All Chapters of Permainan Kakak Kandungku Yang Janda: Chapter 51 - Chapter 60
131 Chapters
Manajer Baru di Rumah
"Ehm, Jul, aneh deh, kok di rumah ini Ibu kayak capek sendiri, ya. Ibu sejak pagi bangun, nyapu, pel, nyuci, lah, istrimu cuma diam. Badan Ibu tinggal di sini tiga minggu mau copot ini. Beresin rumah Segede ini. Kan biasanya Ibu beresin rumah yang sederhana."Saat aku sedang menyeduh kopi, Ibu menghampiri. Ini masih pukul tujuh, jadi istriku jam segini masih joging. Pantas Ibu kerjakan semuanya sendiri."Ibu capek? Kenapa gak sisain kerjaan buat Widya, Bu. Jangan Ibu kerjain semua." Aku berkomentar sembari mengangkat gelas untuk di bawa ke meja depan. Menikmati pagi hari sambil merokok, dan sambil menyeruput kopi hitam. Itu baru rencana."Ah, si Widya kalau Ibu sisain kerjaan, malah Ibu yang repot Jul. Ibu tinggalin cuci piring dua hari, dia gak sentuh sedikit pun, Jul. Hemh, jadi Ibu deh yang repot. Biasanya dicicil nyucinya pas udah beres makan, sengaja Ibu tumpuk, malah Ibu yang repot," jawab Ibu dengan nada sedikit kesal."Ya sudah, Ibu lanjutkan saja kalau Ibu gak kerepotan. Kala
Read more
Mertua Jadi Babu
PoV Widya***"Wid, sekali-kali bantu Ibu beresin rumah kenapa sih? Kamu memang cantik, tapi juga harus bisa beresin rumah. Setelah Ibu pikir-pikir, cuma pamerin kamu itu gak ada guna ah!" Tiba-tiba mertuaku berseru lalu berdecak kesal. Tidak tahu diri, sudah tinggal di sini, masak iya dia mau gratisan?Aku yang sedang memakai cat kuku pun segera menjawab. "Bu, bukankah Ibu sendiri yang minta Widya dandan cantik supaya Ibu bangga? Nih lihat, kuku Widya begitu cantik. Tangan juga halus gak kapalan. Kalau Widya nyapu dan pel lantai terus, bisa-bisa ini tanganku kasar. Maaf ya, Bu, tapi 'kan tangan Ibu dasarnya udah kasar, jadi memang Ibu sudah biasa." Aku nyeletuk.Secepat kilat tubuhnya yang tadi begitu jauh, sekarang sudah ada saja di dekatku. Macam si Kunti, cling di sana, cling di sini."Ah, Ibu ralat omongan Ibu. Pamerin kamu ke tetangga, malah Ibu yang apes. Masak iya kerja di rumah anak dan menantu!" sahutnya lagi. Aku pun mengernyit heran."Lah, Bu, di rumah Ibu suka ngepel sam
Read more
Dapat Tukang Rujak
Setelah memuji mertua sampai ia terbang ke awang-awang, aku segera pergi. Niatnya mau langsung ke mall dengan sepeda motor milik Ibu, tapi, aku penasaran. Apa kabar si Nurul saat ini? Nomornya sudah aku blokir, jadi tidak tahu lagi kabar dia. Aku harus minta lagi nomornya, biar aku bisa pamer padanya. Iya, iya bener."Lah, si Nur ngapain tuh sama laki-laki?" gerutuku heran dalam hati. Lekas saja tubuhku yang masih ada di jok roda dua ini kubawa ke halaman rumah kami. Iya, ini rumahku juga. Hanya saja sertifikatnya belum aku temukan entah di mana."Eh, Mbak Widya? Apa kabar, Mbak? Tumben ke mari?" Si Nur menyapaku lebih dulu. Memang sudah tiga Minggu lebih aku tidak ke sini. Di dekatnya ada seorang pria yang menatapku santai. Jangan-jangan mereka pacaran? Ah iya. Aku juga seperti tak asing dengan wajahnya."Kamu mau ke mana, Nur? Siapa dia?" tanyaku langsung tanpa menjawab sapaannya.Si Nur senyum simpul. Dia sepertinya akan pergi ke suatu tempat dengan pria itu. Lihat saja, pakaiannya
Read more
Tempat Usaha Baru
