All Chapters of Permainan Kakak Kandungku Yang Janda: Chapter 111 - Chapter 120
131 Chapters
Sarapan Pertama Kali
PoV Nur***"Selamat pagi, Mas. Sarapan pagi ini, sarapan pertama di rumah ini. Hehe." Aku nyengir kuda malu-malu menyambut kedatangan suami, eh, maksudnya suami yang baru turun dari lantai atas. Tentu dari kamar pribadi kami."Terima kasih. Pantas udah wangi aja dari tadi." Dia tersenyum. Pakaian sudah rapi, karena hari ini katanya dia mau keluar."Ayok, Mas, duduk, kita sarapan. Si Laras dah berangkat, ada kelas pagi banget," imbuhku lagi sembari menuang air putih ke gelas."Makasih. Seharusnya kita tinggal di kediaman Mas saja. Biar di sana isi rumah bapak sama ibu almarhum. Tapi, karena Adek mau di sini, Mas sudah tabung uang untuk bikin rumah baru di sini. Yang namanya pria, kalau mampu, wajib menghadiahkan rumah untuk istri. Tapi Mas sembari nabung, ya."Kalimat Mas Aryo membuatku belum bisa mengambil centong nasi. Sungguh, aku terkejut. "Ah, ini juga rumah besar, Mas. Mas gak perlu repot-repot dulu. Kalau buat rumah baru, ini rumah gimana?" sanggahku."Sudah, kita sarapan saja.
Read more
Maaf, tidak ada pertolongan
KRIET!!Nada-nadanya seperti suara pagar besi dibuka seseorang. Karena penasaran, aku langsung kembali ke halaman, dan melihat siapa yang datang. Begitu dikagetkannya bola mataku. "Eh, Bang Pinjol? Ngapain ke mari? Pergi kamu, Bang, kita bukan mahram, ya! Pergi!" Aku segera menyeret tubuhnya keluar pagar lagi. Lalu pagar besi aku kunci secepatnya. Jujur, ini pagar tingginya hanya sekepala orang dewasa, apalagi jarang-jarang, jadi wajah memuakkannya masih terlihat."Nur, kamu kenapa sih? Kamu tadi malam bagaimana? Disentuh gak? Aku yakin enggak ya. Tapi rambut kepalamu kayak masih ada rembes basah dari kerudung!"Aku langsung geleng-geleng kepala. Berkacak pinggang lalu menghela napas dengan kesal. "Kurang waras kamu, Bang! Kamu korslet ya tuh otak? Saban hari ketemu aku, nanya itu lagi, itu lagi, itu lagi! Apa yang kamu harapkan? Jelaslah namamya juga pengantin baru, ya kami malam pertama lah. Apalagi Mas Aryo dengan halal menyentuhku. Ih!" Aku menggidikkan bahu dengan risi."Ah, kam
Read more
Terserah Pantatmu!
PoV Panjul***"Jul, ini gimana ceritanya kamu mau numpang lama di rumah Ibu? Apalagi kamu udah gak kerja? Haaah, mau ngasih uang ke Ibu dari mana?" Ibu tiba-tiba menegurku dengan kesal setelah sekarang aku tiba di rumahnya untuk minta ijin. Nanti sore, kami akan tinggal di rumah Ibu untuk sementara. Sampai batas waktu yang tidak ditentukan, dan dalam tempo yang sepanjang-panjangngnya. Eh, aku malah pidato."Aduh, Bu, maaf, Bu. Sebentar aja ya, Bu. Entah kenapa Panjul dipecat, lalu sekarang susah dapat kerja." Aku mengerang kesal.Ibu membanting posisi menjadi duduk di kursi meja makan. Tangannya melipat di bawah dada bermaksud merajuk atas permohonanku."Jul, sudah Ibu bilang, gak perlu kamu sok mewah begitu. Tuh si Widya juga makin ke sini meski cantik bikin Ibu mual. Dia gak bisa jadi istri sejati!" tandas Ibu, "sekarang si Nur udah menikah lagi sama mantan kakak iparnya. Kalian ini sebenarnya sengaja tukar jodoh ya? Ibu lihat, gak pernah lihat si Nur sengsara. Dengar dari tetangg
Read more
Kembali Ke Habitat
