All Chapters of Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh: Chapter 71 - Chapter 80
137 Chapters
Bab 73
Pov Yoga(5 bulan pasca perceraian)**"Mas, kenapa akhir-akhir ini uang yang kamu kirim ke rekeningku berkurang drastis?" tanya Mutia dengan nada yang mulai terdengar ketus. Aku menghela napas dalam-dalam dan kukeluarkan secara perlahan. Setelahnya aku pun mengulas senyum ke arah Mutia yang sedang memasang wajah kecut."Maaf, ya, Sayang. Sebulan ini memang rumah makan sepi sekali. Bahkan, omsetnya tak sampai setengah dari bulan-bulan sebelumnya." Mendengar penjelasanku, Mutia berdecak kesal lalu tersenyum sinis ke arahku. Mutia pun bangkit dari sofa, menatapku dengan wajah bengis. "Halah ... hanya alasan kan?! Jangan kau pikir aku tak tahu, Mas! Aku tahu, kau simpan sebagian uang-uang itu untuk wanita simpanannmu!"Deg!Jantung ini berdetak lebih kencang. "Astaga, Sayang ... sekali pun, Mas, tak pernah menyembunyikan uang-uang itu. Kan Mas kemarin sudah bilang, setoran Mas kurangi hanya untuk gaji karyawan dan beli bahan-bahan di rumah makan. Selebihnya, uang itu Mas transfer sem
Read more
Bab 72. Mulai Bangkrut
Aku keluar dari mobilku yang terparkir di depan rumah makanku. Pemandangan yang langsung terpampang di hadapanku lagi-lagi membuatku menghembuskan napas kasar. Bagaimana bisa, satu pun tak kulihat kendaraan yang terparkir di depan rumah makanku? Padahal jam makan siang sudah tiba. Lagi-lagi aku menghembuskan napas berat, sebab rasa sesak terasa begitu menyeruak. Aku pun melangkah mendekat ke arah bangunan itu, dan langkahku terhenti di ambang pintu. Kedua netraku menyusuri meja-meja berjejer. Masih terlihat begitu rapi dan tak ada satu pun pengunjung yang duduk di tempat yang disediakan.Jika terus seperti ini, yang ada aku bisa bangkrut!"Hendry! Ini kenapa rumah makan jadi seperti ini?!" teriakku yang membuat Hendry yang saat itu sedang mengutak-atik komputer yang ada di atas meja kasir itu langsung melangkah mendekat ke arahku. Langkahnya terhenti tepat di hadapanku. Kepalanya menunduk dalam."Maaf, Pak. Akhir-akhir ini memang semakin sepi," ucapku dengan kepala masih menunduk
Read more
Bab 73. Ketenangan Mutiara Terusik
Pov Mutiara. **Tring!Ponsel di atas meja itu berbunyi. Ada satu pesan masuk. Saat kulihat, nama Chandra terpampang sebagai pengirim pesannya. Seketika perasaan tak enak menyergap begitu saja. Tring!Belum sempat kubaca, pesan kedua masuk dengan pengirim yang sama. Belum sampai kubuka pesan itu, ponsel yang saat ini sudah ada di tanganku itu berdering. Dan lagi-lagi nomor Chandra. Aku menghembuskan napas kasar. Hidupku terasa begitu tak tenang sekali. Rasanya seperti buronan yang setiap saat diintai oleh p*lisi. Akhirnya kuangkat panggilan itu. "Halo," ucapku dengan ketus. "Aku sudah ada di depan tempatmu bekerja. Keluarlah dan beri aku uang." Dengan entengnya Chandra berucap. Sudah pikun kah dia? Padahal baru satu minggu yang lalu ia meminta uangku lagi. "Apa kau keberatan? Ok, baiklah. Biar kukirim video itu ke nomor suami kamu," ancam Chandra. Ancaman yang terdengar begitu memuakkan. Sebab, itu lah yang menjadi senjatanya jika meminta sesuatu padaku tapi tak kunjung ku
Read more
Bab 74. Awal Bencana
"Kenapa belum ke sini juga? Tak mau memberikan apa yang aku minta?"Sial!Ternyata Chandra lah yang menghubungiku. Bercerai darinya, bukannya ketenangan yang kudapat, tapi malah menjadikanku sebagai bonekanya."Cepat ke sini!" "Hm ...."Panggilan kumatikan begitu saja lalu kumasukkan ponsel ke dalam tas milikku. Aku pun melangkah ke luar kantor tanpa membawa apapun. Berjalan menuju ke arah toko yang letaknya tak jauh dari kantor. Di sepanjang perjalanan aku hanya bisa menggerutu kesal. "Mana uang yang kuminta?" Baru saja aku tiba, ia langsung membuka telapak tangannya dengan begitu enaknya. Aku menatap tajam ke arah lelaki. Sungguh, lama-lama aku juga tak betah jika dimanfaatkan terus seperti ini. "Ngapain lihat-lihat? Mana uangnya?! Apa mau kuhubungi suamimu?" ucapnya bernada ancaman. "Aku udah nggak ada duit sama sekali!" "Minta sama suamimu itu!" pekiknya sembari melotot ke arahku."Dia nggak mau kasih," ketusku. Tanpa diduga, tiba-tiba tangan Chandra langsung menarik kalu
Read more
Bab 75. Kecurigaan Mutiara
"Kenapa, Sayang? Kalau Mas bangkrut dan jatuh miskin, kamu akan tetap menemani suamimu ini kan?" Aku kembali menoleh ke arahnya. Kutunjukkan seuntai senyum penuh keterpaksaan itu, setelahnya, aku pun mengangguk. "Tapi nggak mungkin juga kalau kita jatuh miskin. Andai kata rumah makan itu sepi, kita bisa menjualnya. Kita bisa buka usaha yang lain lagi," ucap Mas Yoga. Memang benar yang dikatakan olehnya, akan tetapi, sedikit pun aku tak merasa lega. Rasa ketakutan jika Mas Yoga akan jatuh miskin menghantui pikiranku. "Yuk kita tidur. Atau ... mau main lagi?" Mas Yoga mengerlingkan matanya. "Tidur aja, Mas. Capek ini." Aku pun bergegas merebahkan tubuhku kembali.****Dering ponsel milik Mas Yoga yang tergeletak di bawah bantal berbunyi, membuat tidurku terasa begitu terganggu. "Mas, ponselmu bunyi," ucapku dengan kedua mata yang masih terpejam. Akan tetapi, tak ada jawaban dari Mas Yoga. Masih terdengar dengan jelas suara dengkuran halus yang keluar dari mulutnya. "Mas! Ponselm
Read more
Bab 76
Pov Rena(Pov ini 1 bulan pasca bercerai)**Entah aku harus bahagia atau sedih, di saat aku sudah resmi bercerai, Tuhan malah menitipkan aku janin di dalam rahimku. Dan betapa tak sadarnya aku, ternyata usia kehamilanku sudah berjalan sepuluh minggu, yang artinya saat aku keluar dari rumah itu, aku sudah dalam keadaan mengandung. Hamil lima minggu. Mungkin karena masalah yang kulalui kemarin begitu pelik, hingga membuatku tak sadar kalau aku sudah telat datang bulan. "Nduk ...." Suara Ibu terdengar membuatku mendongakkan kepala, menatap ke arah Ibu yang melangkah mendekat ke arahku. Kutampilkan seutas senyum ke arahnya, tak ingin beliau melihat kesedihanku. Langkah ibu semakin mendekat, hingga akhirnya ia pun menghenyakkan tubuhnya di sampingku. "Apa kamu sedih dengan kehadiran janin itu?" tanya Ibu yang sepertinya tahu akan kegundahan hatiku. Aku menghela napas dalam-dalam lalu kukeluarkan secara perlahan. "Bukannya sedih, Bu. Apa kata orang nanti, Rena yang seorang janda m
Read more
Bab 77
Usaha yang aku geluti benar-benar membuahkan hasil. Bagaimana tidak, baru empat bulan aku gabung di dunia literasi, setiap bulannya aku berhasil mendapatkan gaji hingga belasan juta rupiah!Kini, usia kandunganku sudah empat bulan. Dan kabar itu belum tercium oleh siapapun. Aku berdiri di depan rumah sembari kedua tangan berkacak pinggang. Kedua netraku menyusuri rumah kedua orangtuaku yang sudah berhasil kurenovasi sedemikian rupa. Nggak mewah, masih terbilang sederhana saja. Hanya mengganti atap rumah dan memasang keramik di bagian lantainya yang sebelumnya hanya berlantai semen. Tak hanya itu, aku juga membangun toko di depan rumah. Semua itu tentu menggunakan uang tiga ratus juta dari Mas Yoga sebagai syarat menikah lagi kemarin. Sebenarnya Bapak dan Ibu melarang, tapi aku terus bersikeras. Dan masih teringat ucapannya sebelum aku mulai membeli bahan bangunan. "Ya udah, Nduk. Terserah kamu saja. Uang tiga ratus juta itu memang lah hak kamu. Tapi ingat, uang-uang hasil menggada
Read more
Bab 78
Pov Yoga**"Mas, bangun!" Suara teriakan Mutia terdengar memekakkan di kedua gendang telingaku. Apalagi sembari menggerak-gerakkan tubuhku. Bukan menggerakkan, lebih tepatnya mengguncang tubuhku. "Bangun, Mas!" Suara pekikan kedua membuatku mengerjapkan kedua netraku. "Ada apa, Sayang?" tanyaku dengan nada suara yang serak dan kedua bola mata yang enggan terbuka. Rasa kantuk masih benar-benar menguasai diriku saat ini. "Mas, kamu masih berikan uang ke mantan istrimu?!" pekik Mutiara sembari memelototkan kedua bola matanya ke arahku. Mata yang semula terpejam, kini terbuka. "Maksud kamu apa, sih? Kamu mimpi?" Mendengar pertanyaanku, Mutia malah mencebikkan bibirnya. "Nggak usah banyak tanya deh, Mas. Jawab aja apa susahnya sih," ketus Mutiara. "Kamu berikan uang ke mantan istrimu kan?! Sebenarnya rumah makan itu nggak sepi, tapi uang itu kamu kasih ke mantan istrimu kan?!" Rentetan tuduhan itu keluar dari mulutnya begitu saja. Aku mengubah posisiku menjadi duduk. Menyandarkan
Read more
Bab 79
"Kita gadaikan aja rumah ini atau rumah makan. Pasti dapat lah kalau hanya tiga ratus juta." "Gila kamu?! Kita menggadaikan rumah hanya untuk membayar hutang?! Nggak! Nggak mau! Itu sama saja artinya kita gali lubang tutup lubang," jelasku sembari menggelengkan kepala. Sama sekali tak setuju aku jika menggadaikan bangunan itu. Terdengar Mutia menghembuskan napas berat. "Mau gimana lagi?! Jangan egois gitu dong, Mas! Toh hutang di bank bisa dicicil tiap bulannya," celetuk Mutiara dengan begitu entengnya. Dia menyebutku egois, padahal dia sendiri yang egois. Padahal hutang itu bisa tertutupi hanya dengan menjual perhiasan-perhiasan itu. Akan tetapi, ia enggan sekali melakukannya. Gimana nggak egois, coba?Untung cinta. "Sudahlah, Mas. Kita bisa ambil uang di bank. Kita nanti tinggal angsur per bulannya. Nggak bakalan berat kok. Tagihannya juga nggak bakalan sepuluh juta per bulan. Kalau nggak gitu, gimana kamu bisa ambil mobil itu? Katanya sayang kan kalau mobil disita? Ya menuru
Read more
Bab 80
Pov Author**Rena pun mengeluarkan semua benda yang ada di dalam tasnya. Berharap buku kehamilan itu ada di dalam sana, namun sayang, ia masih tak kunjung menemukannya juga. Sedangkan di tempat lain, Selly yang saat itu sedang berjalan kaki– sepulang dari tempat ia membeli keperluan dapur– menyusuri jalanan beraspal mengernyitkan dahi saat ia lihat ada sebuah buku tergeletak di jalanan. Selly pun menghentikan langkahnya lalu menjongkokkan tubuh dan mengambil buku panduan kehamilan yang saat itu dalam posisi berbalik. "Wah, ternyata di kampung ada yang hamil," celetuk Selly.Setelahnya, ia pun membalik buku tersebut. Betapa terkejutnya Selly saat melihat nama Rena terpampang di bagian bawahnya. "What? Janda gatal itu hamil?" Masih dalam mode tak menyangka Selly berucap. "Wah ... bisa bikin heboh ini. Lihatlah, Rena. Aku memiliki senjata untuk menyerangmu! Setelah ini, hanya untuk menampakkan batang hidungmu pun kau akan terasa malu. Selly pun terus tersenyum licik. Ia pun mema
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status