PoV Nur***"Terima kasih ya, Mbak. Semoga setelah Mbak pegang, kedai ini jadi ramai. Soalnya saya perlu uang, makanya saya menjual ini. Saya juga mau pindah ke luar daerah karena saya dan istri akan menetap di sana."Begitu obrolan akhir antara aku dengan Pak Malik. Dia adalah orang yang punya kedai yang saat ini aku injak, namun sekarang surat-menyurat kedai ini sudah ada di tanganku."Baik, Pak. Semoga di sana Bapak berhasil, Pak, dan saya juga bisa menghidupkan kembali tempat ini."Pak Malik telah pergi. Mulai saat ini, kedai ini resmi jadi milikku. Dia akan pergi meninggalkan daerah ini untuk waktu yang tidak bisa ditentukan, atau mungkin untuk selamanya. Apalagi dia bukan asli orang sini.Atas pemberitahuan Bang Ramlan aku tahu kedai ini akan dijual. Padahal kedai ini katanya ramai pengunjung, tapi si pemilik lebih menginginkan untuk menjual tempat ini. Mungkin karena untuk mengendalikan dari jarak jauh itu lumayan sulit juga. Dan kebetulan jarak dari kedai ini ke rumah tidak be
Read more
Mulut Julid Mantan Mertua
Setelah kulirik, ternyata pelanggan ini adalah mantan mertua. "Eh, Ibu?" Kusapa dia.Dia kaget. "Eh, Nur? Kamu Nur? Eh, kerja di sini, Nur? Hihi." Eh, dia malah cekikikan. Somplak sekali.Aku tak memperdulikan isi hati, dan lebih baik membungkus pesanannya. Meski aku tidak cerdas di sekolah, tapi sekali ucap saja, aku sudah hafal apa pesanannya tadi."Ini, Bu, semuanya 65 ribu." Aku menyodorkan pesanan tadi yang telah dibungkus.Ia malah heran. "Eh, memang masih ingat saya pesan apa? Awas kalau salah, saya adukan ke bosmu!" celetuknya."Coba cek aja, Bu, itu ayam lima, tempe orek, sama capcay. Ikan mujairnya dua 'kan?"Ibu mencebik mendengar jawabanku sembari ia cek. Memang dia pikir aku budeg?"Hemh, baguslah. Ini uangnya 70 ribu." Ia memberikan selembar kertas berwarna biru dan yang satunya berwarna hijau. Benar, 70 ribu.Di saat aku ambil kembalian, ia menolak. "Eh, buat kamu aja. Anggap aja itu tips kayak ojol. Hihi. Kasihan Ibu lihat kamu menderita begini. Rumah aja gede, tapi ke
Read more
Tema Nyinyir Baru
PoV Nur***[Nur, kata bumer, kamu kerja di warteg, ya? Hahaha. Awas ya, Nur, kalau kita ketemu nanti, kamu jangan bilang adik Mbak, kalau orang lain tanya atau ada yang belum tahu. Mbak gengsi. Kata ibu, penampilan kamu lusuh sekali. Wkwkwk]Itu isi pesan dari Mbak Widya tadi. Setelah beres bersih-bersih dan menunaikan ibadah shalat isya, aku segera berbaring di ranjang.Melihat sekeliling, rumah ini begitu sepi. Rumah gede, tapi hanya aku seorang. Padahal kamar ada beberapa. Kalau ada saudara menginap, pasti tertampung.Kubalas pesan dari Mbak Widya ini untuk menetralisir kesunyian.[Ya ampun, Mbak, Mbak baik hati sekali begitu perhatian sama aku. Sampai-sampai Mbak gunjingin aku dan sekarang kirim pesan ke aku. Oiya, kalau Mbak gak mau diakui oleh aku, jangan cemas, Mba, aku juga gak akan akui Mbak kok. Lagian, kan orang-orang juga sudah dengar gosip Mbak bagaimana orangnya. Udah ya, Mbak, aku mau tidur dulu. Selamat malam Mbakku tercinta]TerkirimTak lupa kububuhi emotikon love y
Read more
Sepertinya Mau Direbus
Pagi hari seperti biasa aku berkutat di kedai. Semua masakan sudah siap, dan pelanggan semoga semakin banyak. Biasanya, kalau makan siang nanti, mereka suka membludak.Oya, tadi aku mendapat pesan balasan dari Mas Aryo yang semalam itu. Ternyata mbahnya memang telah berpulang kepada Sang Agung. Aku pun turut berbela sungkawa. Mau ke sana tapi jauh, cukup doa saja. Kasihan sekali Mas Aryo. Dia sudah yatim piatu, Mbahnya juga sekarang sudah berpulang. Padahal aku tahu, Mbahnya itu masih sehat sekali, meski sudah renta. Alhamdulillah hubungan aku dan Mas Aryo sampai saat ini masih baik-baik saja. Silaturahmi kami masih terjalin."Mbak, saya mau ayamnya empat ya, sama tumis dua bungkus." Seorang pelanggan tiba."Baik, Mbak, saya bungkuskan, ya." "Iya, Mbak. Oiya, Mbak, apa di daerah sini ada kost-kostan murah, ya? Soalnya saya punya saudara perempuan mau kuliah di daerah sini, Mbak. Sebenarnya saya juga tawarin di rumah saya, tapi mungkin sungkan, karena di rumah saya banyakan. Rumah se