PoV Panjul***Bek!Bek!Widya memukuli bahu dan lenganku dengan kasar. "Euh, euh, euh, penipu kamu, Bang! Kamu bilang ini rumah dibeli, tapi ini sewa. Lalu kita sekarang harus pindah ke rumah ibumu yang sumpek. Ogah!" Dia benar-benar marah dan kesal. Memang aku bohong, tapi malu juga sama si Nur kalau aku tak berhasil membawa Widya pada jalur kebahagiaan. Ya beginilah jadinya. Dulu cinta sekali sama si Widya, sekarang kok hambar ya."Yang, jangan ngambek. Maafin Abang, ya. Maaf!" Aku mengadukan kedua telapak tangan untuk meminta maaf kepadanya dengan. Em, Tulus seperti nama vokalis band yang terkenal pada masanya itu.Bibirnya mencebik seketika. "Tahu, ah! Pokoknya aku nggak mau tahu, Aku mau rumah baru. Rumah baru, titik!" "Yang, jangan ngambek. Aku janji akan beli lagi rumah baru. Tapi kamu jangan ngambek begitu ya. Nanti aku ganti rumahnya yang lebih besar daripada ini." Bagaimanapun juga aku harus bisa merayu Widya. Dia sih boleh marah tapi soal di ranjang Aku tidak mau dia sam
Read more
Calon Kerjaan Baru
PoV Panjul***"Gimana, Bang? Saya ini mantan mandor di kota. Saya bisa jadi mandor di sini, pasti kualitas saya juga baik. Apalagi ini skala kampung." Dengan jumawa penuh keahlian kujelaskan pada pria dewasa di hadapanku ini."Paling di sini ada juga lowongan laden, Bang. Kalau ini proyeknya sudah diberikan pada orang lain yang jadi mandornya. Ini sesuai keinginan pemilik rumah 'kan, dan ini juga gak sembarangan. Saya tidak bisa masukin kalau jadi pegawai yang lainnya. Apalagi para tukang juga ini hasil seleksi. Saya di sini cuma wakil dari si calon pemilik rumah, Bang. Sudah saya bilang, Abang bisa jadi laden." Orang ini bercanda, masak iya aku turun jabatan. Kan aneh. Aku bisa menjadi tukang yang baik, tapi dia menawariku pekerjaan seperti itu."Halah, masak gak bisa sih, Bang? Apa perlu saya kasih tahu keahlian saya?" Aku menatap heran pria itu. Dia seperti menyepelekan keahlianku."Memang kalau Abang pernah jadi mandor, Abang bisa apa? Lihainya Abang dalam segi apa?" Dia malah b
Read more
Calon Penghuni Rumah
"Sepertinya kurang pekerja, Bang kalau pengen cepet-cepet beres."Terdengar percakapan orang yang melaporkan pada orang tadi. Sepertinya mereka sedang butuh pekerja."Tapi mencari tukang kerja yang bisa bener itu sulit. Saya tidak mau salah orang yang mengakibatkan kerjanya asal cepat. Kalian kerjakan saja ini tidak perlu cepat-cepat kok Yang penting hasilnya maksimal.""Oh baik, Bang, baik. Kami akan bekerja semaksimal mungkin. Oiya, barang sudah saya cek, Bang, sejauh ini semuanya sesuai dan lengkap. Kalau nanti ada kekurangan, biar saya catat." Orang tadi menyambung lagi.Aku pun segera mendekati mereka untuk mencari tahu. Tapi lumayan juga kalau aku kerja di sini upahnya pasti lebih dari 100.000 per hari. Aku harus membayar hutang dan juga menabung untuk kelahiran nanti Widya. Huwh, susah juga hidup begini. Apa karma bohongin si Nur terus?"Bang, saya boleh deh kerja apapun di sini. Saya bisa kerja kok!" Kudekati orang yang tadi itu untuk meminta pekerjaan.Dia menyelidik tubuhku
Read more
Pemilik Rumah
PoV PanjulKutatapi keduanya. Kupikir sudah tua atau reyot. Ternyata mereka masih belia. Andai tidak pakai masker, pasti aku melihat siapa mereka. Oiya, kami semua juga pakai masker. Jadi pasti wajahku juga tak akan dikenali mereka. Baguslah, gengsi wajahku kalau diketahui orang-orang hanya tukang kuli bangunan.Yang aku heran, setelah kutoleh lagi ke arah si yang katanya akan menghuni rumah ini, wanita yang berhijab plus pakai masker itu menatap ke arahku. Aku yang penasaran pun pura-pura bangkit dan akan mengambil semen atau sebagainya yang masih ada di dekat Pak Mandor dan calon penghuni rumah ini.Ya, wanita itu menatapku seperti tak asing. Aneh, ada bola mata yang tak asing di otakku. Lalu, tatapan itu seperti pernah aku temui sebelumnya. Seperti saat Nur sedang merajuk saat dia tahu aku selingkuh dengan Widya.Ah, apaan, tidak mungkin! Tapi, kok bisa mirip? Eh, bola mataku saja mirip orang Korea, ya wajarlah, wanita itu bola matanya mirip si Nur."Silahkan Bapak cek saja. Sampai
