak foto Mas Riko dan Kana di dalamnya. "Ma." Aku menoleh, buru-buru membereskan foto yang berserakan. Kemudian berdiri. "Andre ke ruang makan, ya. Nanti, pulang sekolah, kita bahas masalah ini lagi."Andre mengangguk, meskipun masih ada banyak pertanyaan di benaknya. Aku mengangkat kotak, membawanya ke gudang. Lebih baik, disimpan disini dulu. Daripada di kamar, bisa ketahuan. "Mas berangkat kerja dulu, ya. Kalau mau pergi, telepon dulu."Mas Riko berjalan ke r
Read more
Terbongkarnya Perselingkuhan Mas Riko
MAAF, YA. HARI INI DAN KEMARIN AKU GAK BISA UPLOAD BAB BARU. ADA SUATU MASALAH, AKU JUGA LAGI KURANG ENAK BADAN. INSYA ALLAH BESOK, LANGSUNG TAMAT. SEKALI LAGI MAAF, YA.AKU MAU MINTA MAAF LAGI, HEHE. GAK SESUAI JANJI HARI INI. DOAIN AKU CEPET SEMBUH, YAA.***"Makasih, Bi." Aku tersenyum, tidak sabar memberitahukan semua ini pada Nur. Dua kabar bahagia akhirnya datang juga hari ini. Aku menghela napas pelan. Lega dengan semuanya. "Sama-sama, Bu. Saya dukung Ibu untuk bercerai dari Pak Riko, Bu.""Makasih, Bi. Makasih, banyak."Bi Sari langsung pamit ke belakang. Sedangkan aku diam sejenak di kursi. Menatap surat yang aku pegang. Hampir lima menit diam. Aku akhirnya mengambil ponsel. Hendak memberitahukan pada Nur. "Halo, Mbak. Aku baru aja nyampe pasar. Mama titip sesuatu. Belum nyampe rumah.""Mbak ada kabar gembira, Nur."Suara Nur tiba-tiba berhenti. "Kabar apa, Mbak?""Surat dari pengadilan udah datang. Sekarang, tinggal menjalankan rencana kita, Nur."Nur terdengar bersorak
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status