Semua Bab DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT: Bab 61 - Bab 70

263 Bab

Bab 61

“Ada yang lacur, Pak Dokter!” jawab salah satu warga yang mengarak.“Ada yang lacur? Lalu, kenapa bapak-bapak bawa mereka pake keranda segala? Mau dibawa ke mana?” tanya si Adit lagi. Keranda berhenti. Ah, semoga saja si Adit terus menahan mereka.“Mau dibawa ke kuburan, Pak Dokter. Biar tubuuh mereka ikutan mati kayak hati dan otaknya.” Kali ini Mas Undang yang menjawab dengan berteriak.Lalu terdengar langkah kaki mendekat dan kain hijau yang menutupiku juga Pak Didi disibak seseorang. Sebuah cahaya senter menyorot ke wajahku dan Pak Didi bergantian. Itu sepertinya si Adit yang menatap kami dengan kaget.“Astagfirullahaladzim,” ucapnya.“Mereka dempet, Pak Dokter. Hukuman yang pantas buat tukang lacur!” seru orang-orang.“Bapak-bapak mau menaruh mereka di kuburan? Itu sangat tidak berperikemanusiaan. Mereka dibawa ke sana tanpa pakaian dan dalam keadaan menyatu seperti ini. bagaimana kalau ada binatang melata atau binatang liar lainnya yang membahayakan?”“Biarkan saja, Pak Dokter.
Baca selengkapnya

Bab 62

“Ini semua gara-gara kamu, Yasmin!” teriak mantan mertuaku itu. Aku tersentak kaget.“Semua kesialanku berawal dari kamu! Agus dipenjara, kehilangan pekerjaannya, lalu harus kawin sama si Lilis. Semua menjadi mengarah pada kesialan yang kualami. Kamulah penyebab semua itu!” teriaknya membuat aku menjauh karena ketakutan.“Bu Mae mau diobati atau tidak?” bentak Mas Adit marah. “Kalau Bu Mae ingin seperti itu sampai nanti, ya sudah saya suruh saja Pak Undang untuk bawa Bu Mae ke kuburan. Biar di sana kalian ditemani demit dan ular,” ujar Mas Adit terdengar mengancam. Aku ingin tertawa melihat raut wajahnya yang terlihat serius.“Kamu ini tidak tau diri, Mae! Kalau seandainya Dokter Radit tidak menahanku, aku sudah membawamu ke kuburan dan membiarkan kalian mati kedinginan di sana. semogaa dipatok ular sekalian!” teriak Pak Undang, mantan bapak mertuaku. Saking marahnya, dia bahkan memannggil istrinya itu hanya dengan nama.“Kamu ini, bukannya berterima kasih sama Dokter Radit, malah mak
Baca selengkapnya

Bab 63

POV MaemunahAku pulang terpaksa pinjem bajunya si Yasmin. Males sebenernya, tapi mau gimana lagi, daripada mesti telanjang dan jadi tontonan orang-orang lagi.Untung saja si Adit bisa nolong kami sampai bisa lepas. Ternyata semua itu karena aku ketakutan katanya. Aku sudah suudzon kalau-kalau sudah diguna-guna sama Mas Undang. Ternyata tidak.“Pak Didi, sih, pake ngajakin saya begituan segala, jadinya begini, deh. Dobel jadinya tuntutan yang saya dapet.” Aku menggerutu sambil melangkah.“Ya, mana saya tahu kalau bakal begini. Kalau tau mah, saya nggak bakalan ngajakin Bu Mae. Lagian, gimana Pak Undang bisa sampe tahu kita lagi begituan ya?” tayanya. Oh iya, baru inget. Gimana Mas Undang bisa tahu kalau aku lagi indehoy sama Pak Didi? Dia juga tadi sempet bilang kalau bukan hanya sekali tahu soal ini. Jadi … ah, sebenarnya itu salahnya sendiri, kenapa ngasih aku duit sedikit. Gajinya, kan, abis dipake buat bayar cicilan ke bank. Mestinya Mas Undang sadar diri dan nyari usaha sampingan
Baca selengkapnya