Read more
Bangunkan Aku Dari Mimpi
PoV Panjul***Pria yang statusnya katanya pemilik bangunan ini pun pelan membuka maskernya. Sungguh, semoga hanya kebetulan saja nama mereka , suami istri sama.Degh!Wajah di balik masker itu sudah nampak jelas di bola mataku yang indah ini. Sontak, liur ini pun kuteguk lagi dan lagi. Bahkan, sepertinya persediaan sudah habis."Hah? M–Mas Aryo?" Aku sangat-sangat kaget. Dadaku bergemuruh cepat menabuh peperangan mempersiapkan aliran darah yang tensinya pasti tidak normal. Benar, pria itu mantan kakak iparku. Bagaimana bisa dia ada di sini? Dia juga turun dari mobil putih yang harganya di atas 200 jutaan. Ah, mimpi buruk apa ini?"Kamu kenal saya?" Dia bertanya. Iya, dia Mas Aryo. Bagaimana tidak aku menatapnya gengsi. Dia tidak boleh tahu kalau aku ini Panjul mantan adik iparnya."Mas, kenapa Mas Aryo bertanya begitu? Apa kita sepemikiran?"Deg!Aku lagi-lagi kaget. Kalau itu Mas Aryo, suara yang tak asing di dekatku ini juga pasti si Nur. Astaga, astaga naga! Iya, itu dia. Pasti d
Read more
Hanya Mimpi
PoV Panjul***"Bang! Abang!""Bang Panjul! Baaaaaangggg! Bangun, Bang, Banguuuun! Udah siang!"Seketika suara teriakan Widya membuatku loncat dari kasur yang keras ini. Dengan ilmu pencak silat leluhur Almarhum Engkong, aku bersiap menghadapi Widya."Ciyat, ciyat, HA!" Aku sudah pasang kuda-kuda. Sarung masih terselendang karena tadi refleks kutarik. Melihatku wajah Widya saat ini begitu sangat asem sekali. Pandangannya sengit seperti melihatku sebagai hantu saja. Eh bukan, musuh bebuyutan."Eh, maaf, Abang mimpi bertempur tadi. Haha."Aku tersadar, ternyata baru saja terbangun dari tidur yang pulas.Bek!Widya memukul badanku. "Kerja! Kerja! Kamu jangan tidur Mulu, Bang! Kamu KERJAAAA!" Ow, ow, ow. Widya meraung. Suaranya dan keseramannya mengalahkan singa dari Timur Tengah. Lihat saja, bola matanya itu melebar seperti akan loncat untuk membunuhku. Memang istriku yang ini sangat sadis."Iya, iya, Abang denger kok!" Dia berkacak pinggang. "Kamu tadi mimpi apaan sebut-sebut si Nur,
Read more
Mimpi Buruk Jangan Jadi Nyata
PoV Panjul***"Ah, aku pusing! Mertua cerewet. Hih, amit-amit, amit-amit!"Nah, terdengar suara Widya yang melempar balik emosinya ke Ibu. Begitulah mereka seringnya, akurnya bahkan seperti tidak pernah. AMSYONG nasibku!Cepat aku berjalan keluar dari halaman rumah. Percekcokan dan adu fisik mereka sudah tak ada yang bisa melerai. Biar saja, nanti juga capek sendiri.Menaiki angkot untuk sampai di tempat kerja, karena proyek pembangunan rumah belum selesai. Ya, tinggal finishing. Tapi sekarang, aku kesiangan. Sudah jam 8 lewat, dan semoga Pak Mandor tidak sedang ada di sana. Jadi aku bisa nyelundup masuk pura-pura sudah datang sejak tadi.Sejak aku sibuk kerja jadi Laden. Pagi, siang, sore dan malam itu penuh jadwal. Aku lembur untuk melunasi hutang satu persatu. Tidak enak juga banyak hutang. Ini semua gara-gara Widya. Gara-gara sesibuk ini, aku jadi tidak sempat memandang wajah Nur yang kini katanya semakin cantik setelah menikah dengan Mas Aryo. Aku seharusnya bisa lebih mendekat
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status