Semua Bab TERNODA DI MALAM PERTAMA: Bab 51 - Bab 60
197 Bab
Bab 51
"Aku berniat untuk memperbaiki diri dulu, baru setelah itu aku mendekatimu. Lah, dikasih nafkah sedikit kan kamu pasti gak mau."Deg!Aku kembali teringat peristiwa dulu, saat aku melempar amplop berisi gajinya yang dia berikan. Hatiku mendadak sakit mengingatnya, bagaimana dengan perasaan lelaki ini?"Terlalu banyak kesalahan yang aku perbuat padamu, dulu. Sekarang ... aku ingin memperbaikinya."Dia kembali mendesah, resah."Terlalu banyak yang harus kita korbankan," ucapnya."Aku nggak peduli!" sergahku."Kamu gak boleh egois, Lin." Dia menatapku sendu."Jadi aku harus bagaimana? Melepasmu begitu saja? Aku tidak mau!" Aku kembali meneluknya erat."Kita selesaikan dulu masalah kita. Kamu selesaikan dulu dengan Ravi, dan aku akan selesaikan dengan Emely. Gadis itu sangat rapuh. Aku harus pelan-pelan mengatakannya.""Aku berharap, kita tersesat saja di sini selamanya sama kamu," ucapku asal."Hei, kamu gak boleh berucap sembarangan! Bagaimana tanggung jawabku pada perusahaan yang aku
Baca selengkapnya
Bab 52
Aku gelagapan mendengar pertanyaan dari Bang Ravi. Apakah aku harus mengatakan yang sejujurnya? Sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat."Mmh ... kami cuman ngobrol. Bahas soal kerjaan," ucapku bohong. Aku melirik sekilas pada Rimba yang menerima secangkir susu jahe dari Emely. Dia pun sama melirik padaku dan melanjutkan aktifitasnya."Kenapa kita malah tersesat bukan dengan pasangan kita, ya?" tanya Bang Ravi."Iya, nih. Tau mau tersesat, aku akan milih berdua sama Rimba. Eh, malah sama Kak Ravi." Emely mendengkus kesal. Sementara aku tertawa dalam hati. Bahagia karena sudah bisa sedekat itu dengan Rimba."Setelah selesai sarapan, kita lanjutkan mendaki. Biar bisa melihat keindahan dari atas sana," ujar Bang Ravi. Rimba mengangguk. Entah mengapa, suasana terasa kaku. Atau ... mungkin hanya perasaanku saja, karena merasa berdosa pada Bang Ravi.Aku makan dalam diam, menahan gejolak di dada yang ingin berteriak pada orang-orang di sini, bahwa aku dan Rimba saling mencintai. Rasanya
Baca selengkapnya
Bab 53
Aku lihat ke atas, jurangnya lumayan tinggi. Aku menenangkan diri dulu, nanti aku akan coba manjat. Aku tidak mau tinggal di sini sendiri, apalagi jika ada makhluk melata itu datang. Hiih, aku bergidik ngeri menatap sekeliling.Suasana agak redup karena terhalang pepohonan. Aku menjulurkan kaki dan memijitnya perlahan. Semoga saja mereka bisa menemukanku di sini. Aku membuka perbekalan, meraih sebotol air dan membasahi tenggorokanku yang terasa kering.Untung saja ranselku tidak jatuh saat berlari tadi.Aku bersandar sejenak di batu besar yang ada di sana. Merasakan pergelangan kakiku yang semakin berdenyut nyeri. Aku mencoba berdiri, tetapi kakiku rasanya terlalu sakit untuk menopang.Coba sebentar lagi. Semoga saja kakiku akan baikan.Aku menatap sekeliling, hanya semak belukar dan pohon-pohon yang rindang. Hatiku ketar-ketir, takut jika ada binatang buas yang datang dan menjadikanku santapan mereka. Duuh, kenapa aku ikut mendaki segala, jadi gini deh! Rutukku dalam hati.Etapi, ka