Read more
Tawaran Kontrakan
PoV Nur***"Eh, Nur, kontrakan di jalan Kelelawar mau dijual katanya. Itu yang punya udah meninggal, anaknya mau jual. Kan ada lima pintu, anaknya ada 6. Katanya mau dijual, uangnya mau dibagikan."Menul yang saat ini berkunjung ke kedai makananku bercerita. Dia masih melahap kacang kupas sudah habis lima bungkus. 5 × 2000 sudah 10 ribu. Memang bagus punya teman seperti dia. Kecuali kalau ngutang, aku bisa bangkrut. Tapi dia bukan tipikal penghutang. Haha."Memang kenapa kamu cerita ke aku, Nul?" tanyaku. Tangan masih menulis barang belanjaan yang akan dibeli. "Bukan kenapa, Nur. Beli sana, punya uang gak? Harganya di sana memang agak mahal, tapi kamu bisa jadi juragan kontrakan Nur!" jawab Menul lagi dengan wajah serius terus mengupas kulit kacang."Ah, aku mana ada uang. Pasti ber M M, kan. Aku gak ada uang sebanyak itu." "Yaelah, kayaknya gak sampai milyaran. Paling ratusan juta aja. Ya, dekat-dekat ke 1 M." Aku menarik kedua ujung bibir. "Sama aja, Nul, aku ada uang dari mana.
Read more
Tamu Angkuh
"Bukan iri, tapi sayang. Mbak kebayang kalau wajah Mbak yang mulus kena jerawat atau beruntusan? Kecantikan bisa lenyap seketika!" komentarku lagi.Dia malah tertawa. "Hahaha. Skincare aku bagus. Mahal. Terjamin. Terdaftar BPOM. Semua yang aku pakai itu mahal. Ya, seperti yang artis-artis pakai lah!" jelasnya angkuh. Aku tersenyum sinis."Lah, dia gak tahu apa ya, Nur? Artis juga banyak wajahnya yang rusak. Katanya ke dokter termahal, operasi juga gagal. Pengen cantik, jadi kayak botol kecap. Hahaha." Si Menul menertawakan. Aku juga ingin, tapi takut dosa. Wkwkwk."Eh enak saja kau gentong minyak! Perlu kamu tahu, aku mau suntik putih terus operasi pipi biar agak tirus. Bukan bulet kayak serabi mirip pipimu!"Mendengar pernyataan Mbak Widya barusan aku malah cemas. "Ngapain sih Mbak harus operasi segala? Mbak itu sudah cantik dan seharusnya memang disyukuri dan dirawat saja!" Tapi dia malah tertawa mendengar nasehatku. "Hahaha, sudahlah kamu jangan iri. Kamu juga jangan banyak ngomon
Read more
Ibu Mulai Kesal
PoV Panjul**"Jul, sini! Sini Ibu mau ngomong!"Malam hari setelah Widya tertidur pulas aku pergi ke dapur. Tapi Ibu malah meminta mendekat dengan wajahnya yang bikin penasaran."Ada apa, Bu?" tanyaku sembari mendekat."Sini! Ayok kita bicara!" sahut Ibu dengan nada tipis dan pelan. Sepertinya ia tak mau menantunya terbangun."Apa sih, Bu?" Wajah Ibu sudah horor. "Kamu ini, Panjul! Keterlaluan uang kamu semua kamu berikan sama si Widya. Jatah Ibu mana? Kamu tahu, Widya ngatur uang Ibu!" celetuknya kesal. Oh, jadi karena itu?"Aduh, Bu, ya mau bagaimana lagi. Widya beda sama Nur yang pintar dibohongi. Dia geledah semua isi sakuku, bahkan gajiku saja semuanya di transfer ke rekening milik dia. Kapan aku bisa bawa uang ke Ibu?" jelasku memang benar begitu kenyataannya.Ibu malah menjewer kupingku. "Aduh, aduduh, sakit, Bu, sakit!" Aku meringis.Gigi putih Ibu mengerat. "Kamu keterlaluan, Panjul! Setelah ibu rasa-rasa kamu menikah dengan Si Widya itu jadi pemborosan dan pengiritan sama
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status