Di malam pertama pernikahannya, Aline shock karena ternyata bukan sang suami yang telah menghabiskan malam dengannya, tetapi sang adik ipar! Karena kejadian naas itu, Aline pun diceraikan di malam itu juga. Lebih parahnya lagi, Aline bahkan harus menikahi Rimba, sang adik ipar untuk menyelamatkan muka keluarga! Aline pun menerima semuanya sebagai ajang balas dendam. Meski begitu, Rimba menerima semua perlakuan buruk Aline. Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah hati Aline akan terus beku pada Rimba atau pada akhirnya mencair?
View More"Sayang, Mas pergi dulu sebentar. Ada kebakaran di gudang bahan baku," ujar Mas Rangga sambil mencium keningku . Dia tampak terburu-buru mengambil jaket dan kunci mobilnya.
"Gak ada lagi yang bisa handle selain kamu, Mas?" tanyaku sambil mengekor. Dia menoleh.
"Kamu kan tau sendiri, Papi seperti itu kondisinya. Lalu anak berandalan itu, mana mungkin dia mau mengurusi," ucapnya sambil memakai jaket. Aku membetulkan letak kerahnya.
"Ya, udah, Mas hati-hati, ya."
"Iya, Sayang. Ada-ada saja, harusnya aku ngelonin kamu, malah harus ngurusin beginian," ucapnya lagi dengan tatapan menggoda. Aku tertawa kecil.
"Ya sudah, sana. Biar cepet pulang lagi," usirku, walaupun merasa sedikit kesal.
Mas Rangga melepaskan pelukannya. Aku mengekor sampai ke ambang pintu. Sebelum pergi, dia mencium dan memelukku dengan erat.
"Tunggu, Mas gak akan lama." Mas Rangga berlalu sambil melambaikan tangannya. Aku membalas lambaian itu dengan sebuah senyuman.
Lelaki itu, orang yang baru tadi siang sah menjadi suamiku. Seorang lelaki idaman setiap wanita. Tampan, baik dan juga mapan. Beruntungnya aku.
Aku segera menutup pintu. Badan ini rasanya lelah setelah seharian duduk di pelaminan dan bersalaman dengan ratusan tamu.
Sebuah lingerie hitam aku kenakan malam ini. Aku ingin menyambut kedatangan Mas Rangga dengan istimewa.
Aku matikan lampu utama, dan hanya menyalakan lampu spot yang temaram. Aku empaskan tubuh ke atas peraduan yang sudah ditata sedemikian rupa. Namun, keindahan malam pertama harus sedikit tertunda karena urusan yang tak bisa dibiarkan. Tak apa, lagi pula masih ada esok hari, dan malam-malam berikutnya, aku akan menikmati malam sebagai istrinya Mas Rangga. Aku tersenyum sendiri membayangkan semua itu.
Mataku teramat berat, karena kemarin malam mata ini sulit terpejam menantikan hari pernikahan. Tanpa terasa aku jatuh tertidur. Entah berapa lama aku terlelap. Saat terasa sebuah tangan menarik paksa baju tipis yang kukenakan.
Sreet! Sreett!
Setengah sadar aku membuka mata. Gelap. Tidak ada cahaya sedikit pun, padahal seingatku tadi menyalakan lampu spot. Tangan itu bergerilya makin hebat. Mungkinkah Mas Rangga sudah kembali?
"Mas?" ucapku lirih.
Tak ada jawaban. Hanya desahan napas memburu yang terdengar di telinga. Rasa perih menjalari tubuh. Aku tersentak dan mendorong tubuh itu.
"Mas, sakiiit," ucapku lirih. Masih tak ada jawaban. Dia semakin melancarkan serangannya yang membabi buta. Aku pasrah. Setitik air jatuh dari pelupuk saat mata ini kembali kupejamkan.
Sesaat kemudian, sebuah ketukan terdengar. Pintu terbuka dan lampu menyala. Aku tersentak kaget melihat ke arah sana. Di mana Mas Rangga tengah berdiri menatap tajam ke arahku yang sedang ....
Apa? Mas Rangga di sana? Lalu siapa?
Aku menoleh pada orang yang tengah berada di atasku. Rimba? Aku kembali mengalihkan pandangan ke arah pintu. Mas Rangga berjalan cepat dan menarik tubuh adiknya. Aku beringsut karena kaget dan juga takut.
Kenapa Rimba? Astagfirullah ya Allah. Aku menarik selimut dan menutupi tubuhku.