Baca selengkapnya
Bab 54
Aku membuka mata. Sepertinya hari sudah siang, karena sinar matahari mulai menembus sela-sela rerimbunan pohon. Aku palingkan wajah ke samping ternyata Rimba sedang menatapku."Udah bangun? Lelap banget," ujarnya."Iya, aku capek banget. Kenapa kamu udah bangun lagi?" Aku balik bertanya."Tadi aku haus, jadi kebangun.""Aku juga laper," timpalku."Makanlah, aku masih ada persediaan biskuit. Kamu mau?" Dia meraih ranselnya."Aku maunya makan kamu," jawabku sambil tertawa. Dia mendelik."Kamu ini," ujarnya sambil memijit hidungku."Kalau aku dimakan, habis dong.""Biarin, biar gak ada yang bisa milikin kamu lagi," jawabku serius.Dia terdiam lalu menoleh ke arahku dengan wajah yang serius. Aku pun menjadi salah tingkah."Kamu kok liatinnya gitu, sih?" Aku memalingkan muka."Kenapa kamu berubah? Bukannya dulu kamu benci setengah mati sama aku?" tanya Rimba. Aku kembali mendongak. Membalas tatapannya yang dalam."Entahlah, aku juga tidak tau." Aku menunduk malu."Cuman yang jelas ... sete
Baca selengkapnya
Bab 55
Aku menatapnya takjub pada lelaki itu. Lirik lagu itu, apakah untukku? Aku tersenyum dan menatapnya tak berkedip."Kamu suka sama dia?" Sebuah suara mengangetkanku. Pelan, namun terdengar mengintimidasi. Refleks aku menoleh pada lelaki di sampingku yang juga sedang memperhatikan Rimba mengalunkan nadanya. Emely menatap takjub di sampingnya, sambil sesekali memekik riang dan menangkupkan telapak tangan di mulutnya."Dia laki-laki yang baik," jawabku pelan. Dia mengangguk tanpa melihatku."Tapi ingat, kamu adalah milikku!" sentaknya pelan, namun penuh penekanan. Matanya menatapku nyalang. Tangannya mencengkeram pergelangan tanganku kuat. Aku gemetar. Di sana Rimba masih fokus memainkan gitarnya."Lepas, aku mau tidur," pintaku. Dia masih saja menahanku dengan tatapan penuh amarah."Tolong ... aku lelah." Aku memelas. Dia melepaskan cengkeramannya perlahan. Aku bangkit dan meninggalakan mereka bertiga yang masih terlihat menikmati suasana malam pegunungan.***Entah pukul berapa aku terb
Baca selengkapnya
Bab 56
Rimba menarik lengan Ravi dengan cepat, sebelum lelaki itu masuk ke kamarnya. Tatapan nyalang dari keduanya bagai dua singa jantan yang sedang mempertahankan daerah kekuasaannya."Bukan begitu caranya memperlakukan wanita!" sentak Rimba dengan penekanan. Walau suaranya dia tekan sepelan mungkin, tapi Ravi bisa mendengarnya dengan jelas.Ravi melirik ke arah kamar Emely. Dia menarik Rimba menjauh dari sana, karena takut jika adiknya itu bisa mendengar pertengkaran diantara mereka."Hei, lu gak usah ikut campur! Aline itu cewek gue, mau gue apain itu terserah gue. Lu harusnya malu, nikung gue dari belakang!" Ravi menunjuk-nunjuk muka Rimba."Gue gak nikung!" bantah Rimba. Ravi menyunggingkan senyuman mengejek."Lu bilang kagak nikung? Tadi gue lihat dengan mata gue sendiri kalian berciuman. Siapa yang bisa jamin kalau kalian tidak melakukan apa-apa kemarin malam." Ravi mendekatkan wajahnya pada lelaki yang tiba-tiba amat dibencinya. Rimba bergeming membalas tatapan nyalang temannya itu.
