All Chapters of Hadiah Madu Untuk Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40
90 Chapters
Bab 31: Perjodohan mendadak
“Apa Inda sudah menyampaikan padamu? Tentang pernikahan kamu dan Jiddan?” pertanyaan itu sontak membuat Naya terbelalak tegang.“Emmm... Anu Mi,” Naya terkikuk, tidak tahu juga ini yang akan dibahas oleh umi b“Sudah Mi tadi siang,”“Kami berharap kamu bisa menerima ini, kamu sudah kami anggap sebagai anak Umi dan Abi Nak, menikahlah dengan Jiddan ya Nak?”“Naya masih trauma Mi, Naya takut untuk menjadi yang kedua,” bayangan satu tahun lalu pun muncul seketika, menghadirkan goresan perih di dalam hati.***“Saya mencintaimu Naya, maukah kamu menjadi istriku?” pinta pria tampan di hadapannya.Ruang kelas bawah tampak sunyi, hanya mereka berdua yang berada di ruang tersebut, duduk berhadapan di kursi paling depan, hanya satu meja panjang yang menjadi jarak antara mereka. Pria tampan itu memandanginya lamat-lamat, memancarkan keseriusan dalam ungkapan demi ungkapan yang terlontar dari mulut.“Maaf Ustadz, maaf sekali, bukankah Ustadz sudah memiliki istri? Saya tidak mau menjadi orang keti
Read more
Bab 32: Bola api
Wajah tampan dengan rambut menyembul di atas kepala, mengenakan kaos merah bata yang membalut tubuh gagah nan bersih bersinar yang tengah berdiri terheran di depan pintu.“Sedang diskusi apa?” tanya Jiddan penasaran.“Tidak Nang, kami hanya diskusi sedikit tentang kegiatan pondok,” jawab umi Ruqayyah menutupi percakapan mereka barusan.‘Umi berbohong? Berarti Pak Kyai tidak tahu soal perjodohan ini?’ gumam Naya ikut heran.“Bukannya masih sakit?” umi memastikan.“Ah... Sakit sedikit mah sebentar juga hilang,” kilah Jiddan.“Jangan dipaksakan Nang, kamu harus istirahat total dulu,”“Sudah Mi, Jiddan sudah sembuh,” tersenyum memastikan keadaannya pada umi.*** Setelah berbicara pada Naya, umii bersantai sejenak menonton acara tv kesukaan di ruang keluarga.Dan kemudian Jiddan datang menghampiri, lalu memandangi wanita paruh baya yang mulai menua di hadapannya itu.“Sudah puas memandangi Umi begitu?” celetuk umi tanpa menoleh ke arah anak sulungnya.Jiddan tersenyum mendapati umi yang s
Read more
Bab 33: Kembali berharap
BUG BUG BUG!Bunyi gedoran pintu terdengar kuat tergesa-gesa, Jiddan terkesiap dan langsung bergegas keluar. Disana sudah ada Naya dan Hanan, berdiri dengan wajah panik.“Ada apa Naya? Ustadz Hanan?”“Sepertinya kita diserang lagi Pak Kyai,” jawab Hanan “Tiga puluh santri kurang lebih mengalami muntah-muntah, ,” panik Hanan.“Santriwati pun begitu Pak Kyai,” timpal Naya.“Innalillah... Naya, cepat telpon dokter Imas,” perintah Jiddan “Ustadz Hanan tolong kumpulkan santri putra yang sakit di masjid, dan santri putri di mushalla”Maka, tengah malam itu juga pesantren kembali diserang, lebih dari seratus santri saat ini terkena serangan senyap ilmu hitam itu.Malam menjadi bising dengan pergerakan pengurus yang mengevakuasi santri. Jiddan cepat mengambil sorban pusaka peninggalan kyai Nur.“Pak Kyai, ada apa?” tanya Kana menghampiri Jiddan yang hendak menuju kamar.“Lebih dari seratus santri terkena sihir, Kan,”“Hah?” mata Kana melebar tak percaya, mengatupkan tangan menutup mulut.“Ka
Read more
Bab 34: Tanpa jejak
Merebahkan diri di atas kasur luas, tidak membuatnya lebih tenang, perasaan berkecamuk kacau memikirkan pesantren.‘Aku tidak bisa meninggalkan pesantren, keadaan sedang tidak baik-baik saja’ gumamnya menerka ke atas langit-langit. Memutuskan untuk mengurungkan niat keberangkatannya ke negeri dimana sang istri berada.***Sementara itu, di balik duka cita pria gagah berambut belah, tak sedikit pun ia luput dari memikirkan cintanya pada wanita anggun yang satu minggu lalu telah memblok nomornya.‘Bagaimana aku menghubungimu In? Aku sudah sangat tersiksa memikirkanmu’ ratapnya bergumam dalam hati.Usahanya ingin tetap berkomunikasi pun telah diputus sepihak oleh Inda, membuat Zein hampir putus asa. Ingin mundur, dan tak pernah kembali ke negara itu lagi, merasa dirinya tidak ada lagi harapan untuk mendapatkan kekasih hatinya. Untuk apa lagi mereka sering bertemu, namun sudah tidak ada cinta untuknya lagi.“Zein... Kepikiran Inda lagi?” tegur mamah Nadia yang sudah berada di sampingnya.