"Apa yang kau lakukan, hah?! Dia itu istriku. Kakak iparmu! Berani-beraninya kau merampas semuanya!" Terdengar suara Mas Rangga menggelegar di ruangan ini. Sebuah tinju bersarang di wajah sang adik, disusul tinju yang lain. Aku lihat Rimba bangkit dari lantai dan membalas tinju Mas Rangga.
Ya Tuhan ... apa yang terjadi? Tolong, siapa pun, bangunkan aku. Aku berharap semua ini hanya mimpi.
"Rangga, ada apa?" Terdengar jeritan Mami dan melerai perkelahian itu.
**
Setelah perkelahian itu kami berkumpul di ruang keluarga di tengah malam buta. Papinya Mas Rangga yang duduk di atas kursi roda, menatap tajam pada putra bungsunya yang duduk sambil menunduk."Kamu, itu selalu saja bikin onar! Mau jadi apa kamu ini? Kuliah gak bener, kerja gak becus! Dan sekarang, kamu malah memperkosa kakak iparmu. Di mana otakmu kau taruh, hah?!" Suara Papi terdengar menggelegar. Aku duduk gemetar dipeluk maminya Mas Rangga. Sementara suamiku itu diam menahan amarahnya. Rahangnya mengeras dengan tangan yang mengepal.
"Kamu ini bisanya bikin malu papi dan mami-mu saja, Rimba. Kau taruh di dengkul otakmu itu, hah?!"
Napas Papi tampak tersengal. Rimba hanya diam. Sesekali melirik pada Mas Rangga dan tersenyum miring.
"Bagaimana sekarang, Rangga? Papi serahkan semuanya padamu. Selesaikan semua ini dengan baik. Papi yakin kamu ini bijaksana," ujar Papi, lalu berlalu dengan kursi rodanya.
"Kalian selesaikan dengan kepala dingin. Kalian ini sudah dewasa, bukan anak-anak lagi," ujar Mami, kemudian pergi mengekori suaminya.
Aku duduk diam menatap pada Mas Rangga yang berdiri menatap ke luar jendela. Sesekali dia mengusap wajah dan menyugar rambutnya. Aku tidak banyak bicara, karena aku tidak tahu harus ngomong apa.
Minta maaf? Untuk apa? Di sini aku-lah korbannya.
Rimba pun masih terdiam di tempatnya.
"Lin ...." Terdengar suara Mas Rangga memanggil namaku. Aku mendongak. Bibirku gemetar karena takut.
"Mungkin sebaiknya kita akhiri saja pernikahan ini. Hari ini, aku jatuhkan talak padamu."
DUAAARR!
Suara lirih itu bagaikan bom atom yang memekakkan telinga. Mataku membulat. Aku lihat Rimba pun sama.
"Hei, Kak!" Tiba-tiba Rimba bersuara.
"Diiaamm!! Kamu jangan ikut campur! Karena kamu, semua ini terjadi. Kamu merampas hak yang seharusnya aku jalani. Aku tidak sudi memiliki sesuatu bekasmu!" teriak Mas Rangga yang membuatku terperangah tak percaya. Napasku terasa sesak. Butiran bening luruh tanpa bisa kutahan. Aku kehilangan kata-kata.
Dia pergi meninggalkanku yang masih gemetar tak percaya. Rimba bangkit dan mendekat.
"Alin, jika lelaki itu pergi, aku akan bertanggung jawab," ucapnya lirih sambil menyentuh tanganku. Aku menepisnya kuat.
"Pergi kau, biadab! Jangankan bersama. Aku bahkan tak sudi melihatmu!" ucapku dibarengi tangis. Sebuah tamparan mendarat di pipinya.
Dia bergeming dan menatapku nanar. Aku balas tatapan itu dengan nyalang.
"Pergii!" ucapku. Dia diam.
"Pergiiiii!!! jeritku meluapkan segala emosi dan sebah di dada.
Di malam pertama pernikahanku, aku dinodai. Di malam itu pula aku kehilangan seorang suami.