Baca selengkapnya
Bab 57
"Dan kau!" tunjuknya pada Rimba. Kalimatnya menggantung."Hai ... kalian di sini rupanya! Aku mencari kalian ke mana-mana." Sebuah suara membuyarkan obrolan ketiganya."Hai Emely, kamu sudah bangun. Iya, aku tadi lagi olah raga, lalu ketemu mereka, jadi kami ngobrol dulu." Wajah Ravi kembali terlihat datar, tidak ada lagi emosi dalam wajahnya."Bersikaplah seperti tidak pernah terjadi apa-apa," bisiknya sebelum Emely benar-benar mendekat."Ayo kita sarapan," lanjutnya lagi sembari meraih bahu adiknya.Rimba dan Aline saling tatap lalu mengikuti dua orang di depannya.Empat piring nasi goreng sudah siap tersaji. Wanginya menguar menggoda rasa lapar. Mereka memilih makan di teras luar sambil menikmati suasana pagi.Rimba juga Aline makan dalam diam. Sementara Ravi sesekali menggoda sang adik. Menyadari suasana yang jadi canggung, Emely menatap Rimba dan Aline bergantian."Kalian kok diem aja sih?" tanyanya dengan kening mengerut."Sepertinya mereka kelelahan setelah tersesat kemarin. Su
Baca selengkapnya
Bab 58
Aku menatap haru bergantian pada Papa juga Rimba. Hatiku terlalu bahagia untuk bisa diungkap dengan kata-kata. Yang bisa kulakukan hanya mengangguk pasti untuk menjawab pertanyaan Papa. Pantas saja malam ini Rimba memakai baju yang rapi sekali, walaupun hanya kemeja putih dan celana abu-abu. Namun, terlihat sangat gagah."Alhamdulillah," ucap Papa.Rimba kemudian menyerahkan sebuah paper bag padaku. "Pakailah. Maaf aku hanya bisa menyiapkan ini saja."Aku mengambil paper bag itu dan melihat isinya. Sebuah kebaya dan bawahannya. Bahannya bagus sekali.Tak berapa lama, terdengar suara ramai orang dari luar mengucap salam. Mama segera membukanya. Terlihat orang-orang yang dulu pernah menjadi saksi di pernikahan pertama kami. Juga seorang yang sepertinya penghulu."Duh, mendadak sekali, Rimba. Mama nggak masak yang istimewa," ucap Mama."Nggak masalah, Tante. Habis ini kita bisa makan di restoran," kekeh Rimba.Tak lama, Pak RT tempatku tinggal juga datang bersama tiga orang lainnya. Papa
Baca selengkapnya
Bab 59
Satu jam kemudian kami kembali ke rumah. Teman-teman Rimba langsung pulang, demikian juga dengan penghulu dan tetangga yang menjadi saksi pernikahanku. Kami mengucapkan banyak terima kasih pada mereka.Hampir jam sembilan kami tiba di rumah. Aku ke kamar berganti pakaian dengan baju tidur berbentuk gaun selutut dan atasan setali. Tak lama Rimba mengetuk pintu dan mengajakku untuk sholat Isya berjamaah. Untuk pertama kalinya dia menjadi imamku dalam sholat juga dalam kehidupan nyata secara bersamaan.Selesai mengucap salam, aku meraih tangannya dan menciumnya takzim. Dia merengkuhku dalam pelukannya dan membacakan suatu doa yang samar-samar aku dengar. Setelahnya dia mencium puncak kepala dan juga keningku.Sungguh bahagia kami, ya Allah.Perlahan dia membuka mukena yang menutup tubuhku. Mendadak tubuhku terasa panas dingin. Desir aneh menjalar ke seluruh tubuh. Aku bisa meradakan jika kini dia tengah menatapku lekat. Aku menunduk malu.Dia raih daguku. Tatapannya begitu memabukkan. P
Baca selengkapnya
Bab 60
Aku tidak bisa membiarkan Aline terluka lagi. Aku tidak tahan saat melihat Ravi memperlakukannya dengan kasar. Aku memang pernah terluka dengan sikap Aline, tetapi semua itu karena dia tidak tahu alasanku memperkosanya. Aku selalu memaafkannya, karena aku sangat mencintainya.Hatiku sakit saat dia terluka, jiwaku marah jika ada yang menyakitinya. Aku bodoh. Iya! Bukankah cinta memang tidak kenal logika. Seperti itulah aku, berulang kali dia bersikap buruk padaku, aku selalu memaafkannya. Hanya satu yang paling membuatku terluka, saat dia mengabaikan Rasya. Saat itulah aku menggunakan logika. Aline keterlaluan, semua kesalahanku harus Rasya yang menanggungnya. Walaupun memang kuakui semua ini terjadi karena aku yang memulainya.Beberapa hari sebelum pernikahan Kak Rangga, aku mendengar obrolan antara Papi dan Kakakku itu. Sayup kudengar bahwa mereka hendak menjual keperawanan Aline pada seseorang bernama Bahrun dengan harga yang fantastis. Aku kalut. Berhari-hari aku memikirkan cara un
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
20
DMCA.com Protection Status