All Chapters of Permainan Kakak Kandungku Yang Janda: Chapter 91 - Chapter 100
131 Chapters
Untung Ada Laras
"Oke, silahkan! Tapi anda harus buktikan dan tunjukkan dulu mana foto verifikasi KTP beserta wajahnya Mbak saya. Bukankah saat meminjam online kami mengirimkan identitas lalu diminta identitas dan juga wajah yang asli sama dengan identitas tersebut?" Lantang Laras bertanya lagi.Lah, apa yang dia katakan barusan benar-benar tidak pernah aku mengerti. Maksudnya apa?"Ras?" Aku menegurnya. Dia hanya mengedipkan sebelah bola matanya bermaksud aku harus diam."Saya tadi sudah memperlihatkan semua dokumen-dokumen yang terkait. Tidak ada hak Anda untuk meminta kembali untuk ke sekian kalinya!" Lah, pria itu seperti berdalih!"Maaf, kalau anda tidak bisa membuktikan verifikasi wajah beserta wajah asli si pemilik identitas, itu artinya Anda hanya datang untuk menipu Mbak saya. Dan ingat penipuan seperti ini akan dihukum minimal 5 tahun penjara. Ini bisa masuk ke dalam kasus penipuan. Bagaimana?" Aku kaget dengan cara bicara Laras yang memang sepengetahuanku dia bukan sekolah jurusan hukum. "
Read more
Malah Bertemu
Tiba-tiba Menul datang tanpa sepengetahuanku seperti biasanya. Dia menertawakan mantan mertuaku itu. Aku pun menegurnya memperingatkan supaya tidak terlalu tertawa seperti itu. Apa dia mau kemasukkan lalat mulutnya itu?"Hahaha. Tapi aku punya kabar yang pasti bikin kamu terkejut, Nur!" tuturnya setelah jarak kami semakin dekat.Berita yang mengejutkan tentang apa? Batinku rusuh."Berita apaan?" Aku bertanya dengan heran. Langsung kubawa Menul duduk di dalam. Dia suka riweuh."Aduh, jangan tarik-tarik, Nur!" protesnya, karena tangannya masih kutarik untuk duduk."Ada apa? Berita apa? Apa BLT cair? Aku gak dapat, Nul. Mungkin gak didata sama RT jaman dulu. Haha!" Aku malah berseloroh."Hush!" Dia menimpuk tanganku, "bukan!" sergahnya."Lalu apaan? Tarif BPJS turun kah? Hihi!" komentarku lagi.Dia lagi malah menepuk tangan ini. "Bukan! Jangan bahas soal gituan. Gak akan terjadi, yang ada kepala mumet, Nur! Jangan ngarep dikasih pemerintah. Gak kekasih nyesek! Ini soal mbakmu! Mbak Widya
Read more
Sok Kaya
Aku hampir loncat. Niat menghindari bertemu seseorang, tapi karena memperhatikan pasangan selingkuhan barusan, aku jadi kecolongan. Mbak Widya sudah berdiri kokoh di hadapanku saat ini. Gagal untuk menghindar. Hadeuh, malas!"Mbak?" kagetku.Dia menyunggingkan bibir. "Jangan kaget begitu. Aku biasa belanja di toko. Lah kamu, ngapian ke mari? Mentang-mentang banyak uang karena bisa kerja. Hemh!" omelnya dengan tatapan seperti biasa.Sebelum menjawab kutatapi sekujur tubuhnya. Perut buncit, lalu dia pakai busana minim sekali. Mencetak seperti cetakan kue putri ayu. Bahkan perut bawahnya terlihat."Mau beli apa kamu? Sejak kapan kamu keluar pakai jilbab rapi! Biasanya pakek daster lusuh!" protesnya. Dia seperti tak suka dengan gayaku sekarang.Memang sudah beberapa Minggu ini aku berubah mengenakan hijab. Meski belum di rumah sepenuhnya juga pakai, tapi saat keluar sekarang aku dihijab. Biasanya hanya pakai baju rapi saja, lalu rambut diikat bawah. Bayangkan bagaimana aku dulu."Aku ke s
Read more
Pesan Menunggu Jawaban