Aku Aline, akan menceritakan kisah kelam hidupku.Ravi menyiapkan pesta pernikahannya yang kedua kali. Jika pernikahannya yang pertama cintanya tak berbalas, berbeda dengan yang kali ini. Ravi adalah cinta pertama bagi gadis itu. Banyak tetangga yang tak menyangka dengan jodoh Rina yang begitu dekat. Apalagi lelaki itu adalah tetangga baru dan banyak diidamkan oleh anak-anak gadis mereka. Rimba sengaja menyewakan sebuah tempat yang banyak dipakai oleh artis terkenal untuk merayakan pesta pernikahan sahabatnya itu. Ravi sempat menolak, tetapi Rimba bersikukuh ingin ikut membantu di hari bahagia kawannya. “Gue bener-bener bahagia denger lu mau kawin. Akhirnya elu bisa move on juga dari mantan istri lu. Makanya gue mau ikut rayain. Anggap aja ini sedikit kado dari gue sama Aline,” ucap Rimba di telepon. “Gue sewain kalian WO yang bagus. Nanti kalian tinggal bilang ke mereka mau seperti apa,” lanjut lelaki tegap itu. Ravi sampai geleng-geleng kepala mendengarnya. Tak disangka Rimba ternyata memiliki hati yang baik dan jiwa dermawan
“Iya, Mas. Mmh, jadi, apakah Mas Ravi mau jadi pacar saya?” tanya Sari penuh percaya diri.“Eh, apa? Pacar apa?” Ravi pura-pura kaget dan tak mengerti.“Pacar saya. Apa Mas Ravi mau jadi pacar saya?”“Lho, memangnya kamu mau sama mantan napi seperti saya?”“Lha, kan Mas Ravi nggak bersalah. Mas Ravi berbuat seperti itu untuk menolong orang lain. Saya justru salut sama Mas Ravi,” ucap Sari.“Oh, begitu.”“Iya, Mas. Mmh, jadi gimana? Mas Ravi mau, kan, pacaran sama saya?” Sari kembali bertanya.Ravi tertawa pelan dan menggeleng.“Maaf, sari. Saya memang putus dengan Rina sebagai pacar, karena saya akan segera melamarnya jadi istri saya,” jawab Ravi dengan senyuman sinis.“Lho? Kok, begitu? Tadi kata
Pak Udin tiba-tiba mendaratkan tamparannya di pipi Ravi saat lelaki itu mengantar Rina ke rumahnya. Lelaki berkaos hitam itu kaget dan memegangi pipinya yang terasa perih.“Ada apa ini, Pak?” tanya Rina tak kalah kaget.“Rupanya itu yang kalian lakukan di belakang Bapak, hah? Berbuat mesum di ladang. Mana dua temanmu itu? Apa mereka sengaja meninggalkan kalian berdua di ladang sana, supaya bisa berbuat zina?” tuduh Pak Udin membuat Ravi dan Rina saling melempar pandangan tak emngerti. Bagaimana Pak Udin bisa tahu?“Maaf, Pak, jika perbuatan saya mengecewakan Bapak. Saya dan Rina memang memiliki hubungan lebih dan saya berniat untuk segera melamar Rina menjadi istri saya,” ujar Ravi tulus. Rina bernapas lega mendengar Ravi mengatakan itu, tetapi Pak Udin malah semakin naik pitam.“Jangan mimpi! Aku tidak akan pernah memberikan putriku pada mantan penjahat. Kamu ini pernah d
Setelah Aline puas berbelanja, Rimba kembali ke hotel tempatnya menginap setelah sebelumnya mengantar Ravi ke rumahnya. Mereka sengaja memakai satu mobil agar bisa ngobrol banyak. Rimba dan Ravi saling timpal bercanda. Kebersamaan yang sangat mengasyikan walaupun Ravi harus menutup kios bunganya untuk sementara.Rina sengaja meminta Rimba menurunkannya dan Ravi di pinggir jalan agak jauh dari rumah. Ravi mengerti, jika kekasihnya itu ingin membicarakan sesuatu.Ada sebuah gubuk di tengah kebun tak jauh dari sana dan Rina mengajak Ravi ke sana. Mereka duduk di bale-bale bambu gubuk itu. Ravi terdiam menunggu Rina bertanya. Namun, gadis itu tak kunjung berucap.“Ada yang ingin kamu tanyakan?” ucap Ravi memecah kesunyian. Rina menoleh.“Apa Mas Ravi tidak ingin menceritakan semuanya sama Rina?” tuntut gadis itu dengan mata mulai berkaca-kaca.“Aku baru
“Eh, keasikan ngobrol, sampai lupa ngenalin Rina.” Ravi menarik lengan gadis itu menuju Rimba juga Aline.“Wah, wah, baru aja ngomongin move on, ternyata elu udah move on duluan.” Rimba tergelak. Namun, tangannya terulur pada gadis yang menatapnya itu. Sebagai wanita normal, Rina juga kagum dengan ketampanan wajah Rimba yang tampak meneduhkan. Kebaikan hati begitu terpancar jelas dari sana. Apalagi tadi dia bisa melihat bagaimana sikap Rimba pada istrinya. Sungguh seorang suami idaman.“Rina,” ucap gadis itu malu-malu.“Aku Rimba, temennya Ravi. Dan ini Aline, istriku,” balas Rimba yang menyambar pinggang sang istri. Aline tersenyum ramah pada gadis yang baru ditemuinya itu.“Kebetulan sekali kedatangan kami ke Lembang kali ini. Selain bulan madu yang ke sekian kalinya, melihat rumah Nenek, juga ketemu sama kawan lama.” Rimba terkekeh.