Read more
Bab 35: langkah mendebarkan
Malam pun tiba, Rena dan Firhan sudah berjanji akan bertemu di caffe daerah downton malam ini.Mereka sepakat untuk bertemu di atas lorong penghubung antara dua masjid besar di dekat rumah Rena, dan kemudian berangkat bersama menuju caffe.Musim dingin sudah beranjak semakin menggigilkan tubuh, sekitar 17°c di malam hari, membuat kedua tangan merapatkan dua sisi jaket untuk lebih menghangatkan tubuh.Mobil yang mereka tumpangi melesak dengan sangat cepat, membuat mereka sampai hanya dalam waktu lima menit. Mereka turun di sebuah gang besar dan berjalan menuju caffe yang mereka tuju.“Musim dingin seperti ini, aksi kejahatan semakin meningkat Ren,” tegur Firhan memulai pembicaraan.“Ya, meski begitu orang-orang ini masih tetap beraktifitas di malam hari,” jawab Rena antusias.“karena kejahatan itu tergantung keberuntungan individual, siapa yang berhati-hati, dia aman, tapi ada juga yang tak sadar dirinya diintai,” kata Firhan membeberkan.“Betul,” sahut Rena.“Maka dari itu kita butuh
Read more
Bab 36: Harapan
Memandangi lamat-lamat anak tangga yang meliuk sehingga tidak terlihat siapa yang sedang berjalan disana. Sedetik kemudian, muncullah seseorang itu yang ternyata pemilik rumah yang mereka sewa.“Assalamu’alaikum Baba,” sapa Rena.Semua lega, karena bukan Inda yang muncul di hadapan.“’alaikumussalam,” balas pria paruh baya itu.“Rena, hati-hati ya, jangan memberi masuk laki-laki di rumah,” Baba itu mengingatkan layaknya seorang bapak yang menasehati anaknya.“Tidak Baba, mereka ini teman-teman saya. Mereka hanya mengantar saya sampai sini,” kata Rena menurut“Oke...Oke...” jawab baba dan langsung permisi berlalu.Baru saja Rena hendak menutup gerbang, berpamit pada Firhan dan Zein. Inda tiba-tiba muncul dari balik dinding tangga. Semua sontak kebingungan, ingin rasanya berlari terbirit bersembunyi dari penglihatan Inda. Namun terlambat, wanita cerdas itu lebih dulu memergoki mereka yang masih berdiri mematung di balik gerbang.“Kalian?” tanya Inda yang tak kalah bingung.“Emmm... Inda
Read more
Bab 37: Pegawai cantik di kantor
Sunset telah menyapa sang kyai muda yang tengah menyeruput secangkir teh di ruang keluarga. Rapi mengenakan set jas hitam dengan rambut yang berkilau memancarkan kesegaran. Pagi itu Jiddan bersiap untuk menuju kantor, meminta izin atas pengunduran diri untuk pemberangkatannya ke Cairo.Sudah sampai di gedung depag. Jiddan mulai berjalan melewati lantai dasar yang sudah ramai pegawai berlalu lalang membawa berkas kerjanya masing-masing.“Pagi Pak Jiddan,” sapa wanita bagian penyelenggara haji dan umrah.“Pagi Bu,” Jiddan membalas sapaan itu.Menjadi pegawai termuda di kantor, membuat Jiddan memiliki banyak idola di kalangan wanita. Mulai dari yang termuda hingga yang sudah paruh baya. Bahkan mereka yang sudah memiliki anak pun dengan sengaja mendekati Jiddan. Apalagi berita bahwa istri Jiddan sedang berada jauh darinya, membuat mereka lebih leluasa mendapat peluang curi-curi perhatian padanya.Menyusuri ruang-ruang yang tampak sepi. Baru teringat, tiga hari ini, sebagian pegawai cuti
Read more
Bab 38: dua pria tampan
Mengikuti langkah pegawai muda dari ruang kerja Dani, serta berbincang ringan bersamanya, membuat Luna terkesan akan pertemuan pertamanya di kantor. Bagi Luna, memandang ketampanan Jiddan membuatnya lupa akan segala trauma yang ia rasakan terhadap laki-laki. Kini, Luna mulai membuka hati kembali karena pertemuan itu.“Disini ruang interview kamu, silahkan masuk,” mereka telah berada di depan pintu ruang penyelenggara haji dan umroh.“Terimakasih ya Jiddan, besok kita masih bisa bertemu kan?” harap Luna.Jiddan memandang Luna tak mengerti. Jelas mereka pasti akan bertemu lagi jika Luna diterima disana.“Eh... Ehm... Maksud saya, besok kamu masuk kantor kan?” gugup Luna mencari alasan agar harapannya tak diketahui oleh Jiddan. Namun, Jiddan nampak memandanginya lagi tak mengerti. Jelas, Jiddan akan masuk kerja lagi besok, karena menjadi pegawai negeri tidak bisa bolos tanpa alasan.“Aduh maaf saya terlalu gugup. Semoga saya segera bekerja disini. Doakan saya ya Jiddan,” Luna mengakui k
Read more
Bab 39: potret masalah
Jiddan cepat bergegas menuju mobil miliknya yang terparkir di halaman kantor, karena memahami kode mata dari Luna yang hendak dibawa rekan kerjanya.Memantau keduanya yang sudah berada dalam mobil, dan mulai mengatur arah keluar gerbang. Jiddan pun dengan segera menginjak pedal gas, mengikuti mereka dari kejauhan.DING DING DINGPonselnya berbunyi, menunjukkan panggilan masuk dari yang tercinta.“Assalamu’alaikum Sayang,” ucapnya yang tetap memperhatikan kemana mobil Dani melesak.“Wa’alaikumussalam Mas. Mas ayo kita videocall. Ada yang ingin aku tanyakan Mas,” pinta Inda yang mengalihkan panggilan ke videocall.“Oke Sayang. Mau bertanya tentang apa bidadariku?” goda Jiddan, kini wajah keduanya sudah saling menatap.“Mas sedang diperjalanan ya?” Selidik sang bidadari.“Iya Sayang. Luna dalam bahaya,” tak sadar Jiddan menyebut nama Luna di hadapan istrinya.“Luna siapa Mas?”“Luna pegawai baru di kantor Sayang,” kefokusannya semakin buyar saat Jiddan melihat lampu merah sedang menyala
Read more
Bab 40: Cemburu oleh dua wanita
Mereka telah memasuki mobil bersama. Sebagai rekan kerja, Luna dengan santai menduduki kursi depan, bersebelahan dengan Jiddan. Tanpa diketahui, ternyata seseorang telah memotret mereka dari balik pohon.“Kamu terlalu baik padaku Jidan. Untuk yang kesekian kalinya aku berterimakasih padamu,” ucap Luna.“Itu kewajibanku sebagai laki-laki Lun, menjaga kaum wanita agar tetap terhormat,” kalimat Jidan mampu melesak menembus ruang hati Luna, hingga menyunggingkan senyum tipis dari bibir manis Luna yang sudah tersipu memandangi pepohonan di sepanjang jalan.***Sementara itu, dibalik ke gagahan pria misterius yang akhir-akhir ini telah menaruh dendam pada Jidan, memicingkan mata, memburu napas kesal, menelpon seseorang untuk diperintah.“Kekuatan yang dimilikinya saat ini, hanyalah ibunya. Serang ibunya sekarang juga!” seru pria itu dengan tegas penuh kebencian.“Siap Bos,” sahut seseorang dari balik ponsel.***Mobil Jidan sudah di jalur menuju rumah Luna, sekitar tiga puluh menit lagi, me
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status