“Itu, kan, uang Mas Adit, nggak perlu izin dariku,” jawabku datar. Aku bersungguh-sungguh mengatakan itu, karena memang selama ini aku selalu dicukupi dalam segala hal. Jadi, kalau Mas Adit berniat membantu orang, apa salahnya?“Uangku adalah uangmu juga, makanya aku harus minta izin,” katanya pelan.“Mas ikhlas minjemin sama Pak Undang?” tanyaku. “Walaupun mereka sudah sering menghina dan menyakiti Mas, dulu?”Dia mengembus napas kasar. “Suatu kemuliaan jika kita bisa membalas kejahatan orang dengan kebaikan. Aku berharap mereka bisa belajar dari kesalahan mereka dulu. aku tidak punya dendam,” sahut Mas Adit. Aku mengulurkan tangan dan meremas jemari suamiku. “Lakukanlah, jika itu memang baik,” jawabku. Mas Adit mengangguk, lalu melanjutkan langkahnya ke kamar.Pak Undang mengucapkan terima kasih berkali-kali sebelum pulang. Dia juga meminta bertemu denganku untuk mengabarkan jika Mas Agus akan menikah lagi. Aku berpura-pura agak kaget, padahal sudah mendengarnya tadi.“Selamat, ya,
Baca selengkapnya