Setiap seminggu sekali ada mobil boks yang datang dari perkebunan tanaman hias yang mereka biasa sebut ‘PT’. Bukan satu jenis saja, Ravi menjual aneka bunga, dari aglonema, alocasia, juga aneka anggrek.Setiap akhir pekan, banyak wisatawan yang berlibur ke daerah Lembang dan para pedaganng tanaman hias akan laris diserbu pengunjung.Setelah hari itu, Ravi dan Rina diam-diam berpacaran. Rina yang meminta agar Ravi tak mengatakan pada siapapun. Dia takut jika Sari memusuhinya. Awalnya Ravi tidak setuju, karena dia justru merasa risi dengan keberanian dan kegenitan Sari yang selalu mengganggunya ketika bertemu. Namun, Rina bersikukuh memaksanya, akhirnya Ravi pun menerima syarat itu.“Mas, ada singkong goreng,” ucap Rina membuuyarkan lamunan Ravi yang tengah menyiram bunga-bunganya.Ravi langsung menoleh pada Rina yang membawa nampan berisi sepiring singkong goreng yang masih pan
Ravi membuka apllikasi chat berwarna hijau. Bolak-balik dia membuka layar percakapan dengan Rina, tetapi ketika hendak mengetik, kembali dia urungkan dan menutupnya. Sedangkan Rina yang melakukan hal yang sama, dia bahagia ketika melihat tulisan di bawan nama ‘Mas Ravi’ sedang mengetik. Rina harap-harap cemas dengan apa yang akan dikirimkan padanya. Namun, harapannya pupus ketika status yang sedang mengetik itu kembali mati.“Mas Ravi, ayo dong. Masa harus Rina yang duluan bilang suka,” ucapnya sambil berbaring di atas kasur. Matanya tak lepas dari foto profil Ravi yang terpasang di whatsapp-nya.“Sejak pertama kali lihat Mas Ravi, entah kenapa jantung Rina selalu berdebar kencang. Rina juga pengen selalu deket sama Mas Ravi,” gumamnya dengan wajah bersemu merah.“Tadi siang Rina nggak sengaja bilang suka sama Mas Ravi, apa Mas Ravi juga suka sama Rina?” tanyanya ngomong se
“Wah, temenmu itu sepertinya tau kalau buat dua orang. Dia bungkusnya banyak banget,” kata Ravi menyodorkan piring yang telah diisi pada Rina. Gadis itu menerima dan mengucapkan terima kasih.“Ada salam dari Sari buat Mas Ravi,” ucap Rina di sela suapannya. Ravi langsung menghentikan kunyahan dan menoleh pada gadis di sampingnya.“Waalaikum salam,” jawab Ravi terkekeh.“Maaf kalau boleh tanya,” ucap Rina ragu. Ravi kembali menoleh dan mengerutkan dahinya.“Iya? Tanya saja jangan ragu,” jawabnya dan kembali menyuap.“Sari titip pesen buat nanyain. Apa Mas Ravi sudah punya pacar?” tanya Rina dengan wajah polos. Namun, wajahnya tak urung memerah.Ravi tertawa kecil dan meraih gelas berisi air minum. Dia meneguk isinya sebelum menjawab pertanyaan Rina.“Ini pertanya
“Sari,” ucapnya malu-malu.“Ravi,” sahut lelaki tegap itu membalas uluran tangan Sari. Saat tangan itu bertautan, jantung Sari semakin berdebar kencang.Sejenak mereka diam karena bingung dan merasa kaku. Namun, akhirnya Ravi memecah kekakuan dengan berpamitan untuk ke warung.“Jika kalian masih mau mengobrol, silakan. Saya mau ke warung dulu, mau beli sarapan,” ucap Ravi.“Eh, mau beli sarapan, ya? Ini, kan, warung ibu saya. Mas Ravi mau nasi kuning? Saya bikinin, ya,” cerocos Sari mendahului langkah lelaki berkaos hitam itu. Dia juga bergegas membungkus nasi kuning lengkap dengan oseng-oseng dan telur balado.“Ini spesial buat Mas Ravi.” Gadis itu menyerahkan bungkusan nasi dalam keresek.“Terima kasih,” ucap Ravi. “Saya juga sekalian mau beli telur sekilo dan mi instan sepuluh bi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments