All Chapters of Hadiah Madu Untuk Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50
90 Chapters
Bab 41: Permintaan ibunda
Memasuki ruangan atas panggilan umi Ruqayya. Hati kembali bertanya ada apa gerangan yang ingin umi sampaikan pada Naya.Ia duduk di kursi yang terletak di sebelah umi, sementara Jidan duduk di sofa yang terletak di belakang Naya.Umi memandangi Naya, begitu juga Naya yang sudah berkaca-kaca memandangi wajah paruh baya yang sudah seperti ibunya sendiri.“Kalian harus segera menikah,” ucap umi melirik bergantian pada Naya dan Jidan.Tanpa komentar, Naya membiarkan Jidan untuk berbicara terlebih dahulu.Tiba-tiba ponsel Jidan berbunyi. Menunjukkan panggilan dari Inda. Dengan terpaksa, Jidan menghentikan panggilan tersebut, menaruh kembali ponselnya ke dalam saku jas.“Nanti pesantren bagaimana jadinya Nang, kalau tanpa seorang wanita yang mendampingi kamu?”“Mi... Kita fokus untuk kesembuhan Umi dulu ya? Setelah itu kita bicarakan lagi,” rayu Jidan pada umi.“Umi sudah tidak punya banyak waktu lagi Nang untuk kalian,” sambil mengelus tangan lembut Naya, wanita paruh baya meneteskan buli
Read more
Bab 42: Panggilan Sayang untuk Naya
“Sepertinya Naya tidak bisa menginap disini Mi. Ada sesuatu yang harus Naya urus di asrama malam ini,” Naya mencoba beralasan. Sebenarnya dia tidak mau kalau harus bermalam satu ruangan dengan kyainya. Apa kata dunia?“Apa urusan itu lebih penting dari Umi?” pertanyaan tersebut cukup membuat Naya kehabisan kata-kata.Naya kembali melirik Jidan, Jidan mengangguk ringan mengisyaratkan untuk menuruti perintah umi.“Insyallah Naya akan tidur disini Umi,” kata Jidan. “Apa Umi mau makan sesuatu?” tanyanya.“Umi mau bubur ayam saja Nang,” jawab umi.“Nay? Mau makan apa?” tanya Jidan menoleh pada Naya.“Apa saja Pak Kyai,” sahut Naya.“Oke, saya keluar dulu. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi saya ya?”“Baik Pak Kyai,”Jidan bergegas keluar, waktu baru saja menunjukkan pukul tujuh malam. Sebelum membeli makanan, Jidan berhenti sebentar di sebuah super market untuk membeli beberapa cemilan dan perlengkapan menginap.Sudah mendapatkan apa yang ingin dibeli, Jidan berhenti sejenak dan melihat t
Read more
BAB 43: Mencuri Dengar
Merasa tidak nyaman karena harus makan bersama sang kyai. Naya memutuskan untuk mencari aktifitas di sela-sela makan. Ia beranjak menuju meja yang terletak di samping ranjang umi, mengambil dua botol mineral dan meletakkannya di meja tempat mereka makan.“Terimakasih Sayang,” ucap Jidan tidak menoleh pada Naya.Naya terperangah dengan kata terakhir yang dilontarkan Jidan.Jidan terdiam dengan sesuap nasi yang hampir ia masukkan ke mulut.“Eh? Maaf saya... teringat dengan istri saya,” ia tergugup dalam ucapannya. Meski Naya dengan cepat tidak menghiraukan perkataan Jidan yang salah memanggilnya.Naya mengerti bagaimana perasaan sang kyainya saat ini. Sudah hampir satu tahun berpisah dengan Inda, hatinya pasti berat menahan kerinduan setiap harinya.“Tidak apa-apa Pak Kyai,” sahut Naya tersenyum ramah.DING! DING! DING!Ponsel Naya berdering, menunjukkan panggilan dari seseorang yang mampu mengejutkannya saat membaca nama yang tertulis di layar.Jidan melirik mencuri pandang ke arah lay
Read more
Bab 44: Curiga
Waktu menunjukkan pukul enam pagi. Aktifitas pagi telah dimulai sebagaimana biasanya. Jidan pun bergegas kembali menuju ruangan umi dengan membawa kantung plastik berisikan satu porsi nasi goreng yang ia beli di depan gerbang rumah sakit. Sementara Naya, juga mulai sibuk merapikan seisi ruangan.“Assalamu’alaikum,” ucap Jidan yang sudah memasuki ruangan.“Wa’alaikumussalam Pak Kyai,”“Apa Umi sudah bangun?”“Belum Pak Kyai,”“Ini ada nasi goreng, silahkan sarapan dulu,” tawar Jidan menyodorkan plastik bening di tangan kanannya.“Terimakasih Pak Kyai,” ucap Naya menerima nasi goreng itu. Hampir saja! Jemari sintal nan putih miliknya bersentuhan lagi dengan sang kyai. “Loh... Ko Cuma satu Pak Kyai?” Naya melihat lihat plastik di tangannya.“Saya sudah sarapan bersama Dokter Rio di depan,”“Ouuuh,” angguk Naya tak sengaja memajukan bibir indahnya.Jidan sedetik diam tak berkedip melihat pesona indah nan lucu seorang Naya yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, namun dengan cepat ia halau
Read more
Bab 45: Pertikaian
Hari ini adalah hari terakhir para senior berlibur, maka, suasana di kantor pun masih seperti dua hari yang lalu. Hanya ramai di lantai dasar, sementara ruangan setiap bagian masih terlihat tak berpenghuni.Kali ini Luna tampak terlihat pede dengan seragam baru yang di berikan bu kemarin. Mengawali hari pertama bekerjanya dengan penuh semangat dan ceria. Tak lupa Luna menyapa para pegawai yang berlalu lalang di lantai dasar agar lebih menambah kedekatan antar pegawai.Saat ini, Luna akan menuju ruang ketua bagian penyelenggara haji dan umrah, membawa berkas pendaftaran para jamaah umrah yang harus ditanda tangani.Ketika Luna telah memasuki ruangan, tidak ada satu pun seseorang di dalam. Aneh sekali rasanya, padahal hari ini adalah jadwal tetap penyerehan data umrah.“Hey...” sapa seseorang yang keluar dari ruang rahasia ketua.Sontak membuat Luna terperanjat melihat keberadaan lelaki itu, lelaki mesum yang mengajaknya paksa ke sebuah hotel kemarin.“Kenapa Bapak disini?” tanya Luna s
Read more
Bab 46: Kepergian Umi Ruqayya
Jika saja Luna tidak menarik lengannya, ia akan menghabisi pria rendahan seperti Dani.Luna membawa Jidan ke ruang UKS kantor, berniat untuk mengobati luka yang sudah memar di wajah tampannya.“Maaf... Seharusnya, aku tidak membiarkan kamu menemui dia,” ucap Luna menyesal.“Lain kali tidak usah mencegahku seperti itu, dia tidak bisa seenaknya pada seorang wanita Lun, harus segera diberi pelajaran!” bantah Jidan tanpa memandang Luna.“Aku... Aku khawatir kamu kenapa-napa,” akhirnya kejujuran pun sedikit demi sedikit ia ungkapkan pada pria tampan yang seribu kali telah membelanya.“Boleh aku obati lukanya?” tawar Luna dengan kapas bulat di tangan.Jidan hanya mengangguk pelan. Tidak sadar bahwa seharusnya ia tidak membiarkan wanita lain menyentuh wajahnya kecuali Inda, sang istri tercinta.Oh Tuhan, situasi ini benar-benar membuat Luna kehilangan kesadaran dengan ketampanan pria ini. Detak jantung yang semula tetap pada ketukan yang normal, kini memompa lebih cepat bersahutan.Jidan men
Read more
Bab 47: Pupus
Bab 47Kemudian Jidan, sekuat tenaga ia melafalkan setiap kalimat syahadat diiringi isakan pilu, diikuti oleh umi yang justru bersuara lirih lemah lembut, lancar tanpa terbata. Dan akhirnya...Tuuuuuuuuuuut........Umi telah pergi untuk selamanya.Tangis mereka pecah, mereka dengan sergap memeluk dan mencium umi. Jidan yang sudah lebih dulu mengiklaskan umi setelah beberapa saat ikut menangis di tangan umi, mencoba menenangkan kedua adiknya yang masih meraung memanggil umi.“Sabar Jid,” ucap Dokter Rio yang juga ikut bersedih atas kepergian umi.Jidan hanya mengangguk lemah. Ia dan adiknya segera keluar bersama dokter Rio, karena umi akan segera diurus untuk dibawa ke pesantren.Baru membuka pintu ruangan, Sofwan dan Qahtan berhambur memeluk pak Maman sebagai tempat bersandar yang sudah mereka anggap seperti ayah sendiri.Kana beserta Kirani pun saling berpelukan, menumpakan tangis yang mendalam. Begitu juga dengan Luna, meski ia belum pernah dekat dengan umi, ia dapat merasakan keped
Read more
Bab 48: Sandaran sementara
‘benarkah mereka?’ bathin Jidan menerka-nerka. ‘saling jatuh cinta?’ Pasalnya Naya tidak menolak rangkulan itu, begitu juga Hanan yang tidak segan menyentuhkan tangannya ke pundak wanita lugu itu.“Jidan, ada yang bisa saya bantu?” tiba-tiba Luna menghampiri Jidan yang masih mematung memandangi Naya.“Eh? saya mau menginformasikan pengurus putri untuk ikut membaca yasin di dalam. Kamu tolong bantu saya ya? Sampaikan ke Kirani atau Kana,” pandangan Jidan kembali menyorot pada Naya kala mengucapkan kalimat terakhirnya. Membuktikan bahwa, ketua putri saat ini sedang tidak bisa diandalkan.“Baik Jidan,” jawab Luna.“Terimakasih Lun,” Jidan menoleh sedikit pada Luna sebagai tanda terimakasih karena sudah mau membantu.Luna yang sedari tadi memperhatikan sikap Jidan yang mematung di hadapan Naya dan Hanan, cepat memahami situasi itu bahwa ada sesuatu di antara mereka. Terlebih pada wanita lugu beralis tebal itu.Tak mau melihat dua manusia yang telah melakukan maksiat secara terang-terangan
Read more
Bab 49: Rahasia
“Zein?” panggil Inda tak percaya.“Ya?”“Terimakasih,”“Untuk apa?”“Untuk luasnya hatimu untuk mendengar cerita-ceritaku,”“Itu sudah tugas aku In, untuk memastikan kamu selalu bahagia,” jujurnya. “Meski bukan denganku,” lanjutnya lirih.***Setengah tahun silam. Dimana Inda bersimpuh meminta izin pada umi Ruqayya untuk melanjutkan S2nya di Cairo. Tidak ada orang lain di rumah pengasuh kecuali umi dan Inda.Mereka duduk berhadapan di satu sofa cream yang berada di ruang keluarga.“Keinginanmu bagus Ndo, tapi kamu harus ingat kewajibanmu sebagai seorang istri, apalagi Jidan sudah menjadi pengganti Abi di pesantren ini,” Ucap umi mengingatkan.“Inda akan pulang jika Mas Jidan membutuhkan Inda Mi, kapanpun,” jawab Inda meyakinkan umi.“Tidak semudah itu Ndo, kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi kedepannya. Jika memang Inda tetap mau berangkat ke Cairo, fikirkan baik-baik bagaimana caranya agar kamu bisa mendapatkan pahala setiap hari meski kamu jauh darinya,”Inda berfikir sejenak.
Read more
Bab 50: Kejujuran Naya
“Bang Jidan lagi dimana sih Ka? Rame banget,” tanya Sofia yang sekilas melihat keramaian di ponsel.“Mungkin Mas sedang ada jadwal ceramah di luar pesantren Sof,”“Tapi itu seperti suara Pakde Khairul yang sedang membicarakan sesuatu Ka,”“Coba nanti Kakak tanya sama Mas Jidan ya,” Inda berpura-pura mengetik menanyakan apa yang Sofia curigakan.[Mas, Maaf aku matikan mendadak. Ada Sofia disebelahku, dia curiga karena melihat sekilas keramaian disana dan mengenali suara Pakde][Sampaikan pada Sofia, Mas sedang ada acara di luar bersama Pakde Khairul][Baik Mas]***Tiga hari berlalu sejak kepergian Umi Ruqayya. Pesantren kembali digemparkan oleh berita hot dari sebuah akun lambe yang mengunggah sebuah foto dua manusia lawan jenis yang akan memasuki fortuner hitam yang terparkir di luar gerbang di sebuah hotel. Akun lambe itu dengan sengaja mengetag akun resmi milik pesantren, mendoktrin asumsi bahwa pengasuh penerus pesantren itu memiliki aib yang tidak diketahui oleh para santrinya.“
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status