Bab 64

Beruntung banget seorang Mae bisa ketemu sama Pak Didi yang baik. Udah mah sering ngasih duit, sekarang mau ngasih kontrakan juga. Baguslah. Nanti akan aku bbuktikan pada mereka, kalau Mae bisa sukses di kota.Saat adzan subuh, aku bergegas mandi dan berganti pakaian. Pak Didi juga sudah siap. Dia ngajak aku untuk pergi pagi-pagi agar belum banyak orang yang bangun. Biasanya di kampung ini orang-orang mulai keluar sekitar jam 6 pagi. Ada yang pergi ke sawah, ke kebun dan juga membersihkan halaman.Dengan motor NMax-nya, Pak Didi mengantar aku ke kota. Ternyata dia punya banyak kontrakan di sana. ada sekitar 15 petak, yang kebanyakan dihuni oleh para wanita muda. Mereka cantik-cantik dan pintar dandan. Lipstiknya merah merona. Baju-baju mereka juga seksi-seksi.“Yang baru, nih, pak Didi. Semok. Laris, nih, pasti,” ujar salah seorang dari mereka yang sedang berkumpul di depan kontrakan. Aku melirik pada Pak Didi. Dia hanya mesem-mesem. Apa ini maksudnya?“Kalian mesti baik-baik sama Bu
Baca selengkapnya

Bab 65

POV YasminAku kaget dengan kabar tentang Bu Mae yang katanya dimanfaatkan oleh Pak Didi. Warga kampung Suniagara merasa geram dengan lelaki paruh baya itu. Mereka mengusir Pak Didi dan membakar rumahnya. Ternyata ada beberapa perempuan warga kampung ini yang dulu diajak kerja sama Pak Didi. Orangtua mereka baru tahu jika anak perempuannya dipekerjakan sebagai budak nafsu oleh lelaki itu.Manusia bisa lebih kejam dari binatang jika sudah berurusan dengan uang dan nafsu duniawi.Setelah Bu Mae masuk penjara karena membunuh lelaki yang hendak membeli layanannya, aku lihat Mas Agus sudah jauh berubah. Dia sering kulihat pergi ke mesjid. Aku dan Mas Adit sering bertemu dengannya di sana. Dia mengangguk sopan saat berpapasan denganku. Mungkin semua kejadian ini telah membuka mata hatinya yang selama ini kelam.“Maaf, jika dulu aku dan Ibu pernah memfitnahmu. Maaf, karena aku pernah berbuat jahat padamu. Aku tulus mengatakan ini,” katanya mendekati, ketika aku sedang menunggu Mas Adit yang
Baca selengkapnya

Bab 66

“Dia bilang masih cinta sama kamu. kalau aku nggak mergokin, mungkin dia bakalan maksa ngajak kamu ke Kalimantan,” katanya lagi dan menyenderkan punggungnya ke sandaran ranjang. Wajahnya tampak kecut walau di keremangan cahaya lampu kamar.“Emangnya kenapa kalau Mas Agus masih cinta sama aku? Aku, kan, cintanya sama Pak Dokter.” Aku sengaja menggodanya.Dia melengos. “Aku tadi lihat kamu asik banget ngobrolnya sama Mas Agus. Kayak yang lagi CLBK,” sindirnya membuat aku tidak tahan ingin tertawa.“Iya, asik banget sampai-sampai rasanya pengen ikut ke Kalimantan.” AKu sengaja makin menggodanya. Dia mendelik lalu kembali berbaring. Hihii. Lucu. Ternyata lelaki yang dulu dingin ini kalau cemburu justru lebih hebat ngambeknya.“Sana, lah, ikut,” katanya mendengkus kesal.“Mas, kamu lucu sekali kalau cemburu.” Aku mencubit pipinya gemas, lalu mencium bekas cubitan itu penuh kasih sayang.“Siapa yang cemburu?” katanya masih terdengar marah.“Ya sudah, kamu nggak cemburu. Terus kenapa marah s
Baca selengkapnya

Bab 67

“Itu, kan, uang Mas Adit, nggak perlu izin dariku,” jawabku datar. Aku bersungguh-sungguh mengatakan itu, karena memang selama ini aku selalu dicukupi dalam segala hal. Jadi, kalau Mas Adit berniat membantu orang, apa salahnya?“Uangku adalah uangmu juga, makanya aku harus minta izin,” katanya pelan.“Mas ikhlas minjemin sama Pak Undang?” tanyaku. “Walaupun mereka sudah sering menghina dan menyakiti Mas, dulu?”Dia mengembus napas kasar. “Suatu kemuliaan jika kita bisa membalas kejahatan orang dengan kebaikan. Aku berharap mereka bisa belajar dari kesalahan mereka dulu. aku tidak punya dendam,” sahut Mas Adit. Aku mengulurkan tangan dan meremas jemari suamiku. “Lakukanlah, jika itu memang baik,” jawabku. Mas Adit mengangguk, lalu melanjutkan langkahnya ke kamar.Pak Undang mengucapkan terima kasih berkali-kali sebelum pulang. Dia juga meminta bertemu denganku untuk mengabarkan jika Mas Agus akan menikah lagi. Aku berpura-pura agak kaget, padahal sudah mendengarnya tadi.“Selamat, ya,
Baca selengkapnya

Bab 68

POV LilisAku menikah dengan Wahyu setelah melahirkan seorang bayi laki-laki. Jarak yang tidak terlalu jauh dengan kelahiran anaknya Dokter Radit. Hanya beda dua minggu, aku duluan yang lahiran.Ketika tahu anaknya Dokter Radit perempuan, aku berdoa, semoga saja anak kami nanti berjodoh. Aamiin. Emaknya gagal, kali aja anaknya jadi. Iye, kan?Uups, harus! Karena Ibu nggak nerima pernikahanku dengan Wahyu, jadinya terpaksa aku tinggal di gubuknya dia dengan emaknya. Nasib, nasib. Bayangin punya suami ganteng dan kaya raya, jebule malah kawin sama orang kismin, pleus B aja. Ah, sudahlah!Nggak lanjut kawin sama Mas Agus aja udah syukur rasanya. Ternyata keluarga itu bermasalah. Dari Mas Agus yang dipenjara karena ringan tangan. Lalu Bu Mae yang juga dipenjara karena membunuh. Udah gitu dia gancet pula sama Pak Didi, orang yang dikira kaya karena bisnis halal, ter
Baca selengkapnya

Bab 69

POV Agus Akibat aku pernah dipenjara itu, akhirnya membuatku susah mencari kerja. Mantan pesakitan terus melekat di diriku sampai tua bahkan sampai aku mati nanti. Bohong jika aku katakan kalau aku tidak cemburu melihat kebahagiaan mantan istriku, Yasmin dengan suaminya sekarang. Dia terlihat jauh lebih cantik dan terawat. Setiap baju yang dipakainya pasti bagus dan sangat pas di tubuh mungilnya. Salahku sendiri, dulu begitu percaya dengan kata-kata yang diucapkan oleh Ibu tentang Yasmin yang katanya tidak lagi perawan hanya karena lipstiknya yang pucat. Dia juga bilang kalau kemungkinan Yasmin lagi hamil dengan lelaki lain. Buktinya, sekarang kebenaran itu menampakan dirinya. Yasmin wanita baik dan suci. Sesal sudah tidak berguna. Yasmin kini sudah menjadi milik orang lain. Meski aku mengharapkan jandanya, tetapi rasanya dokter itu tidak akan melepaskan Yasmin begitu saja. Kecuali mereka dipisahkan
Baca selengkapnya

Bab 70

POV LilisJalan kupercepat menuju warung Bu Ipah. Tempat di mana dulu aku sering jadikan tempat nongkrong ketika masih berpacaran dengan Wahyu. Ternyata, sekarang dia juga masih menggunakan tempat itu untuk berpacaran sama si Pelakor itu. Sialan.Dari kejauhan aku bisa melihat si Wahyu yang ketawa-ketiwi sambil makan bakso sama si Yani. Yang lebih membuatku geram ketika perempuan sundal itu tanpa malu menyuapi si Wahyu di depan ibu-ibu yang memperhatikan kemesraan mereka.“Hei, nikmat sekali ya kalian!” tegurku dan mengambil mangkuk yang masih berisi kuah bakso dan kusemburkan ke muka keduanya. Sengaja kupilih kuah bakso milik Yani, karena aku tahu kuah punya dia pasti pedas dan asam. Keduanya berteriak karena kaget juga pasti kepanasan. Panas air juga karena panas dari cabe.Hahaha. Rasakan kalian para tukang selingkuh! Aku berkacak pinggang dan mengumpat mereka.“Rasakan gimana pedesnya mataku saat lihat kalian malah asik-asikan pacaran di sini.” AKu marah sekaligus ingin tertawa me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
27
DMCA.com Protection Status