Nur! Sebentar, jangan dulu pulang!" pintanya. Aku pun mendekat lagi ke arahnya yang kini duduk angkuh menyender ke stang motor.Namun, tiba-tiba ada perempuan yang dengan lantanh berteriak memanggil nama Mbak Widya."Eh, Widya?"Kami berdua menoleh. Entah siapa perempuan itu karena sekarang Mbak Widya wajahnya dipasang panik. Aku sedikit heran, pasti ada masalah.Mbak Widya yang tadi ada niat bicara denganku pun sekarang malah ambil helm lalu mengenakannya rusuh."Widya, tunggu!" Wanita itu menyergah Mbak Widya yang sepertinya akan kabur naik motor matic barunya. Ada apa ini? Apa Mbak Widya memintaku diam untuk melihat sebuah drama?"Tolong kembalikan uang saya sekarang juga. Saya mau pakai buat anak saya bayar uang study tour. Cuma 500 ribu ini. Dan kamu katanya baru beli motor baru! Mana uang saya? Beli motor saja bisa. Hemh!" Teguran wanita paruh baya itu membuatku kaget. Kalau Mbak Widya sudah jangan ditanya. Dia teramat panik. Hutang lagi?"Bu, saya gak bawa uang banyak! Saya ua
Read more
Celotehanku
[Jadi gimana jawabannya, Dek? Apa Dek Nur mau jadi istri Mas Aryo? Mas serius! Mas tidak sedang bercanda. Hanya saja ya itu, Mas bukan orang kaya.]Malam hari saat Mas Aryo dan aku saling berkirim pesan, ada pesan barusan di akhirnya. Waktu itu aku belum menjawab, karena kalau menolak, jujur aku juga lumayan tertarik padanya.Aku ragu harus menjawab. Tapi ini lebih ke rasa malu. Bersiap untuk mengetik, aku pun berkali-kali mengatur pernapasan supaya tidak salah menuliskan.[Begini saja, kalau Mas serius, datang saja ke rumah. Hehe]TerkirimBerkali-kali aku sudah menepuk kening dengan mengutuk diri sendiri. Kenapa kamu lancang membalas begitu? Bagaimana kalau benar dia datang ke mari untuk melamar?Dengan cekatan Mas Aryo membalas lagi. Aku sudah tak enak duduk dan kedua tangan memegang HP pun malah getar-getar. Ini begitu grogi. Sampai-sampai mataku tidak membuka dan belum bisa mengintip apa isi pesannya.Eh, tapi aku salah. Bukan pesan dari Mas Aryo yang datang, tapi ini malah pesan
Read more
Kedatangan Keluarga Mantan Ipar
"Hah, Mas Aryo?" Aku terkaget-kaget dari atas sini. Si manik mata ini tidak salah lihat. Di sana ada Mas Aryo yang duduk rapi dan ada Laras yang wara-wiri menyiapkan suguhan kecil-kecilan.Sejak kami berkirim pesan malam itu dan tidak ia balas, aku merasa Mas Aryo hanya bercanda dan menganggap angin lalu. Lalu, sekarang di ada di sini dengan sepasang perempuan dan laki-laki paruh baya.Aku sudah tak enak hati. Tangan seperti kebas dan kesemutan dengan maksud kedatangan mereka. Degupan jantung ini setelah diselidiki lebih cepat dari detikkan jarum jam. Apa yang salah? Kenapa aku berasa begini?"Sebentar ya, Mas, Bu, Pak," ucap Laras ramah. Dia mengarah ke mari untuk naik ke atas tangga.~Aku langsung lari kembali ke kamar berpura-pura masih berkutat memakai pakaian ini. Aku juga sebelumnya segera minum segelas air biar sedikit tenang.Di situasi seperti ini ada panggilan masuk dan deretan chat dari orang yang kurang waras. Aku langsung memblokir nomornya. Dasar tidak punya muka!Tok
Read more
Dilamar Di Hadapannya
"Jadi, kapan tanggal pernikahannya, Budhe? Laras juga mau siap-siap."Aku kaget dengan tanggapan Laras. Jelas kutegur dia. "Eh!"Laras malah nyengir. "Mbak, kalau diam itu tandanya terkesima dan tersanjung. Iya 'kan?"Hadeuh, anak ini bisa saja buat aku jadi salah tingkah. Kurang ajar, pikiranku sekarang malah terus menyebut nama Mas Aryo. Hati juga malah sudah tersugesti.Namun, di tengah-tengah kediaman kami saat aku yang terlihat sangat memendam kegugupan dan rasa malu, tiba-tiba muncul sesosok perempuan yang kini tidak mengetuk pintu. Tatapanku menajam ke arah pintu.Sepertinya dia nyelonong masuk saat pintu pagar masih membuka lebar."Eh, ada apa ini?" Mbak Widya kaget melihat ada mantan suami dan juga mantan Pakde–Budeknya. Aku sudah sadar akan kedatangannya sejak awal. Tapi keluarga Mas Aryo nampak kaget melihat Mbak Widya datang. "Widya?" Budhe yang amat tercengang."Kalian lagi ngapain?" Mbak Widya nyosor pertanyaan tanpa mengucap salam sambil nyelonong masuk. Mas Aryo meli
Read more
Jawabanku Apa?
"Eh, apaan kamu sih, Mas? Kamu maksudnya ingin memanas-manasi aku? Kamu belum move on sehingga kamu lebih memilih Nur dibanding wanita lain? Ini unsur disengaja 'kan?"Mendengar apa yang diucapkan oleh Mbak Widya tiba-tiba perasaan yang awalnya terenyuh pun kini seakan tahu diri. Iya, apa itu alasan Mas Aryo memilih wanita seperti aku? Secara logika, kenapa bisa ia tidak memilih wanita lain dan lebih memilihku?"Sama sekali apa yang kamu katakan itu tidak ada dalam kamus lamaranku terhadap adikmu, Wid," kata Mas Aryo lembut tapi masih menatap diriku. Dia tidak bicara sambil memandang Mbak Widya meski dia sedang menanggapi perempuan itu. Bagaimana bisa hati ini plin-plan dan kini tidak tahu diri lagi. Tadi aku sudah malu, namun sekarang tatapannya membuatku meleleh. Apalagi binar bola matanya seperti orang yang tidak sedang menyimpan kebohongan. Andai di sini ada pakar ekspresi, pasti aku akan meminta bantuan untuk mengartikannya."Jangan gila kamu, Mas, dia adikku! Mana bisa kamu begi
Read more
Bikin Aku Sakit Perut
PoV WidyaDatang ke rumah aku langsung menggerutu kesal habis-habisan. Mana bisa tadi si Aryo melamar si Nur, mantan adik iparnya, di hadapanku pula. Dia sungguh keterlaluan. Aku semakin yakin, kalau Aryo susah move on sehingga dia mengambil Nur demi mendekatiku lagi. Sudah yakin 1000%. Tapi kenapa dia tidak bilang langsung saja padaku? Ya, tapi pasti akan aku tolak. Tidak mungkin aku menceraikan si Panjul, apalagi keadaanku sedang hamil. Secara sepertinya kerjaan dia sudah gak jelas.Nur benar-benar bod*h. Andai dia menerima, pasti dia akan sakit hati ke sekian kalinya. Apalagi sekarang dia sok bergaya ngartis. Baju yang ia pakai tidak kumal dan dekil seperti dulu. Ternyata dia ingin juga tampil beda. Dasar cewek dekil! Kalau dekil, ya dekil saja.Kuacak rambut kepala setelah membanting tas ke atas kasur. Lalu berjalan ke arah cermin memandangi tubuh yang sebentar lagi tak akan indah seperti ini terus. Pasti aku gendut dan bentuknya tak beraturan. Harkh, andai bukan untuk mendapatkan
Read more
Kontrakan Teman si Fitri
"Siapa yang ngontrak?" tanyaku penasaran.Si Fitri simpan HP di meja lalu dia menjawab, "itu, si Lastri. Dia 'kan baru pindah dari rumah mertuanya. Nyari kontrakan di daerah sini, karena ada iklan kontrakan kosong. Kamu mau ikut ke sana? Kita hampiri dia!" "Oh si Lastri teman SD kamu itu, Fit?" "Iya, dia. Dia katanya mau ajakin kita ngerujak. Mau gak? Kamu 'kan lagi bunting! Enak lho ngerujak, seger!" serunya. Hinggga akhirnya kami pun pergi dengan sepeda motorku yang masih cicil ini. Si Fitri tahunya aku beli cash. Gengsi kalau bilang nyicil.~~POV Widya"Di sini kontrakannya? Bukannya ini sudah gak bisa dihuni ya? Halamannya kotor banget waktu itu. Kayak Beberapa tahun gak ditempatin!" ejekku dengan angkuh. Ini adalah kontrakannya Lastri, teman si Fitri. Sebenarnya aku juga kenal, hanya tak akrab.Kami sudah tiba 10 menit yang lalu."Heem, ini kontrakan aku. Apa kabar, Widya? Lagi hamil ya? Perut kamu buncit," tutur Lastri sembari membawa buah-buahan untuk dirujak, dan juga ule
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status